Aku Menginginkanmu Hari Ini
Kedua ayah anak itu masih saling bertatapan. Keduanya benar-benar shock sekali.
Tak pernah terpikirkan di benak keduanya jika semua lelucon yang sering didengar bisa menjadi nyata seperti ini.
"Kasihan sekali nasib Lita. Om Daniel begitu tua untuknya. Mereka lebih cocok menjadi ayah dan anak saja," celetuk Sakha.
"Pletak."
Lagi-lagi sang Mama yang tidak terima menyakiti sang anak dengan cara menjitaknya. Sakha hanya bisa mengaduh kesakitan.
Jika sampai ia melawan, bis habis dirinya di tangan sang Mama. Bagi Sakha Bagas Wijaya, Mamanya adalah orang yang paling menakutkan di muka bumi.
Di rumah ini, ibaratnya sang Mama adalah ratu yang apapun ucapan dan perintahnya harus dilaksanakan oleh setiap penghuni rumah jika ingin hidupnya damai.
"Sembarangan kamu! Walau sudah tua, Om kamu itu masih tampan kok. Dan sangat cocok dengan Lita!" sahut Angela tak terima.
Sakha hanya bisa memberenggut kesal sambil terus mengusap-ngusap kepalanya yang berdenyut. 'Cih! Mama terlalu berlebihan.'
Thomas hanya diam tak bereaksi apapun. Helaan nafas panjang lolos dari bibir tebalnya.
"Aku harap mereka bisa bahagia," lirih Thomas.
Seketika senyum mengembang di bibir Angela. Didekatinya sang suami dan langsung melemparkan kecupan di pipi. "Terima kasih ya Suamiku. Kamu memang kakak ipar yang baik." Mengalungkan kedua tangannya di leher sang suami.
Thomas balas tersenyum. "Sama-sama Sayang."
Sakha mendengus sebal melihat kemesraan kedua orang tuanya yang sudah sering dilihatnya. Jujur, ia begitu muak.
'Mereka pikir, dunia ini hanya ada mereka berdua saja apa!' dumelnya dalam hati.
Di sisi lain.
Daniel merasakan keanehan dengan tubuhnya. Tubuhnya kini merasa gerah sekali. Ia tak tau apa penyebabnya.
"Ada apa denganku?"
Rasa panas semakin menjadi saja. Yang anehnya lagi, kini nafsu birahinya tiba-tiba saja bangkit.
"Jangan-jangan, minuman tadi penyebabnya," ujarnya sedikit panik.
Karena sudah tak tahan dengan rasa panas yang diderita. Daniel pun melepaskan bajunya. Ia bertany-tanya, siapa dalang di balik semua ini.
Tidak mungkinkan istri kecilnya itu? Sama sekali tidak masuk akal.
"Om," panggil Lita pelan. Lita baru saja memasuki kamar mereka setelah sebelumnya bilang jika ia ingin berjalan-jalan sebentar.
Bukannya menjawab, Daniel malah menarik tangan gadis itu sampai jatuh ke atas kasur. Daniel memeluk Lita dengan erat.
"Om," ucap Lita begitu gugup.
Kini mereka tengah berbaring dengan posisi Daniel memeluk pingangnya posesif.
'Ya Tuhan! Apa ini karena obat itu? Bagaimana nasibku sekarang?' Lita begitu ketakutan. Kini, dirinya benar-benar menyesal telah mencampurkan sesuatu ke minuman sang suami tadi.
"Lita, aku kesakitan," racau Daniel dengan suara parau.
Kepalanya ia letakkan ke ceruk leher sang istri. 'Aku tidak bisa menahannya lagi.'
Perlahan, Daniel membalikkan tubuh sang istri. Mata keduanya saling bertatapan. Tak dapat dipungkiri, jika keduanya saling mengagumi satu sama lain. Hanya saja, ego Daniel mengalahkan semua itu.
Entah kapan pastinya, kini bibir tebal itu sudah meraup bibir mungil yang terlihat begitu kewalahan.
Lita yang awalnya hanya diam saja, kini mulai terhanyut dengan permainan yang Daniel ciptakan.
Tangan Daniel mulai bergerak ke mana-mana dan tau-tau sudah berada tepat di dada Lita. Bisa Daniel rasakan kedua aset istrinya itu.
Pagutan keduanya sudah terlepas. Lita meraup udara sebanyak-banyaknya.
Daniel memandangi wajah istrinya itu. Sangat terlihat jika kabut gairah begitu menyelimutinya.
Keadaan keduanya begitu mengenaskan. Daniel kini hanya menggunakan boxer saja. Sedangkan Lita, kaosnya sudah tertarik ke atas sehingga perutnya terekspos sempurna.
"Lita, aku menginginkanmu hari ini. Kumohon jangan menolakku ya."
Belum lagi menjawab, Daniel kembali meraup bibir mungil itu. Lita hanya bisa pasrah saja. Ia yakin, hari ini dirinya akan dimakan oleh sang suami.
'Maafkan aku,' batin Daniel.
Ia pun mulai melucuti pakaian istrinya satu persatu. 'Aku memang pria brengsek.'
Dan dimulailah pergumpalan panas diantara kedua insan yang berbeda umur itu.
Beberapa menit kemudian. Hanya terdengar suara desahan yang menggema di kamar itu.
***
Terlihat seorang pria yang tengah termenung melihat bintang yang bertebaran di langit.
Wajahnya nampak begitu sedih dan khawatir. Rasa khawatir akan masa depan putrinya yang masih begitu muda.
"Mas, sedang apa?" tanya Calisa tiba-tiba. Ia langsung duduk di samping sang suami.
Ia mencari keberadaan suaminya sedari tadi. Ternyata, suaminya itu sedang duduk di taman belakang menikmati keindahan malam.
Dicky menoleh dan tersenyum lembut ke arah sang istri. "Aku hanya sedang kepikiran dengan putri kita saja," jujurnya.
Seketika, alis Calisa menyatu sempurna. "Ada apa? Bukankah putri kita baik-baik saja?"
"Entahlah. Aku merasa bersalah telah menikahkannya di usia yang begitu muda. Belum lagi, kita membohongi mereka dengan bilang jika aku sakit parah."
Calisa terdiam sejenak. Ia tahu jika perbuatan mereka yang telah membohongi Daniel dan Lita adalah salah besar. Tapi, ia terpaksa melakukan hal itu.
"Sudahlah Mas. Semua sudah terlanjur terjadi. Kita sebagai orang tua, hanya bisa mendoakan kebahagiaan keduanya." Calisa menggenggam tangan Dicky.
Dicky hanya bisa tersenyum getir. Dirinya merasa sudah gagal menjadi seorang Ayah.
"Aku takut, Lita sampai menjadi olokan jika hamil nantinya," ujar Dicky menyuarakan unek-uneknya.
Ucapan Kaisar terus menghantuinya selama beberapa hari ini.
Terdengar kekehan pelan dari Calisa. "Haha. Hal itu tidak mungkin terjadi. Daniel pasti tidak akan berbuat macam-macam kepada Lita. Aku yakin itu."
"Tapi, aku tidak yakin. Bagaimanapun, Daniel itu seorang pria. Sewaktu-waktu dia juga bisa khilaf."
Tanpa keduanya sadari, jika Tanza anak bungsu mereka tengah mendengarkan percakapan keduanya.
Tanza mengepalkan kedua tangannya erat. Dirinya tidak pernah menyangka jika orang tuanya tega membohongi kakak tercintanya itu.
Bagaimanapun, ia memang tidak rela jika sang kakak menikah dengan Daniel yang dikenalnya sebagai pria brengsek.
'Aku harus mencari cara supaya bisa membuat keduanya berpisah. Pria brengsek itu sangat tidak pantas untuk kakakku.' Tekadnya kuat.