Bab 395
Dia hanya bisa menerima kartu ATM itu, lalu dengan hati-hati menganggukkan kepala.
"Aku akan pergi .... Aku akan pergi jauh!"
Dekta menghela napas, tidak yakin apakah dia masih memiliki kesempatan untuk kembali.
Tepat setelah Dekta pergi, Marco akhirnya bisa bernapas lega.
Dia segera kembali ke studio, tetapi mendapati situasi yang sangat menegangkan di depannya.
"Ada apa? Kak Liana, apa yang terjadi?"
Marco buru-buru mendekat dengan ekspresi yang sedikit gugup.
"Bajingan ini tadi berani mengancamku!"
Liana berteriak marah sambil menunjuk Devan dengan jari telunjuknya yang ramping.
"Mengancam?"
Marco sedikit tertegun, lalu tanpa sadar menatap Devan.
"Benar, aku memang mengancamnya!"
"Sekarang, pergi jauh-jauh atau bertarunglah denganku!"
"Nggak peduli kamu atau aku yang mati, aku siap bertaruh nyawa!"
Devan menggenggam besi di tangannya dengan erat sambil menatap Marco dengan tatapan penuh amarah.
Meskipun tangannya sedikit gemetar, tekadnya sangat bulat.
Dia tidak bisa menoleransi sia
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda