Bab 248
"Benar!"
"Yang dikatakan ayahmu itu benar. Kita harus menjaga batu ini dengan hati-hati."
"Batu ini memang sangat bernilai, tapi seperti pepatah yang bilang kalau harta bisa mendatangkan malapetaka. Kita harus waspada agar nggak ada bahaya yang datang."
Rania berkata dengan serius.
Devan merasa sangat terharu dengan perhatian Benny dan Rania. Hatinya merasa sangat hangat.
Devan tersenyum lembut dan menggelengkan kepala.
"Nggak usah dijaga. Ayah, Ibu, kalian istirahat saja, nggak akan ada yang mencurinya."
"Waktu kami pulang, aku minta sopir untuk ambil rute yang berbeda."
"Sopir itu sangat profesional. Dia juga nggak menemukan ada yang mengikuti kita."
Devan menjelaskan.
"Sudahlah, kalian semua nggak usah khawatir. Nanti biar aku saja yang berjaga malam ini."
Mata Erica berkilau, penuh antusias saat dia memandang semua orang.
"Kamu pikir Ibu nggak tahu kalau kamu cuma mau bergadang nonton TV malam ini?"
"Kalau kamu berani bergadang, Ibu akan pukul pantatmu sampai gepeng!"
Rania menatap
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda