Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 2

Di dalam hati Citra terasa seperti ditimpa batu besar yang membuatnya sesak. Pada akhir pekan, salah satu sahabat Jovan akan menikah dan mengadakan pesta lajang. Citra menemaninya menghadiri pesta tersebut. Saat masuk ke dalam ruangan, tampak banyak wajah yang familier di sana, bahkan Helen juga hadir. Namun, Jovan yang melihatnya langsung menghampiri dengan ekspresi muram. "Siapa yang memintamu hadir ke tempat seperti ini?" Wanita polos seperti Helen benar-benar tak cocok berada di tempat seperti ini. "Kakakku pergi ke luar negeri buat melakukan perjalanan bisnis, jadi aku mewakilinya untuk memberikan hadiah." Ekspresi Jovan perlahan-lahan melunak dan memperingatinya untuk tidak minum alkohol. Kemudian, dia kembali ke sisi Citra. Citra yang melihat Jovan begitu perhatian ke Helen, diam-diam menahan perasaan cemburu. Pada momen ini, pemilik pesta datang dan semua orang memberi selamat satu per satu kepadanya. Perhatian Citra akhirnya teralihkan. Mereka semua minum-minum sembari berbicang. "Nggak kusangka, kamu akan menikah duluan." "Aku pikir Jovan dan Citra dulu yang akan menikah." "Kalian itu sudah pacaran delapan tahun, loh. Sudah waktunya buat menikah." Citra hanya tersenyum sembari menoleh ke Jovan, tetapi tampak ekspresinya begitu datar seolah-olah tak mendengarkan perkataan tersebut. Topik pernikahan merupakan hal tabu bagi mereka berdua. Dia sudah meminta Jovan untuk meminangnya sebanyak tiga kali, tetapi selalu berakhir gagal. Setelah beranjak usia 25 tahun, Citra merasa ingin menikah. Namun, Jovan tak kunjung melamarnya, jadi dia berinisiatif meminangnya. Kali pertama, pada ulang tahun ke 26 tahun, dia bilang mereka masih belum matang dan lain sebagainya. Kali kedua, Dia mengambil proyek besar dan bilang pekerjaannya di kantor sangat sibuk, tunggu waktu luang untuk membahas hal itu lagi. Kali ketiga, setengah tahun yang lalu, Jovan bilang bahwa dirinya tak suka melangsungkan pernikahan, dia sangat mencintai Citra, tetapi tak ingin menikah. jovan bilang selain menikah, tak ada yang berbeda dalam hubungan mereka. Mereka bisa terus seperti ini. Jadi, dia terus menurutinya, sampai beranjak 28 tahun. Karena tak ingin ikut dalam pembahasan ini, Citra berdiri dan pergi ke meja makan untuk mengambil cemilan. Dia berdiri di sebelah meja makan, baru saja makan satu suap, ada seorang pria tinggi nan tampan menghampiri. Sorot matanya terhadap Citra jelas terpesona. Citra adalah wanita yang sangat mempesona, wajahnya cantik, tetapi terlihat dingin. Hal itu menjadi daya tarik bagi pria untuk menaklukkannya. "Hey, Cantik, bisa minta nomor telepon, nggak?" Pria itu langsung bicara tanpa basa-basi. Citra melirik pria itu. Pria itu jelas-jelas baru masuk ke dalam perkumpulan ini, dia bahkan tak tahu menahu tentang hubungannya dengan Jovan. Saat dia ingin menjawab, beberapa sahabat Jovan yang berada di sampinya juga menyaksikan kejadian ini. Mereka tersenyum sembari menghampiri. "Bang, benaran, nih?" Pria itu terkejut karena tak mengerti apa yang mereka maksud. Mereka yang merasa melihat drama bagus, membawa pria itu ke hadapan Jovan. "Kak Jovan, orang ini bilang mau mendekati Citra, gimana menurutmu?" Mereka mulai berbicara dengan riang, pria itu baru menyadari bahwa Citra sudah memiliki pacar dan itu adalah Jovan. Wajah pria itu menjadi pucat, Citra juga mengernyitkan dahi sembari bergegas mendekat. Dia paling tahu sifat posesif Jovan yang begitu mengerikan, kekasihnya takkan pernah membiarkan pria lain mendekatinya. Dulu ada seorang pria polos yang menyatakan cinta padanya. Tak berselang lama, pria itu langsung ditendang oleh Jovan sampai patah tulang dan dilarang untuk muncul di hadapannya lagi. Teman-teman Jovan sengaja ingin menyaksikan drama bagus. Citra baru saja ingin menenangkan Jovan, tetapi kali ini wajah Jovan tampak begitu tenang. Dia hanya menatap tajam pria itu tanpa bertindak atau berkata sepatah kata pun. Langkah kaki Citra terhenti. Namun, beberapa saat kemudian, Jovan menoleh ke Helen yang berada di sudut lain ruangan sedang diganggu oleh sekumpulan pria. Dia segera marah dan bangkit dari tempat duduk. "Gadis Cantik, boleh minta nomor