Bab 504
"Kamu berani menggebrak meja di hadapan Ayah?"
"Setelah lama bergaul dengan Devan, ternyata kamu sudah belajar hal seperti ini juga?"
Fredi langsung berdiri, menatap Desi dengan marah.
Seluruh ruangan makin sunyi, suasana terasa begitu mencekam.
Seolah-olah bernapas saja harus pelan-pelan.
"Kak Desi, dua kakak iparku itu kelihatannya baik sekali."
"Mereka bukan cuma tampan dan berkarisma, tapi juga dari keluarga terpandang. Siapa yang nggak mau?"
"Di seluruh Yuwana saja, susah menemukan calon suami seideal mereka. Kok bisa-bisanya kamu menyia-nyiakan kesempatan ini?"
Liana terus menghela napas, merasa sangat sayang.
"Itu benar, Nak."
"Kamu harus memikirkan masa depanmu."
"Kalau nggak nekat sedikit, mana bisa mendapatkan mereka?"
"Bahagia itu bukan cuma soal mengejarnya, tapi juga bagaimana kita mempertahankannya."
Sonia membujuk dengan ekspresi penuh kesedihan.
Jelas sekali.
Dia juga merasa ini kerugian besar.
Seharusnya, kalau Kevin dan Rendi sudah jadi menantu, mereka bisa berpihak p

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda