Bab 39
Setelah kuperhatikan dengan saksama, barulah kusadari bahwa mereka adalah orangtua mahasiswa yang kulihat di depan kantor.
Orangtua Kenzo!
Mereka mengajakku berjabat tangan dengan sopan sambil tersenyum dengan ramah. "Halo, Wilona, kami orangtua Kenzo."
Kami akhirnya mengobrol di tempat lain.
Jika diperhatikan benar-benar, Kenzo mirip sekali dengan orangtuanya.
"Maaf kali ini kami mengganggumu. Sebenarnya, kami ingin minta tolong padamu," ujar ibunya Kenzo sambil menyodorkan ponselnya kepadaku.
Di layar ponselnya, tampaklah sosok Kenzo yang sedang mengenakan pakaian rumah sakit. Wajahnya tampak pucat, irama napasnya juga terlihat lemah.
Wajahnya sangat tirus dan cekung, bibirnya pucat, sorot tatapannya tampak kosong dan tanpa semangat hidup.
"Eh … "
Orang ini Kenzo?
Aku agak tidak percaya. Jika bukan karena wajahnya yang masih terlihat mirip seperti dulu, aku pasti tidak percaya orang ini adalah seniorku yang dulunya penuh semangat itu.
Orangtua Kenzo pun menjelaskan bahwa kondisi Kenz
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda