Malam Pertama
Seminggu berlalu, Daniel terus saja pulang larut malam. Ia bahkan selalu berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindar dari istri kecilnya itu. Lita selalu saja menangis di malam hari. Dirinya merasa kehilangan sosok Om yang selalu memperhatikannya dirinya selama ini.
Memang semenjak menikah. Daniel tidak perhatian kepadanya lagi. Hal itu semakin membuat seorang Lita mengalami kesedihan yang mendalam.
Saat ini, Daniel tengah berjalan mengendap-ngendap. Ia memperhatikan jarum jam yang menunjukkan pukul satu dini hari. Dia sangat yakin jika istri kecilnya itu pasti tengah tertidur. Lita adalah tipikal orang yang mudah sekali tidur. Gadis itu tak mungkin bisa begadang. Kemungkinan, gadis itu hanya pernah begadang ketika mereka bercinta waktu itu di hotel. Dan semua itu karena paksaan dari dirinya.
Jika mengingat hal itu. Ingin rasanya Daniel menenggelamkan dirinya sendiri di laut yang paling dalam. Dosanya kepada gadis kecil sangatlah banyak sekali.
Dengan sangat hati-hati, Daniel membuka kamar mereka. Selama ini, dia selalu tidur di samping Lita dengan memeluk gadis itu. Hanya saja Lita tidak sadar akan hal itu.
Hanya butuh waktu lima belas menit, Daniel sudah mandi dan memakai pakaian tidurnya. Dilangkahkan kakinya secara perlahan agar tak mengusik putri tidur yang ada di hadapannya kali ini. Ya walaupun, Lita pasti tidak akan terganggu meski ada suara gaduh sekalipun.
Ia kini sudah berbaring di samping sang istri. Daniel memandangi wajah Lita yang sembab. Dia tahu jika istrinya itu pasti habis menangis. Di usapnya dengan lembut wajah sang istri. Kemudian, secara perlahan tapi pasti. Bibirnya sudah menempel sempurna di bibir mungil itu.
Hanya sebatas kecupan tidak lebih. Jika lebih dari itu, Daniel takut dirinya akan khilaf. Apalagi, bayangan percintaan mereka yang begitu luar biasa terus menghantuinya setiap hari.
“Maafkan aku.” Memeluk tubuh Lita dengan begitu erat.
Daniel tidak menyangka jika bayi yang dulunya selalu dia gendong kini tumbuh menjadi gadis yang cantik dan begitu menggoda. Dan sudah berhasil memporak-porandakan hatinya. Entah kenapa bayangan Lita terus ada di isi kepalanya.
Ia bahkan lupa jika mempunyai kekasih. Daniel merasa, jika Febby tidak berarti untuk hidupnya. Sedari dulu pun, ia berpacaran dengan Febby karena takut diledeki oleh sang Bunda yang mengatakan dirinya tidak bisa move on dari sosok Angela. Walau memang itu kenyataannya.
Selain itu juga. Dia lelah terus dikejar oleh seorang Febby Andriani seorang model yang memiliki kecantikan dan body aduhai.
Baru lagi ingin memejamkan mata. Seketika Daniel teringat dengan pil yang diberikannya waktu itu. “Ah iya. Aku harus memeriksanya.”
Daniel yang ingin beranjak begitu terperanjat kaget mendapati tubuh istrinya yang berbalik ke arahnya. Bukan itu saja, Lita kini memeluknya dengan begitu erat sekali. Bisa Daniel rasakan gesekan dua benda bulat padat itu.
Glek.
Daniel menelan salivanya dengan susah payah. Hasrat yang sedari tadi ditahannya kini langsung bangkit. Dirinya merutuki kelancangan istri kecilnya itu.
“Persetan dengan semuanya. Aku sudah tidak tahan lagi,” ujarnya frustasi.
***
Keesokan paginya.
Lita menggeliat di atas tempat tidurnya. Secara perlahan matanya sudah terbuka. Ia merasakan keanehan di tubuhnya. Tubuhnya begitu sakit sekali seperti ditimpuki benda berat saja.
Belum lagi, mimpi mesum yang dialaminya tadi malam. Bisa-bisanya ia bermimpi jika Daniel menyentuhnya lagi seperti waktu itu. Hal itu tidak mungkin terjadi. Mengingat suaminya itu tidur di ruang tamu. Padahal dirinya salah besar.
‘Kenapa aku bisa bermimpi mesum seperti itu. Apa karena aku merindukan sentuhannya jadi bisa terbawa sampai ke mimpi segala?’ Lita mengamati dirinya dengan intens. Tidak ada hal yang aneh sama sekali.
Bajunya masih lengkap dan tidak berubah. Yang aneh hanya tubuhnya saja yang merasa remuk redam dan bagian kewanitaannya yang sedikit nyeri. Lita berpikir jika mungkin itu semua karena kejadian waktu itu.
Tapi entah mengapa, mimpi yang ia alami terasa nyata sekali seolah-olah mereka memang sedang melakukannya.
