Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 7

Lenni yang berpura-pura menghakimi diri sendiri sekarang ini membuat Karla merasa sangat kesal dan tidak bisa bersabar lagi, "Ini adalah masalah kami, kamu itu orang luar, Bu Lenni." "Orang luar? Kamulah orang luar sebenarnya! Sekarang semua orang di luar sana tahu bahwa putraku menikah dengan Lenni," ujar Vera. Vera sangat membencinya. "Di sini nggak membutuhkanmu, cepat pergi," kata Vera. "Ibu." Darel memanggilnya, tetapi Vera memalingkan kepalanya dengan marah. "Kalian keluar dulu," ujar Darel. Lenni mengernyitkan dahinya dan berkata, "Darel, lukamu ... " "Semuanya keluar dulu!" suara Darel mulai meninggi. Tidak ada yang berani membantah. Cindy sengaja menabrak Karla ketika jalan keluar. Sedangkan ketika Lenni melewatinya, dia berbisik di telinganya, "Karla, malam ini aku akan menemani Darel menghadiri jamuan bisnis. Maaf sekali, mungkin aku harus menghadiri acara itu dengan gelar Nyonya Horins." Nyonya Horins? Pintu ruang perawatan ditutup. Darel menatapnya dan berkata, "Karla, sepertinya nyalimu semakin besar. Apa kamu harus melakukan semua hal yang aku benci? Sejak kamu masuk sampai sekarang, kamu lebih berfokus untuk berdebat dengan Lenni, bahkan nggak peduli dengan lukaku?" Namun, sepertinya Darel tidak peduli sama sekali ketika Karla dipukul. Hati Karla terasa seperti disiram oleh seember air dingin. Kecelakaan? Dari kepala hingga kaki, hanya lengan Darel yang sedikit terluka. Bahkan dia terlihat lebih bersemangat daripada Karla. "Karla, kamu semakin nggak seperti wanita yang lembut dan baik," ujar Darel dengan tatapan kecewa. "Aku berubah? Lalu bagaimana dengan kamu? Apa kamu pernah memikirkan bagaimana perasaanku ketika melihat Lenni selalu berada di sampingmu? Sejak kapan kamu juga semakin nggak peduli dengan perasaanku?" kata Karla merasa lucu. Karla bahkan menyalahkan dirinya? Apa hak Karla? "Apa aku nggak berikan uang yang aku dapatkan selama bertahun-tahun ini untukmu? Aku sudah membelikanmu rumah dan mobil, apa lagi yang kurang untukmu? Perlukah kamu membandingkan hal-hal sepele ini dengan seseorang yang sedang sakit?" kata Darel. "Aku membandingkan?" ujar Karla. Karla merasakan emosi di dalam hatinya bergolak. Mengapa kesabarannya selama ini tidak bisa mendapatkan sedikit pun pengertian dan terima kasih dari Darel? Apakah kesabarannya benar-benar berarti? "Darel, sudah larut, kita harus bersiap-siap untuk berangkat." Saat ini Lenni membuka pintu ruang perawatan dan mengingatkannya. Mereka akan menghadiri jamuan bisnis. Karla menahan Darel yang marah dan hendak pergi. Dia bertanya dengan suara serak, "Darel, jangan lupa bahwa kamu yang bilang kalau dia hanya menginginkan sebuah pernikahan." Bukan identitas. Darel tidak berkata apa-apa, menarik tangannya dan pergi. ... Karla mengemudikan mobil dengan sedikit tidak fokus untuk kembali ke perusahaan. Suhu di dalam hatinya perlahan-lahan menjadi dingin. Karla bahkan mulai curiga bahwa mungkin Darel tidak pernah mencintainya. "Bu Karla, apa Anda mau menghadiri pesta di Grup Cevora malam ini? Pak Darel akan hadir," tanya Vivi. Pada jamuan karya sulam yang diselenggarakan oleh Grup Cevora, semua perusahaan di Industri Sulam telah diundang dan hampir semua orang akan hadir. Setidaknya mereka bisa saling berkenalan di Grup Cevora. Awalnya Karla akan pergi bersama Darel, tetapi sekarang Darel sudah punya pasangan, lalu bagaimana dengan dirinya? "Kamu keluar dulu," ujar Karla. "Baik," jawab Vivi. Karla duduk dan menatap foto bersama dengan Darel yang di atas meja. Penampilan pada orang di dalam foto itu tidak ada perubahan, tetapi kini dia merasa sangat asing. Waktu itu adalah acara pernikahan dan kali ini adalah menghadiri acara bersama. Selanjutnya apakah mereka akan menikah secara sah? Karla tersenyum merasa lucu. Satu demi satu hal berlalu, tetapi hingga detik ini, Darel bahkan tidak mengucapkan sepatah kata permintaan maaf kepadanya. Karla sangat kecewa. Dia memejamkan matanya sejenak dan di telinganya terngiang kata-kata yang selalu ibunya katakan saat kecil, "Jangan pernah menyerah pada kepribadian dan kariermu, kapan pun itu." Kepribadian? Di depan Darel, dia tidak perlu memiliki kepribadian, dia hanya perlu duduk dengan patuh dan baik. Mungkin karena belakangan ini banyak merasakan hal yang menjijikkan, Karla tiba-tiba tidak ingin menjadi orang yang patuh lagi. "Vivi," ujar Karla. Vivi masuk dan berkata, "Ada apa, Bu Karla?" "Tolong siapkan satu gaun untuk aku menghadiri jamuan bisnis di Grup Cevora," kata Karla smabil melihat gedung-gedung tinggi di luar jendela. "Baik," jawab Vivi. ... Pukul enam sore. Karla berdiri di depan pintu masuk acara jamuan bisnis dengan mengenakan gaun panjang warna hitam model sabrina. Dia menyerahkan undangan, kemudian dia dibawa masuk ke ruang pesta. Kini semua orang yang hadir menoleh ke arahnya. Orang-orang di kalangan sulam semua tahu bahwa Bu Karla dari Grup Piara sangat cantik. Dia juga orang yang sangat rendah hati, dirinya tidak akan muncul jika tidak ada kerja sama. Senyuman di wajah Karla sangat santai dan mencolok, seolah-olah lelucon beberapa hari yang lalu tidak berdampak sedikit pun padanya. Semua orang masih menebak apa arti acara pernikahan itu? Namun, tidak ada yang bertanya langsung ketika bertemu seperti sekarang ini. "Bu Karla." "Bu Karla, kamu semakin cantik." Para bos yang dikenalnya berbincang dengannya. Karla mengambil segelas minuman dan mulai berbincang dengan mereka. Di kejauhan. Ketika Darel melihat kedatangan Karla, ekspresinya langsung berubah. Kenapa dia datang? Orang-orang di luar tentu saja tidak akan bertanya kenapa pengantin pada acara pernikahan itu diganti, tetapi mereka pasti akan dibicarakan dari belakang. Kini kehadirannya dengan Lenni yaitu untuk menutup mulut orang yang berbicara dari belakang. Namun, begitu Karla muncul, maknanya berubah. Mereka akan mengira dia memiliki hubungan palsu dengan Karla atau mereka akan menganggapnya sebagai seorang pria yang tidak berperasaan. Reputasi yang rusak adalah hal yang paling tidak bisa ditoleransi oleh Darel. "Pak Darel ... " "Pak ... " Darel menghampiri Karla dan menariknya keluar dari ruang pesta tanpa memedulikan Lenni. Orang-orang yang ditinggal saling memandang dengan penuh makna. "Halo, bolehkah aku tahu siapa kamu?" tanya seorang bos kepada Lenni. Lenni menyibakkan rambutnya ke belakang telinga, lalu sambil tersenyum malu dia berkata, "Aku istri Darel." Istri Darel? Lalu kenapa Pak Darel tidak bilang tadi? Namun, pengantin wanita di pesta pernikahan itu memang dia. Apa sebenarnya yang terjadi? Seketika para istri bos berkumpul dan membahasnya. Mereka semua bekerja di Industri Sulam, bersifat klasik dan konservatif, jadi tentu saja mereka lebih menyukai pasangan awal. Terlihat sangat jelas bahwa Lenni yang menyelinap masuk pada hubungan Karla, jadinya mereka sangat menolak. Jadi ketika Lenni merasa bosan sendirian di ruang pesta dan ingin berbincang dengan mereka, reaksi para istri bos sangat seragam. "Halo semuanya, namaku Lenni, istrinya Darel. Senang bertemu dengan kalian, semoga kalian bisa memberikan banyak arahan," ujar Lenni. Dulunya dia juga anak orang kaya, jadi dia masih memiliki kemampuan untuk bersosialisasi. Namun, Bu Wina yang lebih tua langsung bertanya, "Kamu istri Darel? Lalu bagaimana dengan Karla?" Dulu Darel dan Karla adalah pasangan kekasih yang sah, mereka juga sudah melakukan pertunangan dan acara pernikahan, tetapi tiba-tiba dia muncul. Lenni langsung merasa canggung. "Sebenarnya ... " ujar Lenni. Darel baru saja mengigatkannya untuk tidak berbicara sembarangan. Namun, dia harus memanfaatkan kesempatan ini agar semua orang percaya bahwa dialah wanita yang paling ingin dinikahi oleh Darel.

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.