Bab 16
"Aku tahu." Aku mengenakan apron sambil menambahkan, "Serahkan padaku, kamu pergi saja."
Citra mengangguk dan pergi, lalu aku berjalan mendekat dan menyapa, "Permisi, ada yang bisa saya bantu?"
"Kak Zavier, ini Khaira, 'kan?"
Sejak aku masuk, tatapan Zavier sengaja diarahkan padaku tanpa henti, membuat hatiku benar-benar dongkol.
"Ya." Zavier mengambil menu tersebut penuh sikap angkuh. "Ini Khaira," lanjutnya.
Ada keterkejutan, kebingungan, hingga rasa ingin tahu yang terlintas di mata orang-orang tersebut.
"Pesan saja yang kamu mau, hari ini aku yang bayar." Lantas, Zavier memanggil semua orang sambil memegang menu.
Beberapa orang mengamatiku diam-diam dan sembarangan memesan minuman. Aku mencatat satu per satu, lalu pergi.
Aku bolak-balik melayani banyak orang tanpa bicara satu kali pun dengan Zavier.
Minuman terakhir adalah kopi pesanan Zavier. Dia yakin, aku akan bicara dengannya, sehingga kopinya ditaruh di akhir.
Padahal, aku enggan melayaninya saja.
Setelah meletakkan kopi di de

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda