Bab 10
Aku mengangguk patuh. Dia tidak lagi membahas soal pernikahan, melainkan mulai bercerita tentang pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya.
Suasana di antara kami terasa sangat santai. Dari kata-katanya, aku bisa merasakan kasih sayang seorang kakak kelas kepada adik kelasnya.
Setelah selesai makan, Kenzo menawarkan untuk mengantarku pulang. Namun, aku beralasan ingin jalan-jalan sebentar di sekitar. Jadi, kami pun berpisah di depan restoran.
Entah kenapa, aku merasa ada sepasang mata yang terus mengamatiku. Hanya saja ketika aku tiba-tiba menoleh, tidak ada yang aneh.
Mungkin aku hanya terlalu tegang.
Aku berjalan-jalan di sekitar perusahaan dekat sana karena sedang melamar pekerjaan dan ingin memeriksa lingkungan sekitar.
Tidak terasa, hari mulai gelap. Jadi, aku menghentikan sebuah taksi untuk pulang.
Saat tanpa sengaja melihat ke kaca spion, aku melihat lagi mobil yang tadi siang mengikutiku dan Kenzo.
Rasa takut tiba-tiba menyergapku. Aku menggenggam erat sabuk pengaman.
Benar-benar
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda