Bab 4
Claire tidak ambil pusing dengan ucapan Gio hari itu.
Dia pikir dia hanya perlu menunggu proses imigrasinya selesai, setelah itu dia bisa pergi.
Sayangnya, Nadine menolak melepaskannya begitu saja.
Hari itu, Nadine menyeret Claire untuk berbelanja bersama dengan antusias. Namun, Claire pingsan tidak lama setelah masuk ke dalam mobil.
Saat sadar kembali, ternyata Claire sudah berada di ujung tebing di pinggir laut dalam kondisi terikat.
Nadine yang berada di sisi satu lagi juga dalam posisi yang sama.
Claire berusaha bertanya kenapa kepada Nadine, tetapi dia tidak bisa berbicara karena mulutnya ditutup oleh lakban. Ucapannya pun berubah menjadi isak tangis.
Nadine yang menyadari kegelisahan Claire pun berujar sambil tersenyum dengan dingin, "Claire, aku juga sebenarnya nggak mau menculikmu."
"Tapi, aku nggak tenang setelah mendengar ucapan Gio waktu itu. Aku mau membuktikan siapa yang lebih penting buat Gio."
Claire merasa begitu sedih.
Apa lagi yang harus dibuktikan? Bukankah jawabannya sudah jelas?
Tidak lama kemudian, Gio yang sudah diberi tahu oleh si penculik pun bergegas datang sambil membawa dua buah koper berisi uang tunai.
Dia melemparkan kedua koper itu ke depan, lalu berkata dengan tegas, "Nih, uangnya! Sekarang lepaskan mereka!"
"Pak Gio, aku nggak menculik mereka demi uang," bantah si penculik yang memang sengaja Nadine pekerjakan itu dengan acuh tak acuh.
Ekspresi Gio sontak berubah, nada bicaranya tiba-tiba menjadi lebih dingin. "Apa maksudmu?"
Penculik itu pun meletakkan masing-masing tangannya di pundak Nadine dan Claire, lalu tersenyum dengan jahat.
"Katanya salah satu dari dua wanita ini adalah putri sahabatmu dan satu lagi itu tunanganmu? Kamu cuma bisa menyelamatkan satu orang dari antara mereka. Yang nggak kamu pilih akan kulemparkan ke dalam laut biar habis dimakan ikan hiu. Nah, silakan pilih!"
Si penculik pun sedikit mengendurkan tali yang dia pegang sehingga tubuh Claire dan Nadine yang diikat di tebing langsung melorot hendak jatuh ke dalam laut.
"Gio, tolong aku! Aku nggak mau mati!" seru Nadine dengan suara gemetar, wajahnya sampai pucat pasi saking ketakutannya.
Rasanya jantung Gio seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. "Jangan apa-apakan Nadine!"
Itulah jawaban Gio.
Si penculik pun tersenyum dengan puas. Nadine yang sengaja pura-pura ketakutan juga akhirnya benar-benar merasa lega sekarang.
Nadine menatap Gio sambil berpura-pura merasa terharu, tetapi Gio refleks menatap Claire yang berada di sisi satu lagi.
Gio pikir gadis itu akan pingsan dan kehilangan harapan akibat jawabannya, ternyata ekspresi Claire terlihat sangat tenang.
Entah kenapa, hal itu justru membuat Gio merasa gelisah.
Gio hendak membuka mulut, tetapi Nadine yang semula terikat langsung berlari memeluk Gio.
Gio refleks balas memeluk kekasihnya dengan erat. "Nadine ...."
Detik berikutnya, mata Gio pun terbelalak kaget. Pada saat yang bersamaan dengan pelukan mereka, tali yang mengikat tubuh Claire pun terputus dan gadis itu langsung tercebur ke dalam laut!
"Byur!"
Laut yang luas langsung melingkupi Claire, gaya gravitasi yang kuat juga terus menariknya ke dasar laut.
Claire berusaha sekuat tenaga untuk berenang ke atas, tetapi perlahan dia mulai merasa tidak berdaya dan putus asa.
Kelopak matanya makin lama makin terasa berat, lalu kesadarannya menghilang ....
Saat akhirnya siuman, Claire menyadari dia ada di rumah sakit dengan Gio duduk di samping tempat tidurnya.
Mata pria itu tampak memerah, dagunya ditumbuhi janggut yang belum dicukur. Itu berarti Gio sudah berhari-hari menemani Claire di sini.
Sayangnya, sekarang Claire sudah tidak membutuhkan perlindungan dari Gio lagi.
Lama sekali kedua orang itu hanya berpandangan tanpa mengatakan apa pun.
Akhirnya, Claire angkat bicara lebih dulu, "Paman nggak perlu menemaniku di sini. Paman temui saja Nadine, dia yang lebih membutuhkan perhatian Paman Gio."
Claire merasa ucapannya sepertinya kurang pantas, jadi dia menambahkan, "Aku bisa mengurus diriku sendiri."
Gio hanya diam menatap Claire yang terbaring di atas ranjang rumah sakit itu selama beberapa saat, sorot tatapannya terlihat rumit. Akhirnya, Gio bangkit berdiri dan berjalan pergi.
Claire keluar dari rumah sakit bertepatan dengan hari ulang tahun Nadine.
Karena ini pertama kalinya merayakan ulang tahun Nadine setelah mereka resmi bersama, Gio pun menyelenggarakan pesta dengan sangat megah.
Dia menghiasi penjuru aula pesta dengan sepuluh ribu bunga mawar yang dikirim secara khusus dari luar negeri, tumpukan-tumpukan hadiah mahal juga terlihat di setiap sudut aula.
Foto-foto kemesraan Nadine dan Gio bahkan dipajang di sepanjang jalan, mulai dari pintu masuk hingga ke aula.
Puncak pesta terjadi saat kembang api bermekaran di langit. Gio merangkul pinggang Nadine dengan erat sembari mereka menari di lantai dansa mengikuti alunan musik dengan elegan.
Di belakang mereka ada sebuah layar besar yang berulang kali memutarkan video momen-momen manis Gio bersama Nadine.
Di saat para tamu merasa terbuai dengan keromantisan kedua sejoli itu, layar besar itu mendadak menjadi hitam.
Kemudian, serangkaian surat cinta dan sketsa lukisan muncul di tengah layar.
Semua orang sontak mengetahui betapa dalam perasaan cinta Claire kepada Gio!
Suasana langsung menjadi gempar!
Claire menatap layar besar itu dengan wajah yang pucat!
Jelas-jelas dia sudah menghancurkan semua itu, kenapa masih bisa muncul di sini?
Claire hendak mematikan layar, tetapi entah kenapa kakinya seolah terpaku ke tempat. Dia hanya bisa diam mendengarkan caci-maki semua orang!
"Padahal Pak Gio akan segera menikah, tapi putri dari Keluarga Artana itu tetap nggak mau menyerah. Benar-benar nggak tahu malu!"
"Ini 'kan pesta ulang tahun Nona Nadine, bukannya ini bisa dianggap sebagai tantangan secara terang-terangan?"
"Kasihan sekali Nona Nadine. Setelah menikah pun masih saja ada yang mengincar hati suaminya ...."
Sepasang sejoli yang sedang menari di atas lantai dansa akhirnya menyadari bisik-bisik yang terjadi. Mereka refleks menatap ke arah layar lebar itu.
Wajah Nadine sontak memucat. Dia langsung menatap Claire dengan tubuh yang gemetar.
Akhirnya, Nadine berlari keluar dengan mengangkat gaunnya sambil menangis.
"Nadine!"
Jantung Gio sontak berdebar kencang. Dia hendak mengejar Nadine, tetapi langkahnya mendadak berhenti saat melihat Claire yang masih berdiri mematung. Gio pun berjalan menghampiri Claire, lalu menampar gadis itu!
"Plak!"
Suasana sontak menjadi sunyi.
"Claire, aku lagi bertanya-tanya kenapa akhir-akhir ini kamu begitu penurut, ternyata kamu menunggu momen untuk melakukan hal seperti ini!"