Bab 516
Pada saat ini.
Di dalam telepon, suara tangisan penuh permohonan terus terdengar, diiringi isakan yang terputus-putus.
Seolah-olah di seberang sana, mereka sudah menangis dengan hati yang hancur.
Namun, bagaimana mungkin Devan dengan mudah percaya pada air mata mereka?
Apa bedanya air mata mereka dengan air mata buaya?
"Devan, bisakah kamu bicara?"
"Kami benar-benar sudah berada di jalan buntu!"
"Kalau kamu nggak datang, kami pasti akan dijebak dan dihancurkan oleh Fredi!"
"Terutama Liana. Dia pasti sudah tertipu dan menjadi pemimpin sah Grup Atmaja!"
"Tanpa kamu, kami sama sekali nggak punya kesempatan!"
Sonia terus berbicara dengan penuh emosi.
Suaranya dipenuhi dengan kegelisahan.
"Devan, memang sebelumnya kami yang salah. Aku mohon maafkan kami!"
"Ini terakhir kalinya. Kami janji nggak akan merepotkanmu lagi!"
"Aku mohon!"
Nada bicara Karin pun menjadi makin rendah, penuh dengan permohonan.
"Kami juga bisa berjanji, kalau kamu membantu kami mendapatkan aset Grup Atmaja, kami pasti

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda