Bab 216
Di sisi lain.
Liana kembali ke kamarnya dengan wajah yang masih diliputi keterkejutan, sambil membelai dadanya.
Dia benar-benar belum bisa menenangkan diri.
Ini terlalu menakutkan!
Bagaimana mungkin Marco bisa seperti itu ....
Wajah Liana dipenuhi kebingungan, pikirannya kacau.
Bahkan ada sedikit kecemasan serta kekhawatiran yang terpancar dari matanya.
"Jangan-jangan, Marco punya pikiran aneh tentangku?" batin Liana.
Tentu saja itu tidak boleh sampai terjadi!
Meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, bagaimanapun juga mereka tetap saudara!
Baik menurut hukum maupun moral, hal semacam itu jelas tidak bisa diterima!
Liana tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan keningnya dengan erat, merenung sesaat.
"Pantas saja ada pepatah yang mengatakan kalau anak laki-laki dewasa harus menjauhi ibunya. Pasti ada alasan di balik pepatah itu!"
"Meski kami adalah saudara, tetap harus menjaga batasan!"
"Itu hanya reaksi fisiologis normal dari Marco. Pasti begitu!"
"Mungkin ini semua salahku kare
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda