Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Little WifeLittle Wife
Oleh: Webfic

Menangis

Lita terbangun dari tidurnya. Netranya menatap ruangan kamarnya. Begitu gelap dan mencekam. ‘Ini jam berapa?’ batinnya. Lita langsung bangkit dan meraba-raba saklar lampu. Bisa ia yakini jika di luar sedang terang bulan. Lita bernafas lega tatkala ruangan kamarnya sudah terang kembali. Ia memutuskan untuk pergi ke bawah mengecek sosok suaminya. Kini, ia sudah berada di ruang tamu. Tidak ada sosok yang ia cari. Sedetik kemudian, ia melihat ada sepucuk surat di atas meja. Setetes air matanya langsung jatuh begitu saja. Lita benar-benar tidak menyangka jika Daniel bisa berbuat hal sejahat ini kepadanya. “Om Daniel, kamu kenapa bisa seperti ini? Apa salahku?” lirih Lita yang mulai terisak. Tubuhnya jatuh beringsut ke lantai. Bagaimana ia akan menghadapi malam ini dan malam-malam lainnya seorang diri? Daniel bilang di suratnya jika ia tidak akan pulang dan akan tinggal sementara di rumah sang kekasih. Di tempat lain. Daniel sudah tiba di depan rumah Febby tiga jam yang lalu. Namun, Daniel tidak kunjung turun dan masuk. Ia masih setia berada di dalam mobil. Entahlah, dirinya seperti enggan untuk memasuki rumah tersebut. Pikirannya tertuju kepada sosok Lita yang saat ini tengah berada seorang diri di rumah. Sedetik kemudian, Daniel memukul kepalanya pelan karena teringat sesuatu. “Astaga! Kenapa aku bisa melupakan hal sepenting ini?” Dengan gerakan cepat, Daniel memutar arah mobilnya. Dipijaknya pedal gas sekuat tenaga. Dirinya tiba-tiba saja merasa cemas dan kalut. Jika sampai terjadi sesuatu yang buruk kepada sang istri. Ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri. Daniel baru ingat, jika Lita memiliki trauma dengan yang namanya tinggal sendirian di rumah ketika malam hari. Gadis itu pernah hampir kehilangan nyawanya sewaktu kecil ketika berada seorang diri di rumah. Dan semua itu karena dirinya juga. Setelah sampai ke rumahnya kembali. Daniel langsung berlari dengan begitu tergesa-gesa. Kini, matanya melotot sempurna tatkala melihat sosok yang tengah tergeletak di lantai. “LITA.” Bisa Daniel lihat, jika wajah sang istri begitu sembab. Dirinya tidak bodoh dan langsung menebak bahwa Lita pasti menangis tadi. Tubuh gadis itu begitu dingin seperti es. Dengan gegas, Daniel membopong tubuh Lita untuk menuju kamar mereka. Dengan sangat hati-hati Daniel membaringkan tubuh Lita. Ia juga mengusap-ngusapkan minyak angin keseluruh tubuh Lita yang dingin itu. Tangannya bergerak dengan cepat. Daniel pernah melakukan hal ini dulunya. ‘Semoga cara ini maish bisa berhasil.’ Tak hentinya Daniel membalurkan minyak angin tersebut. Ia berharap agar tubuh Lita bisa mulai menghangat. Dirapikannya rambut Lita yang terlihat sedikit berantakan. Ia juga mengecupi seluruh permukaan wajah Lita. Mulai dari kening, mata, hidung, pipi, dan terakhir bibir. Sungguh, ia bukan ingin modus kepada Lita yang sedang dalam keadaan tidak sadar seperti ini. Daniel hanya bermaksud membuat gadis itu sadar dan terusik dengan perbuatannya kali ini. “Eughhh,” lenguh Lita yang mulai tersadar dan berusaha untuk duduk perlahan. Permukaan wajahnya ia rasa basah seperti terkena siraman air saja. “Om Daniel?” “Syukurlah, kamu sudah sadar.” Daniel memeluk Lita dengan erat. “Hiks…hiks… Jangan tinggalin Lita sendiri Om. Lita takut.” Semakin mengeratkan pelukannya. “Iya. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu.” Mengecup pucuk kepala Lita dengan sayang. Rasa kesal dan marah kini telah tergantikan dengan perasaan bersalah. “Ya sudah, kalau begitu kamu tidur ya.” Lita menggeleng kuat. Posisi mereka masih berpelukan. “Lita tidak akan bisa tidur. Bagaimana jika Om pergi lagi? Om bahkan bilang di surat jika akan tinggal bersama kekasih Om itu. Jika begitu, Lita pasti akan sendirian.” Daniel perlahan melepaskan pelukannya. Debaran jantungnya begitu menggila saat ini. Terutama ketika pelukan keduanya semakin erat. “Maaf. Tadi aku hanya bercanda saja,” dustanya. Manik mata Lita menatap lekat wajah Daniel yang begitu tampan di bawah cahaya lampu yang sedikit terang. “Benarkah?” Daniel mengangguk kecil. “Syukurlah kalau begitu,” ucap Lita lega. Daniel tersenyum samar. Sifat Lita yang begitu mudahnya percaya ternyata tidak berubah sama sekali. Daniel benar-benar mensyukuri semua itu. “Tidurlah. Aku akan menyanyikan lagu pengantar tidur,” ujar Daniel. “Tidak usah! Lita bukan anak kecil lagi yang harus dinyanyikan lagu pengantar tidur segala,” tolaknya. “Ya sudah kalau begitu. Kamu tidurlah. Aku akan tidur di sofa.” Daniel ingin beranjak, namun Lita menahannya. “Jangan!” “Ada apa?” tanya Daniel sedikit kebingungan. Lita menggigit bibirnya kecil. “Tolong peluk dan usap rambut Lita sampai tertidur Om,” ucapnya malu-malu. Daniel tercengang seketika. Ia ingat, jika Lita sampai meminta hal itu berarti sang istri merasa gelisah dan kesulitan untuk tidur. Begitulah yang ia tahu dan ingat. “Iya.” Kini, posisi kepala Lita sedang bersandar di dada bidang Daniel. Daniel terus mengelus-ngelus rambut Lita dengan gerakan perlahan sesuai permintaan gadis itu. Lita begitu merasa nyaman dan sudah tidak ketakutan lagi. Ia semakin mengeratkan kedua tangannya yang saat ini sedang memeluk pinggang sang suami. Wajahnya semakin ia benamkan di dada Daniel. Tercium dengan jelas aroma tubuh maskulin dari seorang Daniel. Begitu juga dengan aroma khas sabun strawberry dari seorang Lita. Keduanya bisa mencium aroma tubuh masing-masing. Rasa kantuk sudah mulai menyerang Lita. Perlahan tapi pasti, Lita sudah memejamkan kedua matanya. Suara dengkuran halus mulai terdengar. “Ternyata dia sudah tertidur.” Daniel menghela nafas. Ia bingung dengan dirinya yang sekarang. Kenapa akhir-akhir ini, emosinya selalu berubah-rubah? Ada apa dengannya? Matanya melirik sosok Lita yang tengah tertidur di dadanya. Sepertinya gadis itu begitu nyaman sekali. Tiba-tiba saja, Lita bergerak ke atas. Daniel melotot sempurna tatkala bibir Lita menyentuh bibirnya. Hanya menempel tidak lebih. “Panas,” racau Lita. Lita bergerak-gerak gelisah, Daniel hanya diam tak berkutik karena ciuman tadi. Lita kepanasan mungkin karena efek minyak angin yang diusapkan ke tubuhnya begitu banyak. Bagaimana tidak, minyak angin itu kini hanya tinggal setengah saja. Hingga sedetik kemudian, gadis itu tanpa sadar membuka kancing kemeja panjangnya satu persatu. Daniel sudah mulai tersadar. Lagi-lagi ia terkejut dan langsung menghentikan tangan itu. ‘Astaga. Kenapa Lita bisa berbuat seperti ini saat matanya sedang terpejam?’ “Panas,” racau gadis itu lagi. Bisa didengar jika Lita begitu tersiksa sekali. Daniel juga merasa panas dan gerah. Tapi, semua itu bukan karena suhu di kamar Lita. Sesungguhnya, suhu kamar Lita itu sangat dingin. Mengigat, AC yang terus menyala. Rengekan Lita semakin terdengar pilu di telinga Daniel. Mau tak mau, Daniel pun memejamkan matanya dan membantu gadis itu membuka pakaiannya. Baju Lita sudah terlepas dengan sempurna. Yang tersisa hanya dalaman saja. Gadis itu juga tak lupa membuka celana pendek selutut yang ia kenakan saat ini. Jantung Daniel berdetak dengan tempo yang begitu cepat. Ia menelan salivanya dengan susah payah. Sekeras apapun dirinya berusaha untuk memejamkan matanya agar tak melihat keadaan Lita saat ini. Namun, semua itu hanya bertahan sebentar saja. Mata nakalnya itu terus terbuka dan menatap tubuh Lita yang benar-benar menggoda iman. Daniel semakin dibuat terkejut tatkala Lita kembali memeluk dirinya dengan erat. Bisa Daniel rasakan dengan jelas benda bulat milik Lita yang menempel di dadanya. ‘Ya Tuhan. Aku harus bagaimana sekarang? Rasanya aku ingin menerkam istri kecilku ini sekarang,’ batin Daniel frustasi.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.