Bab 164
Hari ini.
Bima datang secara pribadi dan mengumpulkan jenazah Waldi. Pada malam hari, mereka menggunakan aula keluarga Laksono sebagai rumah duka.
Banyak pejabat dan penguasa yang datang ke kediaman keluarga Laksono.
"Pak Bima, turut berduka cita!"
"Pak Bima, semoga diberi ketabahan dan kesabaran ... "
"Pak Bima ... "
Bima duduk di depan ruang jenazah dengan beberapa anggota keluarga Laksono yang menemaninya. Namun, wajahnya tanpa ekspresi.
Saat menghadiapi belasungkawa dari para petinggi ini, wajahnya tetaplah dingin dan tidak menunjukkan emosi apa pun.
Orang-orang ini ...
Mereka hanya ingin menjilat keluarga Laksono, tidak ada tujuan lain.
Saat ini, mereka hanya ingin mencari jalan pintas saja.
"Pak Bima ... "
Pada saat ini, ada seseorang yang terhormat telah tiba.
Dia adalah orang terkaya di Kota Senggigi, yaitu Wafa, pemimpin keluarga Judistia!
Dia datang sendiri menghadap keluarga Laksono dengan didampingi oleh cucunya, Yiska.
"Wafa!"
Ada sedikit perubahan di wajah Bima.
Dia berdi
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda