Bab 97
Di atas meja makan, Yudha benar-benar menjadi pusat perhatian, seperti bulan yang dikelilingi oleh bintang-bintang. Sikap Zayden sangat ramah, sesekali dia menanyakan bisnis Yudha, sesekali juga menanyakan kehidupan pribadi Yudha, tetapi sama sekali tidak membahas masalah kerja sama kali ini.
Sifat yang kasar dan lugas itu muncul lagi.
Sementara sesuai dengan keinginanku, aku dan Hendra justru duduk di sudut yang sepi.
Aku bisa makan dengan bebas tanpa ada yang memperhatikan.
"Pak Yudha, umurmu sudah nggak muda lagi, apa sudah punya pacar?" Zayden tiba-tiba bertanya.
Aku menghentikan gerakanku yang sedang menyendok makanan, ingin mendengar jawaban dari Yudha.
Namun, setelah menunggu cukup lama, aku masih belum mendengar suara Yudha. Aku tidak bisa menahan diri untuk menoleh dan diam-diam melihat ekspresinya.
Baru saja aku menengadah, tak disangka pandangan kami berdua saling bertemu. Aku langsung menunduk dan pikiranku menjadi kacau.
Untuk apa Yudha melihatku?
Pikiran-pikiran yang bera

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda