Bab 8
Setelah Cynthia dan rombongannya pergi, suasana di lobi hotel langsung menjadi riuh. Banyak orang mulai berbisik-bisik, penasaran dengan siapa sebenarnya Steven. Apalagi, Pria itu adalah sosok yang tampan dan dihormati, membuatnya semakin mencuri perhatian.
Bobby yang sejak tadi mengamati Steven, mengerutkan keningnya.
Di dunia bisnis Hatari, Steven bukanlah nama yang asing. Dia dikenal sebagai sosok yang sangat ditakuti karena kelicikannya. Kakak Bobby, Nicholas, bahkan pernah mengalami kerugian besar akibat ulah Steven.
Gea yang berjalan di samping Bobby tidak tahu dengan pasti apa yang ada dalam pikiran pria itu, dia hanya menarik tangannya untuk mempercepat langkah mereka.
Tidak lama kemudian, seseorang dari kerumunan yang mengenali mereka berdua dan berkata, "Lihat! Kita beruntung banget! Ketemu Sony, cowok paling keren di Hatari. Terus ada pacarnya bos besar, Cynthia, dan sekarang ketemu cewek paling terkenal, Gea, sama playboy Hatari, Bobby!"
"Jangan-jangan Sony juga ada di sini?" teriaknya.
Mendengar nama Sony, Bobby langsung menoleh ke arah Gea. Wajah wanita itu tetap datar, tidak menunjukkan perubahan ekspresi sedikit pun.
Namun, ada sesuatu yang terlihat jelas, kepalan tangan Gea seolah menahan kemarahan dalam dirinya.
Dulu, setiap kali nama Sony disebut, Gea akan tersenyum tanpa sadar. Tetapi, sekarang, setiap kali mendengar nama pria itu, hatinya terasa seperti disayat-sayat.
Nama itu, sosok yang dulunya begitu dekat dan penuh kenangan, kini menjadi sesuatu yang ingin dia lupakan.
Sesampainya di lift yang cukup besar, hanya berisi Gea dan Bobby bersama para pengawal.
Semua mata langsung tertuju pada mereka berdua.
Cynthia yang ada di dalam lift tampak terkejut, karena biasanya hanya sedikit orang yang berani ikut naik bersama mereka.
Gea, tak ingin melewatkan kesempatan ini, dia mendekati Cynthia dengan percaya diri. Namun, para pengawal segera menghalanginya
Sebagai salah satu wanita paling terkenal di Hatari, Gea sudah terbiasa dengan sikap seperti ini. Dengan senyum yang memikat, ia melirik Cynthia yang berada di balik pengawal, "Nona Cynthia, kamu masih ingat aku?"
Anak kecil yang tadinya tampak malas duduk di pangkuan Steven mendongak dan memandang Gea dengan mata berbinar.
Perubahan sikap anak itu langsung mengundang perhatian Steven dan alisnya segera mengernyit.
Cynthia memandang Gea beberapa detik, lalu mengangguk pelan, "Nona Gea, Kamu datang untuk menemui Kak Wilson, ya?"
Dia tahu?
Gea sedikit terkejut.
Cynthia tersenyum santai, "Aku sudah mendengar tentang masalah keluarga Sutedja. Tapi Kak Wilson nggak bisa bantu kamu."
Gea merasakan perasaan cemas di dadanya, "Kenapa?"
Cynthia mengangkat bahu dengan sikap santai, "Tiga hari lalu, Wano udah nemuin Kak Wilson. Terus, Kak Wilson mutusin untuk nggak terlibat dengan Keluarga Sutedja."
Gea terdiam sejenak, mencerna fakta itu dalam hati, 'Jadi, Wano sudah lebih dulu menemui Wilson!'
Dengan kalimat itu, harapan Gea seolah runtuh.
Jika jalan dengan Wilson sudah tertutup, maka dia hanya memiliki dua pilihan, yaitu melapor ke polisi atau membiarkan Wano terus memojokkan mereka.
Namun, Gea tahu bahwa melapor ke polisi bukanlah pilihan yang aman. Dia tidak bisa mempertaruhkan keselamatan adiknya. Apalagi, ayahnya masih terbaring di rumah sakit. Dia khawatir jika sesuatu terjadi pada adiknya, ibunya akan ikut hancur.
Pilihan itu jelas bukanlah opsi.
Saat lift tiba di lantai yang dituju, Cynthia menoleh ke Gea, "Nona Gea, keputusan Kak Wilson udah final. Dia nggak akan ketemu kamu. Mungkin kamu bisa cari bantuan dari tempat lain."
Gea dengan cepat merespons, "Tolong kasih petunjuk, aku bakal kasih penghargaan besar nanti."
Cynthia melirik wajah tampan Steven, lalu tersenyum menggoda, "Maaf, aku nggak bisa bantu masalah keluargamu."
Setelah itu, Cynthia mempersilahkan Steven dan anaknya untuk masuk ke dalam lift.
Gea berusaha mengejar Cynthia, namun para pengawal segera menghalanginya, "Nona Gea, tunggu sebentar."
Melihat Gea yang masih berdiri dengan cemas, si anak kecil menarik-narik kerah baju Steven.
Steven menundukkan pandangannya ke anaknya, kemudian mengabaikan tatapan memohon dan melanjutkan langkahnya.
Anak kecil itu tampak semakin gelisah, menarik dengan keras kerah bajunya. Tatapannya tajam, seolah ingin meledak.
Tidak lama kemudian, sosok Steven, anak kecil itu, dan Cynthia menghilang ke dalam ruang VIP di ujung koridor, sementara pengawal tetap berjaga di luar.
Melihat Gea yang masih terdiam, Bobby dengan hati-hati mendekatinya, "Ayo pulang. Kita cari cara lain."
Gea berhenti sejenak, kemudian menjawab dengan suara pelan namun tegas,"Nggak, Cynthia pasti mau bantu, cuma dia nggak bisa ngomong kalau di depan banyak orang.."
Sebelum Cynthia menolaknya, dia sempat melihat pria itu, apakah dia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku?
Gea menatap Bobby, "Kamu kenal Pria dan anak laki-laki itu?"
Bobby terkejut. Tentu saja dia mengenal Steven.
Steven adalah pria yang terkenal kejam dan licik. Bobby tidak ingin Gea terlibat dengan orang berbahaya seperti itu, jadi dia langsung menggelengkan kepala.
Gea merasa sedikit kecewa. Meskipun dia tak bisa mengaku mengenal semua orang terkemuka di Hatari, setidaknya 80% di antaranya sudah dia kenal.
"Jika Bobby dan dirinya saja tidak mengenal pria itu, besar kemungkinan dia bukan orang asli Hatari."
Pada saat itu, pintu ruang VIP di ujung koridor terbuka.
Cynthia muncul dengan senyum menggoda, berdiri di sana dan menatap Gea.
"Bobby, sepertinya kita masih punya harapan."
Senyum tipis menghiasi wajah Gea yang pucat, matanya bersinar penuh harapan. Dalam sekejap, Bobby kehilangan fokus pada langkahnya, terlalu terpesona oleh kecantikan Gea.
Tanpa ragu, dia berjalan cepat menuju Cynthia. "Nona Cynthia!"
Cynthia menatapnya, senyum menggoda masih menghiasi wajahnya. "Kamu cukup beruntung. Seseorang ngajak kamu masuk. Ingat, ikutin isyaratku."
Tidak lama, pintu ruang VIP terbuka. Di dalam, tampak sebuah ruangan yang tampak megah dan elegan.
Di meja bundar, ada dua pria dan seorang anak kecil yang duduk berhadapan.
Dua pria itu, Wilson dan Steven, duduk berhadapan dengan penampilan yang sangat tampan, meski aura menakutkan yang mereka miliki tidak bisa disembunyikan.
Bobby ingin ikut masuk, namun dia dihentikan oleh pengawal yang berjaga di pintu.
Gea meliriknya sejenak dan tersenyum untuk menghiburnya, lalu pintu kembali tertutup.
Cynthia berjalan menuju Wilson, lalu memberi isyarat kepada Gea untuk berdiri di belakang Steven.
Cynthia berjalan menuju Wilson dan memberi isyarat pada Gea untuk berdiri di sisi Steven.
Anak kecil itu tampak kaku, berusaha menoleh tapi enggan melakukannya, hanya mencuri pandang ke arahnya.
Wilson melirik sekilas, lalu kembali fokus pada Steven, "Aku mau minum dulu. Anggap aja ini rumahmu," katanya sambil mengangkat gelasnya.
Setelah itu, Wilson mengangkat gelas di depannya dan meneguknya habis.
Cynthia melihat Gea sejenak, lalu membungkuk untuk mengisi ulang gelas Wilson.
Cynthia memberi isyarat untuk menggantikan Steven meminum alkohol.
Gea sedikit ragu, menatap gelas di samping Steven yang berisi alkohol putih. Dia terbiasa minum anggur merah, namun tidak ada pilihan lain.
Perlahan, dia meraih gelas itu.
Tangan Steven yang juga berniat meraih gelas, secara tidak sengaja menyentuh punggung tangan Gea yang berwarna putih dan halus.
Tangan Gea terlihat sangat ramping.