Bab 99
"Marco itu adikmu, keturunan Keluarga Atmaja. Apa kamu nggak bisa memikirkannya, sekaligus memikirkan dirimu sendiri?"
"Kamu bilang aku main-main, tapi menurutku, kamulah yang sebenarnya main-main. Kapan kamu akan jadi dewasa?"
Desi menggelengkan kepalanya dan berulang kali menghela napas. Matanya dipenuhi dengan kekecewaan dan rasa tidak berdaya.
Saat Desi memikirkan kemungkinan Keluarga Atmaja menjadi berantakan karena jati diri Marco, Desi merasa jika hal itu adalah tanggung jawabnya.
Jelas semua orang bisa berdamai satu sama lain, jadi kenapa harus seperti ini?
Air mata Desi akhirnya tak terbendung dan mengalir deras.
Adik kandung yang ada di depan mata Desi ini, kapan dia akan menyadari niat baik Desi ini?
Apakah Devan tidak memikirkan konsekuensi yang mungkin terjadi?
Keduanya memiliki pemikiran masing-masing dan saling menatap satu sama lain.
Saat tatapan yang dingin itu bertemu, seakan ada percikan api yang menyembur keluar.
Pada saat itulah, sebuah mobil tiba-tiba datang.
Keti
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda