Bab 94
Senyuman Zayden perlahan-lahan berubah serius. Dia menundukkan pandangannya, berpikir cukup lama, lalu mengangkat kepalanya dan menatap kami. "Begini saja, masalah ini bisa dibicarakan, tapi aku nggak akan membicarakannya dengan kalian. Kalau Pak Yudha datang secara pribadi, aku baru bisa melihat keseriusan dari pihak Grup Zuriawan. Pada saat itu, kita bisa membicarakan masalah ini."
Setelah keluar dari kantor Zayden, aku dan Hendra merasa tertekan.
"Untung kamu langsung menanyakannya, jadi kita bisa tau hasilnya. Aku sudah beberapa kali bertemu dengan orang tua itu, dia selalu basa-basi denganku, sampai aku benar-benar nggak bisa menghadapinya."
Merasa terhambat dalam pekerjaan untuk pertama kalinya, aku juga merasa sangat kesal. "Zayden itu sungguh licik."
"Semua orang tahu, tapi apa yang bisa kita lakukan?" Hendra menghela napas panjang, lalu bercanda, "Tahu begitu, lebih baik Pak Yudha datang sendiri saja. Dua lembar tiket pesawat malah terbuang sia-sia."
"Khaira?" Terdengar suara

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda