Apa Aku Harus Mengodanya Seperti di Film-film?
Kaisar sudah selesai memeriksa pria yang diakui Lita sebagai suaminya. Dirinya membantu pria tampan itu untuk berada di kasur seperti sekarang. Wajah Lita terlihat begitu cemas.
‘Gadis kecil yang malang. Apa dia bahagia dengan pernikahannya. Seandainya saja dirinya belum menikah. Aku sangat ingin jika anakku bersanding dengan gadis cantik sepertinya.’
Secara perlahan, Kaisar menepuk pelan pundak Lita. Seketika Lita langsung tersadar. “Bagaimana keadaannya Om? Suamiku baik-baik saja kan?” tanya Lita khawatir.
Kaisar tersenyum dan mengangguk kecil. “Dia baik-baik saja. Hanya kelelahan dan banyak pikiran saja. Pola makannya juga sepertinya tidak teratur,” jawabnya.
Mendengarnya, Lita merasa bersalah sekali. ‘Maafin Lita Om. Lita tidak becus mengurusi Om.’
“Jangan terlalu khawatir Lita. Suamimu sebentar lagi pasti akan siuman. Om sudah meresepkan obatnya. Kamu bisa menebusnya di Apotek.”
“Terima kasih Om.”
Kaisar mengangguk kecil. “Ah iya satu lagi. Suruh suamimu istirahat total selama seminggu ini ya.”
Lita mengangguk paham. Ia pun mengantarkan Kaisar sampai di depan pintu.
“Hati-hati di jalan Om.”
Mobil Kaisar sudah tidak terlihat lagi. Kaisar itu sahabat Papanya di rumah sakit. Lita sangat dekat dengan Kaisar karena Lita memang sering berkunjung ke rumah sakit.
Di kamar.
Lita memandangi sosok Daniel yang masih terlelap. Tanpa sadar, air matanya menetes begitu saja. “Maafkan Lita. Hikss…” Membenamkan wajahnya di dada Daniel.
Jam sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Lita tidak jadi memasak tadi.
“Eughhh,” lenguh Daniel yang mulai sadar.
Lita langsung mendongak. Sudut bibirnya tertarik ke atas tatkala melihat sang suami yang sudah siuman.
“Om.”
Daniel memegang kepalanya yang terasa begitu pusing. Matanya menatap heran ke arah tangannya sendiri. “Aku diimpus?” ucapnya serak.
“Iya Om. Om tadi pingsan.”
Daniel hanya terdiam tak bergeming. Ia menatap sosok Lita yang berada sangat dekat dengannya. ‘Apakah dia habis menangis?’
“Aku haus,” ucap Daniel sambil memegangi tenggoroakannya yang begitu kering.
Dengan cepat Lita langsung menyodorkan air putih dan membantu suaminya untuk minum.
“Om istirahat saja ya. Lita mau buat bubur setelah itu tebus obat di Apotek.” Lita mulai beranjak.
“Tidak! Jangan pergi! Di sini saja,” pinta Daniel.
“Tapi,” ucap Lita ragu-ragu.
“Besok saja. Aku sudah merasa lebih baik.”
“Lita harus membuat bubur. Om kan belum makan.”
“Nanti saja. Temani aku tidur terlebih dahulu. Setelah aku terlelap, kamu boleh membuat bubur.”
“Baiklah,” ujar Lita pasrah.
“Kemarilah,” titahnya.
Lita menurut dan berbaring di samping Daniel. Jantungnya begitu berdebar tatkala pria itu memeluk tubuhnya dengan satu tangannya. Kini, Lita sudah berada di dalam dekapan pria yang berstatus sebagai suaminya itu.
“Om,” cicitnya.
“Sebentar saja sampai aku tertidur. Aku sangat rindu memelukmu seperti ini. Sudah sangat lama aku tidak pernah melakukannya lagi.”
‘Kini, kamu sudah menjadi seorang gadis yang begitu menggoda, gadis kecilku.’
Daniel mengecup pucuk kepala Lita, dan mulai memejamkan matanya kembali. Rasa kantuk begitu mendominasi dirinya saat ini.
Beberapa menit kemudian, terdengar dengkuran halus dari seorang Daniel. Perlahan, Lita mulai melepaskan dekapan Daniel di tubuhnya.
‘Om Daniel memang sangat tampan. Wajahnya tidak terlihat tua sama sekali. Sama seperti dulu.’ Lita tanpa sadar menyentuh wajah pria yang sudah merebut hatinya sejak masa kanak-kanak. Lebih tepatnya, Daniel adalah cinta pertamanya.
‘Jika saja Om Daniel bisa kumiliki seutuhnya. Pasti aku akan bahagia sekali. Sekalipun, dia tidak mencintaiku. Aku sangat ingin punya anak darinya.’
Lita membelai wajah Daniel lembut. Matanya tertuju ke arah bibir tebal Daniel. Entah keberanian dari mana, Lita meraup bibir yang sangat ingin untuk diciumnya itu.
Cukup lama Lita melakukannya. Dirinya jelas sangat amatir dalam hal ini. Lita tersenyum puas karena sudah bisa merasakan bibir itu dan melumatnya sedikit. Daniel tidak terusik sama sekali. Hal itu membuat Lita begitu senang. Jika Daniel sampai sadar, pasti pria itu akan marah besar kepadanya.
Lita memang tidak tahu bagaimana rasanya menjalin kasih. Selama ini, dirinya tidak pernah punya hubungan dengan pria manapun. Ia bahkan hanya punya dua teman saja. Itupun sewaktu dirinya masuk SMA. Dirinya memang sangat payah dalam hal bersosialisasi.
Dengan gerakan perlahan, Lita beranjak pergi ke dapur. Ia harus membuat bubur untuk suaminya.
Daniel ternyata tidak benar-benar tertidur. Dia tahu dengan apa yang sudah dilakukan istri kecilnya itu kepadanya. Ia menyentuh bibirnya. Dirinya tadi sudah sekuat tenaga menahan untuk tidak membalas ciuman Lita. Untung saja, ia berhasil melakukannya. Jika tidak, mungkin dirinya akan melakukan hal gila kepada Lita.
‘Daniel! Ingat! Dia itu adalah bayi yang pernah kau urus. Kau tidak boleh sampai berbuat macam-macam dengannya. Walaupun dia istrimu sendiri. Lagipula, kau itu punya seorang kekasih.’ Daniel mengingatkan dirinya sendiri.
Di dapur.
Lita sudah selesai membuat bubur dengan porsi yang lumayan banyak. Ya, bubur itu akan menjadi makanannya juga.
Jujur saja, Lita begitu kelaparan. Di kafe tadi, ia hanya minum dan memakan beberapa cake saja. Hal itu sangatlah tidak cukup untuk mengganjal perutnya.
Lita membawa tubuhnya beringsut ke bawah lantai. Beberapa hari ini, dirinya sedang mempelajari sesuatu dari internet. Sesuatu tentang bagaimana cara membuat hubungan rumah tangga menjadi harmonis.
Setelah ia pelajari, salah satu caranya adalah dengan memiliki momongan yang akan mengisi kekosongan di dalam sebuah keluarga. “Bagaimana caranya agar aku bisa memiliki anak dari Om Daniel ya?” Apa aku harus menggodanya seperti di film-film?” lirihnya pelan.
Seketika Lita teringat dengan tanda ditubuhnya. Ia memang belum sempat ke rumah sakit. “Ah iya. Kenapa aku tidak mencari tahunya di internet saja. Dasar bodoh!” Lita memukul kepalanya pelan.
Dengan sangat tak sabaran, Lita mengetikkan sesuatu di ponselnya. Sedetik kemudian, matanya melotot kaget.
“Apa-apaan itu?!”
Lita menjauhkan ponselnya. Dirinya tak sengaja menonton video tak senonoh menurutnya dari hasil pencariannya tadi. Lita kini sadar jika apa yang diucapkan Lisna adalah benar adanya. Tubuhnya tidak sakit sama sekali. Semua itu pasti perbuatan seseorang. Tapi siapa?
Lita benar-benar kebingungan sekali. Tanda-tanda kemerahan itu ia dapatkan setelah menikah dengan Daniel. ‘Apakah semua ini perbuatannya Om Daniel?’
Sejenak Lita tertegun. Merasa tidak ingin ambil pusing, Lita pun bangkit. Tak lupa dibawanya nampan berisi dua mangkok bubur dan dua gelas air putih menuju kamar mereka.
Sepertinya mulai saat ini, dirinya akan terus belajar dengan ponselnya tentang sesuatu yang mungkin mesum. Hal itu memang sangat tidak pantas mengingat umurnya masih berusia tujuh belas tahun. Tapi, dirinya sudah menikah sekarang. Jadi, sudah lain ceritanya.
Menikah adalah sekali seumur hidup baginya. Tidak boleh ada kata perpisahan. Karena itu, dirinya harus bisa membuat pria yang berstatus suaminya itu untuk tidak dapat mengakhiri pernikahan ini.
‘Bagaimanapun caranya, aku harus bisa membuat Om Daniel untuk terus menjadi suamiku. Walaupun itu dengan cara kotor sekalipun.” Tekadnya.