Bab 394
Di mata Liana hanya ada Erica.
Ini adalah musuh bebuyutannya.
Ketika Liana mengira dirinya bisa segera menampar Erica.
Sebuah bayangan tiba-tiba muncul.
Itu adalah Devan.
Devan mengangkat tangannya untuk menangkis, langsung menghentikan tangan Liana.
Plak!
Liana merasa seperti memukul batu yang sangat keras.
Suaranya juga terdengar begitu nyaring.
Pikirannya berubah kosong sejenak. Kemudian, rasa sakit menyeruak hingga tangannya mulai berkedut.
Ternyata dia telah memukul lengan Devan.
"Kamu!"
Mata Liana dipenuhi air mata kesal ketika menatap Devan dengan penuh amarah.
Dia merasa dirinya telah ditindas, sepenuhnya tenggelam dalam kemarahan.
"Pertama, dia nggak mengatakan hal yang salah. Semua itu adalah kata-katamu sendiri!"
"Kedua, dia adalah adikku. Kalau kamu berani menyentuhnya, aku nggak akan melepaskanmu begitu saja!"
"Ini peringatan. Kalau kamu berani main tangan lagi, aku nggak akan menghentikanmu saja, tapi aku akan memukulmu!"
Tatapan Devan berubah sedingin es, dengan wajah mu
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda