Bab 157
"Atau kamu mau jujur saja? Kalau jujur, kakakmu nggak usah mati."
Kalimat Devan membuat semua orang tertegun. Mata mereka membelalak penuh kebingungan.
Apa yang terjadi?
Jujur?
Jujur tentang apa?
Hanya Marco yang terlihat tegang. Raut wajahnya penuh amarah sambil menatap Devan dengan tajam.
Marco mengepalkan tangannya erat-erat, menyadari bahwa tidak ada cara untuk menghindarinya.
Akhirnya, dia pun mengaku.
"Itu salahku. Sebenarnya aku nggak sakit."
"Waktu itu aku cuma ... terpeleset. Pokoknya aku nggak apa-apa."
"Tolong sembuhkan Kak Liana. Aku beneran nggak bohong ke kalian."
Dengan wajah memerah malu, Marco berbicara dengan hati-hati.
Dia khawatir pernyataannya akan membuat semua orang marah.
"Berapa kali harus kubilang, berhenti bicara! Kenapa kamu keras kepala?"
Fredi memelototi Marco sambil membentaknya.
Orang-orang di sekitar juga tampak sependapat.
Mereka berpikir Marco sengaja berbohong supaya Liana mendapat pengobatan.
Semua orang terlihat murung dan menunjukkan raut wajah se
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda