Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 3

"Nggak," jawab Claire sambil mengernyit. Gio sengaja mengambil beberapa langkah maju sambil mengamati ekspresi Claire yang menghindar dengan saksama, "Masih bisa bilang nggak? Kamu saja setiap hari pergi pagi dan pulang malam? Kamu juga langsung pergi tanpa menyapa setiap kali melihatku. Apa itu namanya bukan menghindar?" "Kenapa? Cuma gara-gara aku dan Nadine berpacaran?" "Nggak!" jawab Claire sambil langsung menggelengkan kepalanya. "Paman Gio, aku justru senang sekali Paman akhirnya bisa bersama dengan orang yang Paman sukai. Aku juga dengan tulus berharap kalian berdua nantinya bisa menikah. Tenang saja, aku sudah bisa menerima kenyataan kalau Paman nggak akan pernah menyukaiku. Jadi, aku juga nggak akan lagi suka pada Paman." Padahal Claire mengatakan semua itu dengan nada bicara yang tenang, tetapi ekspresi Gio justru menjadi suram. Dia bahkan merasa kata-kata Claire itu menusuk jantungnya. Claire tidak menyukainya? Sepertinya itu adalah hal paling konyol yang pernah Gio dengar. "Aku menolak waktu kamu menyatakan perasaanmu, juga waktu kamu mengusikku seharian. Jadi sekarang kamu mau pakai cara lain untuk menarik perhatianku, ya?" Gio bertanya sambil mengamati ekspresi Claire. Gadis itu terlihat kaget, membuat Gio merasa yakin dengan dugaannya. Gio kembali selangkah demi selangkah mendekati Claire. Begitu melihat kotak yang Claire bawa, nada bicara Gio pun menjadi lebih dingin. "Kamu nggak menyukaiku lagi, tapi selama ini ada banyak surat cinta yang kamu tulis buatku? Kamu juga diam-diam menggambarku dan selama sekian tahun ini mengusikku. Sekarang, kamu mendadak bilang kamu sudah nggak suka lagi padaku?" "Claire, apa kamu nggak menganggap ucapanmu itu sesuatu yang menggelikan?" Claire hanya diam menatap Gio di hadapannya. Mana mungkin Claire tidak menyadari betapa menggelikannya kata-katanya? Bagaimanapun juga, orang yang sering teriak maling tidak akan dipercayai oleh siapa pun. Sayangnya, ucapan konyol itu justru benar apa adanya. "Aku memang sudah lama suka pada Paman Gio, tapi Paman 'kan nggak akan pernah suka padaku. Jadi, sekarang aku benar-benar menyerah." Kemudian, Claire menuangkan semua isi kotaknya di hadapan Gio. Claire bahkan merobek-robek satu per satu surat cinta dan lukisannya. Wajah Gio yang terlihat di balik robekan-robekan kertas itu malah makin lama makin gelap. Tepat saat Claire mulai ragu dia salah lihat atau tidak, tiba-tiba Gio berujar dengan dingin. "Bagus, sana teruslah berpura-pura, Claire! Mau kamu pakai trik seperti apa pun juga, tetap saja hanya Nadine yang ada di dalam hatiku!" Setelah hari itu, Claire dan Gio tidak pernah saling berbicara lagi. Pertama karena tidak ada topik untuk mereka obrolkan, kedua karena Gio menganggap Claire sedang jual mahal dan tidak ingin ambil pusing. Sikap mereka yang saling mendiamkan satu sama lain ini terus berlanjut hingga acara pesta makan malam Keluarga Morta. Dulu, Claire yang merupakan kesayangan orang tua Gio pasti selalu menjadi pusat perhatian di acara seperti ini. Para anggota Keluarga Morta juga pasti mengelilinginya dan menanyakan keadaannya. Ujung-ujungnya selalu Gio yang harus turun tangan untuk menyelamatkannya. Sekarang, fokus Keluarga Morta beralih ke Nadine. Bagaimanapun juga, Nadine adalah calon istri Gio, sementara Claire hanyalah orang luar. Mereka juga menyadari siapa yang lebih penting. Semua berubah hanya dalam satu malam. Sekarang, Claire mau tidak mau menyaksikan betapa besar perhatian Keluarga Morta kepada Nadine. Ibunya Gio, Hanna Yunma, bahkan langsung mengenakan gelang giok yang merupakan pusaka Keluarga Morta di pergelangan tangan Nadine begitu Nadine masuk rumah. Claire saja belum pernah melihat gelang giok itu di kehidupan sebelumnya. Saat pesta makan dimulai, Keluarga Morta langsung membicarakan tentang tanggal pernikahan Gio dan Nadine. Pesta makan itu pun berakhir dengan tanggal pernikahan yang sudah ditentukan. Saat Claire hendak mengikuti Gio pulang, tiba-tiba Hanna menghentikannya. Alasannya adalah Hanna ingin membicarakan sesuatu yang bersifat pribadi dengan Claire. Mereka berdua pun memasuki kamar kerja, lalu Hanna langsung berujar tanpa basa-basi, "Claire, pergilah dari hadapan Gio." "Kamu juga tahu kalau sekarang Gio sudah bersama Nadine. Ngapain juga kamu tetap tinggal di rumah Gio? Kamu cuma bakal bikin masalah buat Gio dan mempermalukan dirimu sendiri." Hati Claire sontak merasa getir. Hanna benar-benar tidak menyembunyikan rasa tidak sukanya terhadap Claire. Padahal dulu Hanna sangat menyukainya, tetapi favoritisme itu berakhir begitu Claire menyatakan perasaannya kepada Gio. Semua orang mencemooh Claire konyol dan memakinya .... "Tenang saja, saya memang akan pergi," jawab Claire sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Claire pun mengeluarkan dokumen imigrasi dari tasnya dan menyerahkannya kepada Hanna. "Beberapa hari yang lalu saya sudah menelepon ayah saya dan memberitahunya kalau saya akan tinggal bersamanya di luar negeri. Ayah saya juga bilang sudah menemukan calon suami untuk saya. Jadi, saya akan menjauh dari Paman Gio dan nggak akan pernah mengusiknya lagi." Hanna berulang kali memeriksa dokumen imigrasi yang Claire berikan kepadanya, lalu barulah ekspresinya terlihat lebih rileks dan tenang. "Jangan mengingkari kata-katamu, ya." Setelah Hanna pergi, tubuh Claire yang tegang langsung rileks. Dia memasukkan semua dokumen itu kembali ke dalam tasnya dan bersiap untuk pergi. Namun, begitu berdiri, dia langsung melihat sosok Gio yang sedang berdiri di pintu. "Kamu mau jauh-jauh dari siapa?" Claire mendadak tidak bisa berpikir. Dia tidak tahu seberapa banyak yang sudah Gio dengar, tetapi entah kenapa alam bawah sadar Claire juga tidak ingin Gio tahu bahwa dia akan pergi ke luar negeri. Claire pun menggelengkan kepalanya. "Nggak ada kok, kamu salah dengar." Setelah itu, Claire berhenti menatap Gio. Dia berbalik badan hendak berjalan pergi, tetapi tiba-tiba Gio angkat bicara. "Aku tahu kamu sebenarnya nggak mau ke luar negeri. Begitu aku menikah dengan Nadine, kamu juga nggak perlu pindah. Aku bersahabat baik dengan ayahmu, aku bisa menjamin hidupmu selamanya." Claire sontak membelalakkan matanya, bahkan Nadine yang keluar untuk mencari Gio pun langsung mematung di tempat. Claire baru tersadar dari keterkejutannya saat melihat sorot tatapan Nadine yang penuh kebencian dan dia pun bergegas pergi.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.