Bab 15
Tidak perlu menoleh, aku sudah tahu, itu adalah Zavier si pria berengsek.
Perlahan, aku menghentikan langkah seraya menatap Zavier.
"Khaira, kamu masih cinta aku, 'kan?" Zavier, yang melihatku berhenti, segera berlari mendekat. Matanya berkilauan penuh harap. "Aku sudah tahu, kamu nggak tega meninggalkan aku."
"Hmph!" Aku menyeringai. "Pikirmu, dari mana aku memiliki perasaan seperti itu?"
"Kamu …" Zavier agak canggung saat berkata, "Kamu adalah anak keluarga Zuriawan, tapi kamu rela melakukan begitu banyak pekerjaan untukku. Semua gaji yang kamu peroleh juga kamu beri padaku. Bukankah itu buktimu mencintaiku?"
"Oh, barang yang kemarin kuberi, belum kamu kembalikan juga. Kamu bersedia menerima barang pemberianku, berarti kamu rela berdamai denganku, 'kan?"
Aku benar-benar bingung dengan kepercayaan diri dan logika Zavier yang aneh.
"Ehm ..." Wina agak mengangkat kepalanya. "Biar kujelaskan. Barang pemberianmu nggak dibuang karena sewaktu Khaira pulang kemarin, aku lupa memberitahunya.

Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda