Bab 209
Ketika mereka sedang berdebat, Walace berujar, "Kalau nggak ada urusan penting, aku pulang dulu."
Rumi menarik napas dalam-dalam. Lalu, Rumi menunjuknya.
"Lihat, lihat sikapnya. Walace langsung ingin pergi begitu kita bicara soal wanita. Kamu pikir Walace akan menunggu siapa? Syukur Walace nggak menikahi komputernya. Biarlah Walace menghabiskan sisa hidupnya bersama uangnya."
Walace langsung berbalik badan dan pergi dengan cuek.
Giany mendorong kursi roda Walace keluar. Begitu pintu ruangan di belakangnya tertutup, Giany tetap merasa geli.
Walace sedikit murung ketika mendengar suara tawa Giany. "Apakah itu lucu?"
Walace berbicara sambil menggertakkan gigi.
Suara tawa Giany berhenti seketika.
"Apa yang Pak Rumi katakan tadi masuk akal juga, tapi nggak ada yang salah dengan keputusan Pak Walace. Orang sepertimu sudah sangat langka di era sekarang."
Orang yang begitu tulus dalam perasaan dan bersedia menunggu seseorang selama bertahun-tahun.
Walace menundukkan tatapannya dan tidak mengat

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda