Bab 138
"Jalan mundur? Jalan mundur apa?"
"Sebaiknya kamu yang menyisakan jalan mundur untuk dirimu sendiri."
Devan berkata sambil menatap Liana dengan sinis, lalu menggelengkan kepala.
Orang-orang ini sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi pada mereka di masa depan.
"Kamu benar-benar keras kepala! Keluarga Atmaja sudah sangat baik sama kamu. Nggak bisakah kamu memikirkan keluargamu ini?"
Liana bertanya dengan nada penuh tuntutan.
"Nggak."
Devan menjawab tegas dan langsung membantahnya.
"Kamu!"
Liana gemetaran karena sangat marah. Dia mengepalkan tangan kecilnya erat-erat.
Terutama giginya, dia mengatup giginya dengan rapat seperti ingin merobek Devan.
Tatapan mereka saling bertemu, seakan-akan ada percikan api yang beradu di udara.
Di tengah ketegangan itu.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang.
"Kebetulan sekali, Nak. Kita bertemu lagi di sini!"
Terdengar sebuah suara yang kedengaran sedikit tua.
Itu adalah suara Eko.
Dengan senyum ramah di wajahnya, dia memandang Devan dengan tenang.
De
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda