Tatapan yang Tidak Bisa Diartikan
Tanza meneguk ludahnya kasar. Ia harus berkata jujur kepada wanita yang sudah dianggapnya sebagai ibu kedua.
“Itu, karena…” Tanza meremas-remas tangan saking gugupnya.
Dengan sabar, Gisel terus menunggu jawaban dari sang keponakan. Tanza terus merasa gelisah. Dirinya begitu bimbang untuk menyampaikan alasannya itu.
“Tanza ingin Bunda berjanji dulu,” ujarnya tiba-tiba.
Alis Gisel tertaut sempurna. Kenapa dia harus berjanji terlebih dahulu? Benar-benar aneh.
Tak ingin ambil pusing, Gisel akhirnya mengangguk mengiyakan. Dirinya sudah kepalang penasaran sedari dulu alasan sang keponakan membenci anak sambungnya itu yang sekarang statusnya adalah kakak ipar dari seorang Tanza.
“Janji ya, hanya Bunda yang tahu.”
Gisel merasa begitu gemas sekali. Kenapa sang keponakan mendadak menjengkelkan seperti ini? Tapi, ya sudahlah. Dia akan menututi kemauan pria remaja di hadapannya ini.
“Bunda berjanji,” sahut Gisel mantap.
Tanza tersenyum sekilas. “Tanza pernah melihat pria brengsek itu bersama denga
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda