Bab 9
Gea tertegun. Punggung tangannya seakan tersentuh benda panas, dia segera menarik tangannya.
Gelas anggur putih di atas meja ikut terguncang dan sebagian isinya menetes di kaki Steven.
Steven mengangkat kepala dan menatapnya dingin.
"Maaf, aku bersihin."
Gea biasanya tidak ceroboh seperti ini. Dia meraih serbet dan mulai mengelap kaki Steven dengan cepat. Namun, baru beberapa kali usapan, tangan Steven yang besar dan dingin menggenggam tangannya dan mendorongnya menjauh dengan kasar.
Steven menatapnya dengan penuh kebencian. Suaranya terdengar dingin, "Nona Gea, tolong yang sopan."
Barulah Gea tersadar dengan perilakunya Saat dirinya panik, dia tanpa sengaja membersihkan kaki pria itu, hal ini jelas sebuah tindakan yang tidak pantas. "Maaf, aku beneran nggak sengaja," ujarnya, gugup dan panik.
Wajahnya memerah seketika.
Melihat ekspresi muram Steven, Gea langsung khawatir kalau citranya memburuk di mata pria itu.
Wilson, yang menyadari ketegangan situasi, berkata dengan tenang, "Aku minum dulu, ya. Santai aja, anggap kayak di rumah sendiri." perkataan itu terasa semakin menghantam dada Gea, dia menyadari bahwa pria itu tampaknya sangat dihormati oleh Wilson.
Namun dia sangat ceroboh dan membuatnya marah.
"Tunggu apa lagi? Ayo, cepat minum tiga gelas buat Pak Lazuardi, tanda permintaan maaf kita!"
Suara Cynthia terdengar seperti suara lonceng yang menghantam Gea.
Gea segera mengatur napasnya dan mulai membereskan meja.
Lalu menuang anggur dan mengangkat gelas. Dia menghadap Steven dan berkata dengan suara pelan, "Maaf ya, Pak, kalau sikapku tadi kurang sopan. Aku minum tiga gelas ini buat minta maaf."
Steven tidak menanggapi, hanya mengambil sumpit dan beberapa hidangan yang disukai anak kecil itu.
Anak kecil itu menatap Steven dengan penuh kemarahan, tangan kecilnya terkepal erat. Dia merasa bahwa perempuan itu diperlakukan dengan sangat tidak adil.
"Pak."
Gea pun melanjutkan menenggak tiga gelas anggur itu.
Dia merasa perutnya terbakar dan wajahnya memerah. Dia terlihat menawan.
Steven melirik Gea, namun dia tetap tidak mengatakan apa pun.
Setelah itu, setiap kali Wilson bersulang untuk Steven, Gea yang menggantikannya minum. Lama-kelamaan, dia mulai merasa pusing dan tubuhnya seperti melayang.
Akhirnya, makan malam itu selesai.
Saat hendak pergi, Cynthia menghampiri Gea, "Besok keluarga Lazuardi mau ngadain pesta. Aku harap kamu bisa datang."
Sembari berbicara, Cynthia mengeluarkan sebuah undangan dari tasnya dan menaruhnya di tangan Gea,"Aku cuma bisa bantu sampai sini, sisanya kamu harus usaha sendiri."
Gea membuka undangan itu dan mendapati bahwa pesta yang dimaksud adalah perayaan ulang tahun anak laki-laki Steven.
Steven?
Steven ...
Apakah dia pria dari keluarga Lazuardi yang dikenal sebagai sosok iblis dan ditakuti banyak orang?. batin Gea.
Beberapa saat kemudian, Bobby datang dan mencium aroma alkohol dari tubuh Gea. Dia menatap Gea dengan khawatir. "Gea, kamu minum banyak, ya?"
Gea menjawab, "Nggak kok." Sembari mencoba menyelipkan undangan ke dalam tasnya, Bobby langsung merampasnya.
Saat melihat isi undangan tersebut, wajah Bobby berubah muram. "Kamu yakin mau datang ke pesta ulang tahun ini?"
Gea teringat anak kecil yang tadi terus memperhatikannya. Ekspresi di wajah cantiknya berubah melembut dan dia mengangguk pelan.
Cynthia telah memberinya kesempatan, tentu dia harus memanfaatkannya.
Jawaban Gea membuat Bobby langsung marah besar.
"Kamu kenal Steven nggak? Tau nggak pesta ulang tahun ini buat apa?"
Gea, yang setengah mabuk, menatap Bobby dengan mata berair. Dia terlihat bingung dan sedih.
Wajah cantiknya bersemi merah tampak seperti bunga persik.
