Pria Matang
“SIALAN!” umpat Daniel.
Ia membuang tasnya begitu saja. Hatinya terasa begitu terbakar. Bisa-bisanya ia melihat sang istri sedang bergandengan mesra dengan seorang pria. Dirinya juga tidak tahu kenapa bisa jadi seperti ini.
Tidak mungkinkan dia memiliki rasa kepada Lita? Tidak! Hal itu tidak boleh terjadi sama sekali. Bagaimanapun Lita adalah anak yang pernah diasuhnya dan sudah ia anggap sebagai keponakan kandung sendiri.
Dengan gerakan cepat, Daniel langsung pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Sekalian kepalanya yang terasa begitu panas sekali.
“Cklek.”
Pintu rumah terbuka. Lita sedikit keheranan sebab rumah tidak terkunci. ‘Apa Om Daniel sudah pulang ya? Tumben.’
Netranya kini tertuju ke tas kerja sang suami yang tertonggok di sofa. ‘Ternyata benar. Dia sudah pulang.’ Senyum terbit di wajah cantiknya.
Entahlah, hatinya terasa begitu senang tatkala mengetahui sang suami yang sudah pulang di sore hari begini. Padahal biasanya Daniel pulang di malam hari.
‘Lebih baik aku masak makan malam.’ Lita melangkahkan kakinya ke dapur.
Dirinya tak henti-hentinya tersenyum. Ternyata keputusannya tadi benar. Tadi, Arkan mengajaknya untuk mampir ke toko sehabis dari Café. Namun, Lita menolaknya dengan alasan lelah. Memang dirinya tidak berbohong.
Hanya saja sekarang ini, tubuhnya yang semulanya lelah menjadi bugar seketika. Apa mungkin ini efek terlalu senang karena suaminya sudah pulang?
Di kamar.
Daniel sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai. Ia menatap lekat pantulan dirinya di cermin. “Apa aku sudah terlalu tua ya?”
Dengan seksama, Daniel memperhatikan wajahnya yang memang sedikit tidak terurus. Bulu-bulu halus mulai memenuhi wajah tampannya itu.
Seketika Daniel terbayang dengan wajah Arkan tadi. “Dia memang masih muda. Tapi, dia tidak ada apa-apanya denganku. Bocah ingusan itu masih kalah tampan denganku. Dia bahkan tidak punya apa-apa.”
Daniel mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang. Matanya menatap lekat ranjang itu. Tiba-tiba saja wajahnya memerah tatkala mengingat dirinya yang pernah menggantikan pakaian sang istri kala itu.
“Astaga! Kenapa ingatan itu tiba-tiba terlintas di kepalaku,” ujarnya gugup.
Daniel menelan salivanya dengan susah payah. Ingatan-ingatan itu terus berputar di otaknya.
“STOP!” erangnya frustasi.
Daniel langsung beranjak dan keluar dari kamar. Bisa gila jika ia terus berada di kamar ini sekarang.
***
Daniel merasa begitu haus. Ia pun melangkahkan kakinya ke dapur. Langkahnya tertegun tatkala melihat Lita. Tapi anehnya, di mata Daniel saat ini. Istrinya itu tengah menggunakan pakaian yang begitu seksi. Padahal sebenarnya, Lita masih menggunakan seragam sekolahnya.
‘Ini nyata atau halusinasi?’ Daniel mengucek-ngucek matanya.
Lita memutar tubuhnya. Ia melihat Daniel yang tengah menatapnya kali ini. Dirinya pun langsung memberikan senyuman terbaiknya.
Daniel membuka mulutnya dengan lebar. Dipenglihatannya kali ini, Lita tengah tersenyum nakal. Jantungnya begitu berdebar-debar. Dirinya tidak kuat melihat sosok istrinya untuk kali ini.
Lita mengerutkan keningnya tatkala melihat ekspresi sang suami yang begitu aneh menurutnya. “Om,” cicitnya. Lita perlahan berjalan menghampiri Daniel.
Baru beberapa langkah, Lita berjalan. Daniel berteriak histeris.
“Jangan! Jangan mendekat!” ucapnya panik.
“Om kenapa?” ujar Lita begitu kebingungan.
“Tidak! Jangan menggodaku! Nanti kamu akan menyesal!” ingatkan Daniel.
‘Menggoda? Maksud Om Daniel apa sich?’
“Om,” ucapnya lagi. Lita kembali melangkah.
Daniel menggigit bibirnya kuat. Sosok Lita semakin dekat saja. “Ku mohon berhenti! Aku bisa melakukan hal gila!”
Tangan Lita kini sudah berada di pundak Daniel.
“Bughh.”
Daniel langsung pingsan tak sadarkan diri. “Om Daniel!” ucap Lita setengah berteriak.
Lita yang begitu kebingungan langsung berlari menuju kamar.
Saat ini, Lita sudah membawa selimut dan bantal. Di letakkannya bantal itu di bawah kepala Daniel. Ia juga tak lupa menyelimuti sosok suami tampannya itu. Jika saja dirinya kuat, mungkin ia sudah membawa sosok Daniel ke kamar sekarang.
Tidak seperti sekarang yang membiarkan suaminya berbaring di lantai yang dingin seperti ini. Terlebih, di dapur.
Dengan telaten, Lita membalurkan minyak angina ke tubuh sang suami. Juga di hidung pria itu. Lita sudah menelepon dokter untuk menangani suaminya itu.
Dua puluh lima menit kemudian. Suara bel berbunyi. Lita yang tadinya sedang berbaring di samping Daniel langsung berdiri dan bergegas menuju pintu utama.
Pintu pun terbuka. Terlihat sosok tampan yang mengenakan seragam putihnya.
“Om Kaisar, silahkan masuk,” ucap Lita mempersilahkan.
Pria itu mengangguk kecil. Ia pun mengikuti langkah gadis kecil yang sudah sangat lama dikenalnya.
Kening Kaisar mengerut tatkala Lita membawanya ke dapur. 'Kenapa dia membawaku ke dapur?'
"Om. Periksa suamiku ya," ujar Lita
"Suami?!" Kaisar mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia tidak salah dengar kan? Gadis kecil di depannya ini sudah menikah?
"Jangan bercanda Lita. Kamu saja masih memakai seragam sekolah. Mana mungkin sudah menikah." Kaisar tertawa kecil.
Lita hanya tersenyum simpul. Dirinya sudah menduga hal ini. Kaisar pasti tidak akan percaya.
"Om, hati-hati. Kamu bisa menginjak suamiku." Lita langsung menjatuhkan dirinya tepat di samping Daniel.
Kaisar menutup mulutnya tak percaya. "Ini suami kamu?" ucapnya terbata-bata.
"Iya Om."
'Astaga! Apa Dicky sudah tidak waras menikahkan anaknya dengan pria matang seperti ini?'