Bab 2
Setelah menutup telepon, Claire pun segera menyeka air matanya. Dia mengambil KTP-nya dan bersiap keluar.
Namun, saat membuka pintu, dia menubruk pria yang berdiri di depan pintunya.
Claire bisa melihat bekas ciuman yang sangat jelas di leher Gio.
Padahal Claire sudah mempersiapkan diri melihat penampilan Gio dan Nadine setelah mereka memadu kasih, tetapi tetap saja pada akhirnya Claire refleks terdiam dan mengalihkan pandangannya.
Tentu saja Gio menyadari respons Claire. Apalagi saat melihat mata Claire yang agak memerah, Gio sontak menyadari sesuatu.
"Claire, entah kamu suka atau nggak, yang jelas aku sudah resmi berpacaran dengan Nadine," ujar Gio dengan dingin dan sedikit memperingatkan.
"Aku akan menikahinya suatu saat nanti. Karena kamu tinggal di sini, kamu harus bisa menghormatinya dan berhentilah mengatakan hal-hal konyol yang dulu sering kamu katakan."
"Ya, Paman Gio," jawab Claire dengan tenang sambil menundukkan kepalanya.
Cara Claire memanggilnya itu entah kenapa membuat Gio merasa tidak nyaman.
Dia pun menunduk dan menatap gadis di hadapannya dengan tajam.
Entah sudah berapa lama dia tidak pernah mendengar Claire memanggilnya "Paman Gio" lagi.
Dulu, saat awal-awal Claire pindah ke rumah Keluarga Morta, gadis itu selalu memanggilnya "Paman Gio" dengan nada manja.
Namun, setelah itu perasaan Claire berubah dan dia tidak mau memanggil Gio dengan sebutan paman lagi. Claire selalu memanggil Gio dengan namanya.
Gio refleks mengernyit. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba terdengarlah suara seorang wanita dari belakangnya. Suara wanita itu memecah keheningan yang mencekam di antara Claire dan Gio.
"Gio, barang-barangku sudah di sini. Aku tinggal di kamar mana?"
Gio sontak tersadar. Dia pun memeluk Nadine yang berjalan menghampirinya, lalu berkata dengan lembut, "Kamu 'kan suka sinar matahari, pencahayaan di kamar Claire bagus sekali karena kamarnya menghadap ke arah selatan. Kamu tinggal di kamarnya saja, nanti biar Claire pindah ke kamar tamu."
"Mana enak begitu?" sahut Nadine berpura-pura tidak enak hati, padahal sorot tatapannya terlihat sangat angkuh.
"Claire 'kan datang lebih dulu daripada aku, jadi bagaimana kalau aku saja yang menempati kamar tamu?"
Nadine pun hendak berjalan menuruni tangga, tetapi dia sontak memekik kaget.
"Ke depannya 'kan kamu yang bakal jadi istriku dan nyonya rumah ini," bantah Gio sambil memeluk Nadine. "Mana mungkin kamu tidur di kamar tamu?"
"Tapi, Claire sudah lama tinggal di situ. Dia pasti nggak terbiasa juga 'kan kalau tiba-tiba pindah?"
"Apanya yang nggak terbiasa?" sahut Gio sambil melirik Claire yang masih berada di ambang pintu. "Dia harus terbiasa dengan pernikahanku, dengan nyonya rumah ini dan terbiasa hanya menjadi orang luar."
Bulu mata Claire sontak bergetar, bibirnya menyunggingkan seulas senyuman yang meremehkan dirinya sendiri.
Orang luar?
Gio benar, dia memang orang luar.
"Biar kubereskan barang-barangku sekarang, habis itu pindah ke kamar tamu," kata Claire sambil mengatupkan bibirnya.
Bagaimanapun juga, sebentar lagi dia akan segera pergi dari sini dan kembali ke pelukan ayahnya. Dia tidak akan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi.
Karena ini rumah Gio dan Nadine.
Selama beberapa hari berikutnya, Claire sibuk mengurus semua persyaratan yang diwajibkan oleh kedutaan. Dia sengaja pergi lebih pagi dan pulang lebih lama agar tidak perlu bertemu dengan Gio.
Padahal Claire sudah berusaha keras untuk menghindar, sayangnya terkadang dia tetap harus melihat sendiri betapa intim dan mesranya Gio bersama Nadine.
Di saat Nadine sedang tidak nafsu makan, Gio rela merogoh kocek untuk mempekerjakan koki-koki terkenal di rumahnya agar mereka bisa membuatkan makanan untuk Nadine.
Di saat Nadine sedang tidak enak badan, Gio rela mengorbankan kontrak senilai ratusan triliun demi menemani Nadine di rumah.
Setiap kali Nadine menyebut sebuah perhiasan, Gio sendiri yang akan mengantarkan perhiasan itu ke hadapan Nadine dalam waktu sepuluh menit.
Meskipun begitu, Claire menyaksikan semua ini dengan tenang dan tanpa membuat keributan apa pun.
Dia bahkan mulai berkemas sembari menunggu proses imigrasinya selesai.
Setelah mengemas barang bawaannya, Claire memasukkan semua surat cinta dan lukisan yang dia tujukan kepada Gio ke dalam sebuah kotak. Claire hendak membuang kotak ini.
Namun, dia malah bertemu dengan Gio yang baru saja pulang sehabis membelikan Nadine makanan penutup di depan pintu.
Claire refleks berpura-pura tidak melihat Gio dan langsung berjalan keluar.
Akan tetapi, Gio segera mencengkeram tangan Claire hingga gadis itu merasa kesakitan.
"Kamu lagi menghindariku ya akhir-akhir ini?"