telepon ..." Bruk! Pria yang sedang mendekati Helen masih belum sempat menyelesaikan perkataannya, tetapi langsung ditendang. Seluruh ruangan menjadi hening, mereka terkejut melihat ke asal suara. Terlihat Jovan dengan wajah marah sedang melindungi Helen. Sorot matanya begitu menyeramkan, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Kamu cari mati?" Jovan sebelumnya pernah belajar pencak silat, membuatnya begitu brutal ketika menghajar seseorang. Karena merasa satu tendangan tak cukup, dia menghajarnya sampai sekarat. Seketika ruangan itu menjadi gaduh. Suara orang berkelahi, melerai, dan juga pecahan botol terdengar tanpa henti. Helen meringkuk di sudut ruangan sembari menangis ketakutan. "Kak Jovan, aku takut ..." Pada saat itu, Citra mencoba menghadang Jovan, tetapi tak terlalu berpengaruh dan hanya bisa menghentikan pria itu sesaat. Jovan segera menghentikan pukulannya, lalu menoleh dan melihat Helen sedang menangis. Jovan melewati kerumunan orang yang sedang berkelahi dan langsung mendekati Helen yang terus menangis. "Nggak usah takut, aku akan segera membawamu pergi dari sini." Dia menutup mata Helen sembari membawanya keluar dengan lembut. Bahkan mengabaikan Citra yang berada di sampingnya. Dia mematung di tempat seperti terjatuh ke dalam kubangan es. Jovan menghajar pria penggoda itu dengan brutal dan keluar sembari menggenggam lembut tangan Helen. Dua kejadian ini terngiang-ngiang di dalam benaknya ... Terlihat orang-orang di sekitar mulai membicarakannya, karena tak ingin menghadapi situasi seperti ini dan untuk menstabilkan emosi, Citra mengambil tas dan pergi. Namun, sesampainya di luar, hujan turun dengan deras. Melihat rintikan hujan, Citra teringat kembali akan hujan di hari itu, bertahun-tahun yang lalu. Orang tuanya yang sudah bercerai bersusah payah meluangkan waktu untuk menemaninya bermain, tetapi mereka mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Sejak saat itu, Citra trauma dengan hujan dan berkendara. Dia bahkan sampai tak berani belajar menyetir dan selalu naik taksi. Namun, ada beberapa tempat yang sulit dijangkau oleh mobil. Setelah dia bertemu dengan Jovan, kekasihnya pasti akan selalu menjemput atau mengantarnya ke mana pun dia pergi. Hal itu membuatnya merasa nyaman. Citra diam merenung di depan pintu klub. Hingga terdengar suara klakson mobil tak jauh dari sana, sebuah mobil Maybach tiba-tiba berhenti di depannya. Pria tampan turun dari mobil sembari membawa payung berjalan menghampiri. "Citra? Kenapa kamu sendirian di sini?" Mendengar perkataan itu, Citra baru mengangkat tangan dan melihat pria gagah di hadapannya. Hayden Gunadhya. Kakak Helen. Dia sudah kembali? Mengira dia datang kemari karena mendengar kabar Helen, Citra menganggukkan kepala sebagai salam, lalu berkata, "Helen baik-baik saja, barusan Jovan membawanya keluar." Siapa pun melihat Hayden mengernyitkan dahi ketika mendengar perkataan Citra, sebenarnya dia tak ingin menanyakan kondisi Helen, malah pandangannya tertuju ke pergelangan kaki Citra yang memar. "Kamu luka?" Citra sendiri tak menyadarinya, mungkin tadi tak sengaja terluka. "Cuma luka kecil, kok. Seharusnya nggak apa-apa." Ekspresi Hayden berubah muram ketika mendengar itu. Beberapa saat kemudian, dia melemparkan payungnya dan merangkulnya. Sebelum Citra sempat terkejut, dia langsung menutup pintu mobil dan menghilang dalam lebatnya hujan. Ketika kembali, Hayden membawa kapas dan obat. Dia melepaskan sepatu Citra dengan ekspresi datar, gerakkannya ketika mengobati lukanya begitu lembut. Citra secara refleks menendangnya, tetapi pria itu kembali menangkap dan menahan kakinya sampai tak bisa bergerak lagi. Dia tak terlalu familier dengan Hayden karena dia merupakan pria berkelas di antara teman-temannya. Selama ini dia selalu bersikap dingin terhadap siapa pun, meski saat kuliah dulu, Citra sudah mengenalnya. Mereka berdua pernah berada di klub yang sama, tetapi karena waktu yang singkat, mereka hanya saling kenal saja. Setelah bersama Jovan, dia makin jarang bertemu Hayden. Wanita itu sungguh tak menyangka, Hayden tiba-tiba mengobati lukanya. Setelah selesai mengobati lukannya, Hayden tak mengatakan apa pun. Dia langsung membuang kapas