Bab 7
Julia dibawa ke kamar lantai dua.
Wawan memerintahkan sekelompok pria berjas yang mengikutinya, "Jaga di luar."
"Baik."
Begitu pintu ditutup, Wawan menyeret Julia ke tempat tidur.
Jantung Julia berdegap kencang dan wajahnya menjadi pucat.
Sambil menahan ketakutan, dia menghindari mulut Wawan yang bau busuk. "Jangan terburu-buru, kamu mandi dulu, aku tunggu kamu."
Wawan terlihat tidak sabar. "Banyak masalah. Ayo, aku sudah nggak sabar lagi."
Julia berusaha untuk tetap tenang. "Mandi cepat saja, hanya sepuluh menit. Nanti akan ada kejutan."
Tiba-tiba, rasa penasaran Wawan terpicu.
"Oke, haha. Kamu siapkan kejutan, aku pergi mandi."
Selesai berbicara, dia masuk ke kamar mandi.
Julia berlari ke depan dan membuka pintu kamar.
Seketika, tujuh atau delapan pengawal yang berjaga di pintu melihat ke arahnya dengan serentak.
Tangan Julia gemetar dan buru-buru menutup pintu kamar.
Di luar pintu ada pengawal, pasti tidak bisa melarikan diri. Jika ingin pergi, hanya bisa mencari jalan keluar lain di dalam ruangan.
Saat ini, Wawan keluar dari kamar mandi. "Sayang, cepat kemari ... "
Julia benar-benar panik.
Dia tidak mengira Wawan akan begitu cepat!
Setelah beberapa saat, Julia tersenyum paksa. "Kenapa terburu-buru, aku sedang siapkan kejutan. Kamu berbaring di tempat tidur dulu ... "
"Sungguh banyak variasi."
Mata Wawan menyipit saat dia tersenyum. Dia berbaring di tempat tidur dengan patuh.
Julia berjalan ke arah Wawan dan melepas ikat pinggang di celananya. Setelah itu, dia mengikat tangan Wawan ke sandaran kepala kasur.
Wawan terjebak dalam khayalan, wajahnya sangat bersemangat.
Kemudian, Julia berjalan ke tepi jendela dan melihat ke bawah.
Lantai dua, sekitar lima atau enam meter dari permukaan tanah. Jika langsung melompat turun, pasti mati atau cacat!
Setelah berpikir sejenak, dia terpaksa kembali.
Saat ini, Wawan merasa ada yang tidak beres. Kedua tangannya memberontak, lalu langsung melemparkan sabuknya ke lantai.
Wajah Julia pucat!
Ketika Julia masih tercengang, Wawan sudah turun dari tempat tidur dan mendekatinya langkah demi langkah.
Julia mundur hingga punggungnya menempel meja, dia terpaksa berhenti.
Wawan langsung menyerang!
Julia memberontak dengan susah payah. Setelah mengerahkan seluruh kekuatannya, dia tetap tidak bisa mendorong Wawan.
Julia membungkuk dengan susah payah, lalu meraih kursi di sebelahnya. Tepat ketika Wawan sedang melepaskan celana, Julia menghantam kepala Wawan dengan sekuat tenaga.
"Argh!"
Wawan menggeram kesakitan dan terus berguling di tanah.
Julia mengangkat roknya dengan gemetar. Dengan sekuat tenaga, dia menghantam bagian vital Wawan dengan kursi sebanyak dua kali. Setelah, dia keluar dari kamar sambil berteriak dengan keras, "Cepat panggil dokter, bos kalian nggak enak badan dan pingsan!"
Mendengar itu, pengawal di depan pintu tidak curiga sedikit pun dan segera menelepon.
Julia memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk ke dalam lift.
Keluar dari lift. Baru berlari beberapa langkah ke depan, terdengar suara langkah kaki dan umpatan Wawan dari belakang.
"Itu dia, tahan dia, pukul sampai mati!"
"Ya, bos."
