Bab 156
Semua orang tampak benar-benar putus asa.
Mata mereka terus berganti menatap Marco dan Liana, seolah mencari jawaban.
Namun, tak satu pun mampu membuat keputusan, rasanya terlalu berat.
Sungguh menyakitkan!
Mereka tetap tidak bisa menentukan pilihan.
Ruangan itu dipenuhi aura duka yang menyelimuti semuanya.
"Kalau dalam satu menit kalian masih belum memutuskan, aku akan pergi."
Devan berkata dengan nada dingin, memberikan peringatan terakhir.
Devan juga mulai kehilangan kesabaran.
"Devan, apa kamu harus sekejam ini?"
"Apa kamu sungguh ingin memaksa Keluarga Atmaja menuju kehancuran?"
Fredi sangat murka. Dia menatap Devan dengan amarah membara.
Tatapan Fredi memancarkan hawa dingin yang tajam, seolah-olah akan meledak kapan saja.
Namun, pada saat ini.
Devan tersenyum meremehkan.
"Aku memaksamu?"
"Ini karena kamu sendiri yang lambat. Kalau sudah memutuskan dari awal, pasti sudah sembuh sekarang."
"Kalau masih terus menunda, nggak ada yang bisa menolongnya!"
Nada bicara Devan penuh tekana
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda