Bab 6
Sesampainya di rumah, Claire bersemangat untuk segera memulai proses pindahan.
Sayangnya, cedera kakinya yang belum pulih sepenuhnya membatasi geraknya. Jadi, untuk mempermudah prosesnya, dia memutuskan untuk menggunakan jasa perusahaan pindahan.
Kini, ruang tamunya penuh dengan tumpukan kardus. Para petugas sibuk hilir mudik keluar masuk rumah untuk mengemas dan memindahkan barang-barangnya.
Saat tiba di rumah, Adrian tertegun melihat kondisi rumahnya yang berantakan. Dia pun bertanya pada Claire apa yang terjadi.
Claire pun menjelaskan apa yang telah terjadi sesuai dengan alasan yang sudah disiapkannya.
"Rumah di Alverton sudah siap huni. Lokasinya sangat dekat dengan tempat kerjamu, jadi akan jauh lebih praktis kalau kita tinggal di sana."
Adrian teringat akan perjanjian properti yang telah dia tanda tangani dan dia hanya bisa mengangguk setuju.
Setelah melepas sepatunya, dia berjalan ke sofa dan duduk di sana. Sambil mengingat-ingat tata letak rumah barunya, dia mulai berbasa-basi dengan Claire.
"Kamu suka berkebun, 'kan? Bagaimana kalau kita ubah balkon sebelah timur rumah itu untuk taman bunga?"
Claire terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan lirih.
"Nggak perlu. Aku sudah nggak suka berkebun lagi."
Adrian spontan memandang vas berisi bunga lili segar di meja. Dia sadar bahwa Claire sedang berbohong padanya.
Tepat saat ingin membujuknya kembali, dia tersadar bahwa kardus-kardus yang dibawa para petugas pindahan sepertinya berisi barang-barang miliknya saja. Adrian pun langsung mengganti topik pembicaraannya.
"Kenapa hanya barang-barangku saja yang dibawa? Barang-barangmu mana?"
"Barang-barangku sudah selesai dipindahkan."
Adrian mengira semua barang mereka sudah diangkut ke rumah baru karena jawaban Claire sangat meyakinkan. Jadi, dia tidak bertanya lebih lanjut.
Dia pun beranjak untuk mengambil minum sambil memberi beberapa arahan kepada para petugas jasa pindahan.
"Tolong pastikan semua barang diberi label dengan jelas agar nggak tertukar saat nanti diletakkan di kamar."
Claire terdiam. Matanya berkaca-kaca saat memandang Adrian. Dia hendak menjelaskan semuanya, tetapi mengurungkan niatnya untuk berbicara.
Barang mereka tidak akan mungkin tertukar.
Karena di rumah itu, hanya ada barang-barang milik Adrian saja.
Setelah barang-barang selesai dikemas, Adrian membantu Claire turun menggunakan lift.
Saat pintu lift terbuka, mereka berpapasan dengan Stella dan Simon. Suasana pun menjadi hening sesaat.
Adrian tampak terkejut dan panik ketika melihat mereka berdua. Dia pun langsung melepaskan tangan Claire dan berdiri di depannya, seolah ingin menutupinya dari Stella dan Simon.
"Kenapa kalian ada di sini?" tanya Adrian dengan gugup.
"Stella bilang ingin melihat rumah barumu," jawab Simon sambil mengangkat alisnya. "Aku juga belum pernah ke sini. Jadi, aku minta alamatnya ke Om dan Tante, sekalian mau memberi kejutan buat kamu."
Di sisi lain, Stella memandang Claire dengan saksama.
Seingatnya, dia sudah dua kali bertemu dengan perempuan ini.
Pertama di firma hukum dan yang kedua di depan sebuah bar.
Didorong oleh rasa ingin tahu yang kuat tentang identitas Claire, Stella memberanikan diri untuk bertanya pada Adrian.
"Kak Adrian, siapa wanita ini?" tanyanya sembari tersenyum ramah.
Adrian tampak ragu sejenak, seperti tengah menimbang kata-kata yang tepat untuk memperkenalkan Claire.
Claire sendiri tetap tenang dan bahkan mengulurkan tangannya dengan ramah ke arah Stella
"Hai, aku Claire, teman Pak Adrian waktu kuliah dulu. Aku sedang mengurus perceraianku dan membutuhkan bantuannya. Itulah sebabnya aku datang ke sini. Tapi, ternyata dia sedang sibuk pindahan. Sepertinya aku datang di waktu yang nggak tepat."
Ucapan Claire membuat Adrian tersentak. Dia menatap Claire dengan rasa bersalah, lalu segera memperkenalkannya pada Stella dan Simon sesuai dengan skenario yang dibuat wanita itu barusan.
Meskipun semuanya tampak biasa-biasa saja, Stella masih dihinggapi rasa penasaran.
Namun, karena situasi di sekitar masih ramai, dia jadi tidak leluasa untuk bertanya. Dia pun segera menyuruh Adrian untuk pergi membantu para petugas jasa pindahan membawa barang-barangnya.
Kemudian, Stella menghampiri Claire dan mulai mengajaknya mengobrol.
"Kak Claire, kenapa Kakak bercerai?"
Claire tertegun mendapati Stella begitu ramah padanya. Dia terdiam beberapa saat, lalu tersenyum tipis.
"Suamiku ... mencintai wanita lain."