Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa
Little WifeLittle Wife
Oleh: Webfic

Mengecup Pipi

Suara langkah kaki begitu tergesa-gesa. Pria itu terhenti tepat di depan pintu. “Pintunya terkunci? Itu tandanya…” Daniel langsung mengeluarkan kunci dari dalam saku celananya. Dengan cepat, ia memutar knop pintu dan berlari kecil ke dalam. “Lita.” Daniel membuka kamar mereka. Tidak ada tanda-tanda jika Lita berada di sana. Daniel terdiam sejenak. Ia sangat yakin jika istri kecilnya itu pasti pergi ke sekekolah dengan keadaan yang belum terlalu pulih. “Ya ampun Lita! Bisa-bisanya kamu sekolah dengan keadaan seperti itu.” Daniel mengusap wajahnya dengan kasar. Dirinya benar-benat begitu khawatir. Bagaimana jika gadis itu sampai pingsan? Setahu Daniel, Lita tidak pernah memiliki teman sama sekali. Entah di masa SMA seperti sekarang. Karena, Daniel tidak pernah tau lagi kehidupan gadis itu sejak masa SMA. Lebih tepatnya, Daniel menghindari sosok Lita yang selalu gencar dijodohkan kepadanya. Karena itu, dia menjauh dari sosok Lita. “Aku harus memastikan keadaannya.” Daniel pun memutuskan untuk pergi ke sekolah Lita. Pikirannya, benar-benar tidak tenang sama sekali. *** Kini, Daniel sudah sampai di sekolahnya Lita. Bisa Daniel lihat dari balik kaca mobilnya jika para siswa-siswi tengah berlarian menuju pagar. ‘Oh ternyata, mereka sudah pulang.’ Netranya kini tertuju kepada Lita, istrinya itu. Entah mengapa, Daniel mendadak kesal tatkala melihat sang istri yang tengah tersenyum lembut kepada seorang pria yang berseragam sama dengan istrinya itu. ‘Siapa pria itu?’ Memukul stir mobil dengan lumayan keras. Arkan mengusap lembut rambut Lita. Lita hanya tersenyum lembut. Lisna yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala saja. ‘Mereka ini seperti sepasang kekasih saja. Kenapa sich, nggak jadian sekalian. Sungguh, mengulur-ngulur waktu saja.’ “Hey Arkan! Cepat!” teriak Lisna. Arkan hanya bisa mendengus sebal. ‘Dasar sepupu menyebalkan! Ganggu aku sama Lita aja.’ “Cepatlah Arkan. Lisna sudah menunggumu,” ujar Lita lembut. “Iya. Kamu hati-hati ya. Kalau sudah sampai kabari aku.” Lita mengangguk kecil. “Jangan sampai lupa ya,” ingatkan Arkan. “Iya.” “Cup.” Arkan mengecup pipi Lita sekilas dan langsung melarikan diri. Lita hanya bisa mengerjap-ngerjapkan matanya lucu. ‘Kenapa Arkan tiba-tiba mengecup pipiku?’ ‘Ah sudahlah. Paling dia hanya bercanda saja.’ Lita kembali melangkah. Ia akan menuju halte bus seperti biasa. Sebenarnya, Lisna dan Arkan selalu menawarkan diri untuk mengantarkannya. Namun, Lita selalu menolak dengan alasan lebih terbiasa mengenakan bus ketimbang mobil. Daniel yang melihatnya mendadak kebakaran jenggot. Tanpa sadar, Daniel keluar dari mobil dan menarik Lita secara paksa. ‘OM DANIEL?’ Mata Lita terbelalak saking kagetnya. Ada apa dengan hari ini? Kenapa banyak kejadian tidak terduga? Lita benar-benar kebingungan sekali. Daniel menghempaskan tangan Lita sehingga gadis itu sedikit mengaduh kesakitan. Bohong, jika cengkraman Daniel tidak menyakiti dan melukai pergelangan tangannya. Buktinya, lengannya kini memerah dengan sempurna. ‘Ada apa dengan Om Daniel? Kenapa tiba-tiba bisa berada di sini? Dia juga kelihatan begitu marah. Sebenarnya ada apa?’ Lita menundukkan kepalanya. Tanpa berkata sepatah kata pun, Daniel melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Lita menggenggam kedua tangannya sendiri dengan erat. Jujur saja, kali ini dirinya begitu ketakutan karena sang suami mengemudi dengan ugal-ugalan. Tanpa sadar, air matanya menetes begitu saja. *** Sesampainya keduanya di rumah. Daniel langsung turun dari mobil tanpa mempedulikan Lita. Lita hanya bisa menatap nanar ke sosok Daniel yang tengah berjalan tergesa-gesa itu. Dengan tubuh yang begitu lemas. Lita berjalan perlahan. Kepalanya sedikit pusing dan perutnya merasa mual. Belum lagi, tubuhnya yang mulai memanas. Lita tahu jika semua itu pasti karena keadaan tubuhnya yang belum pulih sepenuhnya dan juga karena insiden tadi ketika sang suami mengemudi dengan begitu ugal-ugalan. Lita memasuki kamarnya. Kamarnya begitu gelap. Mungkin karena hari yang sudah sore dan mendung. Langkahnya terperanjat tatkala melihat sosok Daniel yang sedang duduk di tepi ranjang dengan tatapan tajam yang Lita yakini ditujukan untuk dirinya. “Om. Lita ingin mengganti pakaian. Bisakah, Om keluar dulu?” ujar Lita takut-takut. “Kenapa aku harus keluar? Bukankah aku ini suamimu,” sahut Daniel dingin. Lita hanya diam dan tak bermaksud membalas perkataan sang suami. Lita benar-benar kaget dengan sikap Daniel yang begitu berbeda seratus delapan puluh derajat dari biasanya. Apa dirinya punya salah? Daniel memperhatikan Lita yang mengambil beberapa baju kemudian gadis itu masuk ke dalam kamar mandi. ‘Pria tadi itu siapa? Apa pacarnya? Apa itu alasan dirinya waktu itu menolak keras keinginan orang tuanya untuk dinikahkan denganku?’ ‘Cih! Istri macam apa itu? Bisa-bisanya masih menjalin kasih dengan pria lain? Gadis murahan!’ Daniel pun bangkit dan memutuskan untuk pergi. Mungkin, malam ini dirinya tidak akan pulang. Daniel memutuskan untuk menginap di rumah Febby. Cklekk. Pintu kamar mandi pun terbuka. Lita celingak-celinguk mencari keberadaan Daniel. ‘Om Daniel ke mana?’ ‘Ah mungkin, dia sudah pergi dan berada di bawah.’ Lita berjalan menuju ranjangnya. Tubuhnya benar-benar butuh istrirahat sekarang. Perlahan, Lita pun mulai memejamkan matanya dan memasuki alam mimpi. Di sisi lain Arkan terus-menerus tersenyum seperti orang yang tidak waras. Ia masih mengingat kejadian yang begitu indah hari ini. “Lita terlihat begitu menggemaskan dengan wajah terkejut seperti tadi.” Arkan berguling-guling di atas kasurnya dengan memeluk guling bergambarkan wajah Lita. Bukan hanya guling itu saja yang bergambarkan wajah Lita. Dinding kamarnya dipenuhi oleh gambar gadis yang telah mencuri hatinya selama dua tahun ini. Arkan jatuh cinta pada pandangan pertama dengan sosok Lita. Beruntungnya ia tatkala mengetahui jika Lisna, sepupunya itu berteman dengan Lita. Dari sanalah, ia juga mulai mendekatkan diri dengan Lita sebagai teman. Sampai sekarang, Arkan belum memiliki keberanian untuk menyatakan perasaannya kepada Lita. Ia begitu takut jika Lita akan menolaknya dan membuat pertemanan yang terjalin selama dua tahun akan berakhir begitu saja. Karena itu, Arkan memutuskan untuk mengagumi Lita secara diam-diam. Ia saja tidak pernah memberi tahu Lita atau siapa pun. Tidak ada orang yang diijinkan Arkan untuk memasuki kamarnya termasuk orang tuanya sendiri. Menjadi anak tunggal merupakan sebuah keberuntungan untuk Arkan. Tidak ada yang mengganggu dirinya sama sekali. “Ya ampun Arkan! Kenapa kamu bisa mencium pipinya Lita sich.” Merutuki kebodohannya sendiri. Dia benar-benar refleks tadi. Mungkin semua itu dikarenakan rasa cintanya yang sudah tak tertahankan lagi. “Sudahlah. Aku yakin jika Lita pasti tidak akan marah. Aku akan bilang padanya jika hal itu hanya candaan semata. Pasti dia akan percaya,” ujarnya yakin. Selama dua tahun ini, Arkan sudah lumayan mengenal sosok Lita. Lita adalah orang yang begitu mudahnya percaya dengan perkataan orang lain. Selain itu, Lita memang tidak terlalu banyak bicara dan hanya keseringan tersenyum simpul saja. “Lita, aku sangat mencintaimu sampai kapanpun.” Arkan tersenyum lebar sambil menciumi bantal guling dengan wajah Lita itu.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.