" ... "
Jantung Julia berdegap kencang. Dalam kepanikan, Julia buru-buru masuk ke salah satu ruangan.
Henry membungkuk dan menungging, sedang mengambil darts di lantai. Tiba-tiba ditabrak oleh Julia dan langsung berlutut di tanah.
"Siapa, berani mencelakaiku!"
Dia berbalik dengan marah. Melihat Julia dengan pucat, dia merasa heran dan mengangkat alis. "Ternyata kamu?"
Mendengar itu, Hans menengadah.
Julia tertegun.
Hatinya berdegap kencang.
Ternyata itu adalah Hans, suaminya!
Matanya berbinar, dia menemukan penyelamat. "Bolehkah aku berdiam di sini dan pergi bersama kalian?"
Hans melihatnya dengan ekspresi dingin.
Saat ini, Henry bangkit dari lantai, matanya sedikit menyipit. "Nggak boleh."
Julia terengah-engah. "Aku nggak tanya kamu, aku tanya dia."
"Tampaknya aku salah paham." Henry mengusap hidungnya dan menatap pria di hadapannya.
Hans tersenyum dingin kepada Julia. "Keluar!"
Julia menggigit bibirnya, berdiri di tempat tak bergerak.
Dia tidak berani keluar, juga tidak bisa keluar!
Saat ini, terdengar suara hantaman pintu yang keras bercampur dengan suara ketukan pintu.
"Wanita jalang, keluarlah!"
"Tunggu aku masuk, kamu akan mati!"
"Jangan omong kosong, hancurkan pintunya. Aku punya banyak uang!"
" ... "
Wajah Julia gelisah, detak jantungnya berdegap kencang.
Hans menatapnya dengan ekspresi dingin. "Nggak dengar kata-kataku?"
"Silakan, Nona Julia."
Henry juga langsung mengusir.
Wajah Julia pucat pasi, kukunya menusuk ke dalam daging.
"Brak!"
Tiba-tiba, pintu ruangan jatuh ke lantai, suaranya sangat keras.
Dengan wajah penuh darah, Wawan memegang gergaji listrik. Muncul di depan tiga orang.
"Apa ini film Saw?"
Henry menunjuk gergaji listrik yang masih berbunyi dengan keras.
Wawan melempar gergaji listrik, menarik bahu Julia dengan kasar ke luar.
Dengan harapan kecil, Julia memohon bantuan dari Hans dengan nada yang tulus, "Bisakah kamu membantuku?"
Di dalam ruangan, hening sunyi.
Hans tidak menunjukkan ekspresi, hanya memandang dengan tatapan dingin.
Melihat ekspresi dinginnya, bahu Julia sedikit gemetar.
Meskipun kawin kontrak, secara resmi mereka masih suami istri!
Dia begitu kejam, tidak berperasaan?
Julia tidak mengendalikan emosinya, matanya memerah. "Melihat istri ditindas orang, kamu nggak peduli sama sekali. Apa kamu masih pria?"
"Apa?"
Hans mengira dirinya salah dengar.
Julia menatap Hans dengan tajam, dia terengah-engah dengan hebat. "Kita sudah ada surat nikah, sekarang kamu adalah suamiku secara resmi. Sebagai suami, apa kamu nggak seharusnya bantu istrimu ketika dia alami kesulitan?"
" ... "
Hans menatapnya dengan ekspresi dingin.
Merayu pria lain dan mengharapkan bantuannya. Julia menganggap dirinya terlalu penting!
Di samping itu, Wawan menangkap inti percakapan.
Dia melempar Julia dan berjalan ke depan Hans, lalu mengutuk kasar, "Sialan, ternyata kamu bajingan yang merebut istriku!"
Hans duduk dengan anggun di sana, tidak memedulikannya. Pandangannya melirik Julia dengan penuh kejengkelan.
Ternyata, ini pria yang akan Julia nikahi pada hari pernikahan.
Melihat usianya, sudah bisa jadi ayah Julia.
Benar-benar tidak pilih-pilih demi kekayaan.