Melihat Gea yang begitu menggemaskan membuat amarah Bobby seketika mereda.
Dia menghela napas ringan, lalu berkata,"Pesta ulang tahun besok itu nggak cuma pesta biasa. Acara ini buat ngenalin para lajang dari keluarga-keluarga besar di Hatari. Supaya, para tamu yang dateng bisa ketemu jodoh di sana."
Dengan kata lain, itu adalah pesta untuk mencari pasangan.
"Oh, jadi itu maksud Cynthia!" ucap Gea.
Meskipun Gea sedikit mabuk, dia tetap bisa berpikir dengan jernih.
Setelah Sony membatalkan pernikahan mereka, ayahnya Candra jatuh koma. Pamela kembali menjalani tugasnya setelah melahirkan meskipun sudah lebih dari dua puluh tahun tidak bekerja. Dia tetap ingin mengelola perusahaan keluarga, namun kenyataannya dia merasa kesulitan dan tidak mampu menjalankannya.
Kini, Gea dan ibunya memegang aset bernilai miliaran yang menarik perhatian banyak pihak. Meskipun masalah ini bisa diselesaikan untuk sementara, bukankah ada kemungkinan masalah sepertini akan terulang lagi?
Sementara itu, Steven dikenal sebagai sosok yang keras. Dalam dua tahun terakhir, dia berhasil membawa keluarganya untuk mendominasi Hatari. Gea pun mulai berpikir bahwa cara terbaik untuk menyelesaikan konflik keluarga Sutedja adalah dengan mencari pria yang mampu mengatasi masalah tersebut. Menurutnya, cara ini jauh lebih efektif daripada hanya mengandalkan Wilson.
Namun, Gea tidak ingin mengorbankan dirinya dengan menikahi pria yang tidak dikenalnya
Melihat Gea yang terdiam, Bobby merasa khawatir kalau Gea akan tetap pergi ke pesta itu, "Gea, masalahmu sama Sony belum selesai. Semua orang cuma akan mengejekmu kalau kamu dateng ke pesta itu."
Gea, yang selama ini dikenal sebagai wanita terhormat di Hatari dengan status keluarga yang mapan, penampilan menawan, dan tunangan yang dihormati, selalu menjadi kebanggaan. Semua orang memandangnya dengan rasa iri.
Namun kini, setelah pernikahannya dengan Sony dibatalkan dan keadaan Candra yang terpuruk. Gea harus menghadapi kenyataan pahit, akan banyak orang yang menunggu kejatuhannya. Sementara para wanita berlomba merebut posisinya.
Jika Gea muncul di pesta ulang tahun yang diadakan untuk mencari pasangan, orang-orang di sana pasti akan memanfaatkan kesempatan untuk merendahkan dan mencibirnya.
Sebenarnya, Bobby tidak perlu mengingatkannya, karena Gea sudah sangat paham dengan situasi yang dihadapinya.
Setelah beberapa saat terdiam, Gea akhirnya berkata, "Bobby, kamu ikut aku ke rumah keluarga Cahyadi!"
Sejak Candra pingsan, para pemegang saham perusahaan terus menerus menghubungi dan mengganggu mereka, menuntut agar perusahaan tidak dibiarkan tanpa pemimpin dan segera menunjuk pengganti sementara untuk posisi presiden direktur.
Pilihan mereka jatuh kepada Wano.
Seorang pria ambisius yang bertekad merebut kendali Grup Sutedja. Sayangnya, Wano menggunakan cara yang sangat kasar dan penuh ancaman untuk mencapai tujuannya.
Dua hari telah berlalu, dan kecemasan Gea semakin mendalam. Ia khawatir Wano akan kembali menyerang perusahaan, bahkan lebih parah lagi, dia takut pria itu akan menyakiti bayi kecil dan keluarganya.
Saat berjalan di lorong, Gea melihat tiga pria yang dikenalnya. Mereka adalah teman-teman Sony yang sedang merokok.
Tanpa sengaja, Gea mendengar percakapan mereka yang penuh keluhan."Kenapa sih cewek baru itu manja banget? Dulu, pas Sony masih sama kakak ipar, nggak pernah masalah. Cuma beberapa batang rokok doang, kok. Emang cewek itu lebih penting dari kakak ipar yang udah sempurna itu?"
Hati Gea terasa perih mendengarnya. Begitu cepat Sony memperkenalkan wanita barunya kepada teman-temannya.
Dulu, Gea harus berjuang keras dan menghabiskan waktu lama untuk diterima dalam lingkaran pertemanan Sony, karena Sony pun tidak pernah secara resmi mengenalkan Gea kepada mereka.