“Huhhh! Sudahlah Lita. Hilangkan semua pikiran mesummu itu.” Menggeleng-gelengkan kepalanya.
Lita pun memutuskan untuk turun ke bawah untuk mengecek suaminya itu.
Sesampainya di ruang tamu, Lita hanya bisa tersenyum kenyut mendapati Daniel yang sudah pergi. Pria itu selalu pergi pagi-pagi sekali seperti sengaja menghindar darinya. Hanya secarik surat dan sarapan pagi yang ditinggalkan di meja makan.
“Apa diriku semenjijikkan itu sampai dia tidak ingin melihat wajahku?” ucapnya sendu.
Diambilnya roti isi itu dan langsung memakannya. Ia tak munafik jika dirinya saat ini begitu kelaparan. Dan anehnya, Daniel membuatkan roti isinya ada dua. Padahal biasanya satu. Entahlah, Lita tak ingin ambil pusing. Dirinya sudah begitu lelah terus-terusan memikirkan pria tak punya perasaan tersebut.
Dua roti isi berukuran jumbo itu sudah tandas tak tersisa. Sedetik kemudian, Lita meminum susu strawberrty kesukaanya.
“Kenapa sarapannya hari ini terasa begitu enak sekali. Ini karena aku laper apa doyan ya?” Lita memandandi piring dan gelas yang sudah kosong itu karenanya. Dirinya sedikit takjub karena sudah bisa menghabiskan semuanya dalam waktu secepat kilat.
Di Kantor.
Terlihat Daniel tengah memakan roti isinya yang sengaja ia bawa dari rumah. Dirinya benar-benar kelaparan karena olahraga panas yang dilakukannya tadi malam.
“Astaga! Tenagaku rasanya habis terkuras semuanya,” lirihnya dengan mulut yang penuh.
Bisa dikatakan jika Daniel saat ini memakan rotinya dengan sangat ceapat dan lahap seperti orang yang tidak makan selama beberapa hari saja. Bahkan ia membawa empat roti isi ukuran jumbo dan sekarang hanya tinggal tersisa satu saja.
Pintu ruangannya terbuka. Saking asyiknya menikmati makanan. Daniel tidak sadar jika ada seorang wanita cantik yang tengah menatapnya cengo. Bahkan mulut wanita itu terbuka begitu lebarnya.
“Daniel,”ucapnya tak percaya.
Merasa sangat mengenal suara itu. Daniel mengarahkan pandangan ke arah wanita yang menatapnya tidak percaya.
“Eh, Bunda,” sahutnya dengan tersenyum lebar. Daniel langsung mengusap mulutnya yang ia rasa begitu belepotan.
Aca langsung menghampiri sang keponakan dan duduk di sampingnya.
“Kenapa kamu sepagi ini datangnya? Terus, kamu belum sarapan ya?” tanyanya bertubi-tubi.
Daniel meneguk susu strawberrinya terlebih dahalu sebelum menjawab pertanyaan sang Bunda.
“Daniel harus mengerjakan tugas penting Bun. Karena terburu-buru Daniel nggak sempat sarapan. Jadi, Daniel sarapan di sini dech,” jelasnya.
“Astaga. Ternyata begitu ya. Bunda malah berpikir jika kamu sedang berada di Bandung liburan dengan Lita,” ucapnya merasa kecewa.
Seketika kening Daniel langsung berkerut. “Siapa yang bilang? Daniel tidak pernah liburan sama sekali.”
Aca mendengus sebal. Ia begitu geram dengan keponakannya itu. “Jangan berbohong kamu. Bukankah kamu pergi ke Bandung dengan Lita minggu lalu? Kalian bahkan menyewa hotel. Jika bukan liburan, apa dong?”
“Bunda memata-mataiku ya,” ucap Daneil tak terima.
“Tidak. Bunda tak sengaja melihatmu di sana. Kita satu hotel ketika itu,” jujur Aca.
Ia memang ke Bandung minggu lalu dan tak sengaja melihat keponakannya itu. Aca pergi bersama Angela dan juga Clara untuk liburan di sana sekalian membahas pekerjaan.
Daniel menatap sang Bunda intens. Bisa ia lihat jika bundanya itu memang tidak berbohong sama sekali.
“Oh ternyata begitu.” Daniel manggut-manggut.
Daniel kembali memakan roti isinya. Perutnya masih begitu lapar.
“Daniel,” panggil Aca pelan.
“Hmmm,” sahutnya.
“Kau dan Lita belum melakukan hal itu kan?”
Seketika Daniel langsung tercedak dan meminum susunya dengan gerakan cepat. Aca menatapnya dengan intens.
“Hal apa?” Daniel pura-pura tidak tahu.
“Malam pertama,” kata Aca enteng.
Lagi-lagi Daniel tersedak. “Memangnya kenapa Bun?” ujarnya gugup.
“Tidak ada. Aku hanya ingin memastikannya saja. Tapi, aku berharap kalian belum melakukannya.”
Daniel hanya terdiam dan kembali menyesap susunya itu. ‘Aku harus terlihat tenang. Bunda tidak boleh curiga denganku.’