dan bersiap menyalakan mobil. Selama mengobati lukanya, tidak ada percakapan di antara mereka. Namun, setelah itu Hayden diam-diam mengantarkan Citra pulang. Saat mobil berhenti di depan apartemennya, Citra baru tersadar dari lamunan. Meski memiliki sikap angkuh, Citra tetap harus berterima kasih kepada Hayden. "Makasih, ya." Hayden hanya mengangguk, lalu segera pergi dari sana. Citra berpikir pria ini masih arogan seperti biasanya. Malam itu, Jovan pulang ke rumah sangat larut. Sesampainya di rumah, dia langsung meminta maaf. "Citra, maaf, ya. Aku hari ini nggak sengaja meninggalkanmu. Karena situasinya sangat kacau, aku khawatir Helen kenapa-napa." Saat mendengar ini, emosi Citra sudah cukup stabil, dia menatap Jovan dengan tenang. "Jovan, apa kamu nggak merasa terlalu berlebihan pada Helen?" Helen hanya didekati oleh orang, tetapi dia menjadi begitu murka, bahkan sampai merusak pesta orang lain. "Apa kamu nggak rela Helen didekati pria lain?" Jovan terkejut. "Aku dikasih tanggung jawab untuk menjaganya, usianya juga masih muda. Aku khawatir dia tipu orang." Hati Citra menjadi lebih kalut karena tak peduli apa yang Jovan katakan, reaksinya waktu itu sama seperti dirinya saat mengusir pria yang berusaha mendekatinya dulu. Dia bukan lagi seorang gadis kecil. Pada akhirnya, Citra hanya berkata, "Sekarang, Hayden sudah kembali. Bukannya kamu sebagai kakak sementaranya bisa merasa lega?" Sorot mata Jovan tampak suram. "Citra, aku sudah menjelaskan berulang kali. Aku hanya menganggapnya sebagai adik, kamu nggak pernah bertingkah seperti ini sebelumnya." Ekspresinya begitu marah, lalu pergi keluar kamar. Citra hanya bisa mematung di tempat, hatinya terasa begitu sakit. Setelah hari itu, hubungan mereka berdua menjadi canggung. Meski tak sedang bertengkar, hubungan mereka tak sehangat dulu. Sampai keluarga Sudiro meminta mereka pulang untuk makan. Di meja makan, Pak Javar dan Bu Mariana kembali membahas masalah yang selalu mereka bicarakan. "Kapan kalian mau menikah? Kapan aku bisa menggendong seorang cucu?" Jovan masih belum memberi tahu keluarganya tentang pilihannya untuk tak menikah. Selain itu, Bu Mariana selalu meremahkan Citra karena seorang yatim piatu. Kalau bukan karena putranya yang memaksa untuk bersama dengan Citra, dia pasti sudah menolak keberadaannya. Sekarang mereka sudah pacaran selama delapan tahun, tetapi belum memutuskan untuk menikah. Hal itu membuat kesan Bu Mariana terhadap Citra semakin buruk. "Citra, apa kamu nggak mau menikah karena grup tari itu? Aku sudah bilang, cepat keluar dari sana, menikah dan siap-siap punya anak." Bu Mariana menatap kesal kepadanya. Saat itu, Citra hanya bisa menundukkan kepala tanpa membalas ucapan Ibu Jovan. Jovan akhirnya berkata, "Semua ini adalah pilihanku, perusahaan sedang sibuk, nggak usah buru-buru soal pernikahan." Pak Javar merespon dengan ekspresi muram, "Kamu itu sudah 30 tahun. Kok bisa bilang nggak usah terburu-buru!" "Ibu sudah bilang dari awal untuk memilih calon yang setara biar bisa membantumu saat perusahaan sedang sibuk. Cantik saja apa gunanya?" Bu Mariana berkata dengan sinis. "Bu, cukup." Wajah Jovan memuram. Bu Mariana akhirnya dengan enggan menutup mulut. Selesai makan, Jovan ingin pergi ke ruang kerja bersama Pak Javar untuk membahas masalah pekerjaan. Sementara itu, Bu Mariana yang tak ingin berbicara dengan Citra, langsung kembali ke kamar. Citra yang merasa tak nyaman, memutuskan menunggu di dalam mobil. Hari ini, asisten Jovan-lah yang menjadi sopir. Sang asisten yang melihat wajah lelah Citra dari kaca spion, mencoba memulai pembicaraan untuk menghilangkan rasa canggung. "Nona Citra, apa Anda akan datang menghadiri pesta dansa perusahaan minggu depan?" Citra terkejut. "Pesta dansa apa?" Asisten menunjukkan foto dari ponselnya kepada Citra sembari berkata, "Coba Anda lihat ini, perusahaan mengadakan pesta dansa untuk merayakan hari jadi ke 60 tahun. Pak Jovan memintaku untuk memesan gaun khusus, pasti berniat memberi Anda kejutan." Bagaimana pun juga, Citra adalah seorang penari profesional dan pacar Jovan. Tentu saja dia akan mengundangnya untuk menjadi pasangan menari.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.