Bab 40
Ada banyak bekas luka berukuran kecil maupun besar yang mengerikan menghiasi tangan Kenzo. Bahkan sekarang dia dipasang infus yang berisi obat penenang.
Entah karena sudah terlalu lama depresi atau karena wajahku yang terlalu mirip dengan Cecilia, yang jelas Kenzo memelukku dan mulai menangis.
Aku pun menirukan nada bicara Cecilia dan membujuk Kenzo untuk tetap hidup.
"Aku akan selalu bersamamu, Kenzo. Aku akan menjadi bintang di atas langit sana dan mencintaimu selamanya."
Itulah kata-kata terakhir Cecilia untuk Kenzo.
Kenzo menatap wajahku dengan lekat seolah-olah dia takut wajah ini akan menghilang seandainya dia memejamkan matanya. Akan tetapi, pada akhirnya matanya tetap perlahan terpejam berkat pengaruh obat.
Setelah meninggalkan rumah sakit, aku menanyakan lokasi makam Cecilia. Aku pergi ke sana sambil membawa sebuket mawar putih.
Pemakaman ini terlihat sunyi. Sesekali ada beberapa burung yang terbang melintasi pepohonan cemara yang tinggi menjulang sambil berkicau.
Ada sebuah m
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda