Bab 15
Yunita yang berada di sisinya tampak penuh kemarahan. "Lani tuh keterlaluan banget. Demi menjilat Jesica, dia sampai ngomong sembarangan," kata Yunita.
Yolanda mengambil napas dalam-dalam, "Ngapain marah? Nanti juga ada saatnya mereka kena batunya,"
"Tinggal hitungan hari aja, Ayahku bakal nguasain Grup Sutedja dan jadi direktur baru."
Saat itu, Gea akan tersingkir dari posisinya, lalu Yolanda dengan kecantikan dan bakatnya akan dipandang sebagai wanita paling berpengaruh di Kota Hatari.
Di sisi lain, Jesica memiliki latar belakang keluarga yang lebih terpandang darinya, menjadikannya saingan berat bagi Yolanda.
"Semua orang yang pernah meremehkan atau mengejekku akan kubalas sepuluh kali lipat," kata Yolanda penuh keyakinan.
Kini, para ibu dari wanita yang dijodohkan sudah berkumpul.
Wanita-wanita yang hadir malam ini adalah perempuan-perempuan terhormat dari keluarga ternama. Mereka memiliki harga diri sehingga mereka tidak akan mendekati pria yang mereka inginkan lebih dulu.
Hal itu dianggap ceroboh dan akan menjadi bahan ejekan orang lain. Yolanda adalah salah satu gadis yang ceroboh.
Mereka hanya bisa menunjukkan sisi terbaik mereka yaitu berpendidikan, sopan, elegan, dan cerdas untuk memenangkan hati para Nyonya.
Saat ini, Tristan yang berada di pelukan Nenek Lazuardi tampaknya menjadi jalan pintas untuk mendekati Steven.
Namun, mereka segera menyadari bahwa anak itu sama sulitnya seperti mendekati Steven. Bagaimanapun mereka merayu, Tristan tidak tertarik sedikit pun.
Lani berpura-pura menawarkan makanan manis untuk menarik perhatian Tristan, tetapi bocah itu justru kesal perlakuan mereka dan melemparkan kue ke wajah Lani.
Kue itu mengotori wajah Lani dan membuatnya terlihat kacau. Lani hampir menangis menahan malu.
Nenek Lazuardi segera meminta maaf kepada Lani dan memerintahkan kepala pelayan untuk membawanya ke kamar mandi.
Yolanda kembali ke samping ibunya dengan perasaan sedikit lega melihat kejadian itu.
Tristan tidak tertarik pada makanan yang mengandung banyak minyak dan garam, dan ini membuat para wanita kaya di sekitarnya putus asa.
Semua orang diam-diam berpikir bahwa anak itu bisu karena dia tidak menangis, tidak berbicara, dan tidak tersenyum sama sekali.
Sementara itu, para pria berkumpul untuk minum dan bercakap-cakap sambil mengamati para wanita dari kejauhan.
Steven duduk sendirian di belakang, tampak terisolasi dari orang lain. Dia merasa tidak cocok dengan acara itu dan aura gelapnya membuat para tamu enggan mendekatinya.
Gea berdiri dari depan piano dan berjalan menuju beberapa Nyonya Besar.
Seseorang akhirnya menyadari kehadirannya dan berbisik, "Eh, itu Gea! Kok dia dateng juga?"
Ucapan ini membuat semua orang memandang ke arah Gea.
Dia mengenakan gaun panjang berwarna ungu dengan riasan tipis yang membuatnya terlihat sangat cantik. Kulitnya yang putih bersinar dan kaki panjangnya yang ramping terlihat samar di balik gaun panjang itu.
Kecantikannya membuat semua orang terkesima, bahkan membuat para wanita cantik lainnya merasa kurang percaya diri.
Yolanda dan Jesica memandang Gea dengan tidak suka.
Setiap kali menghadiri pesta, para wanita paling khawatir jika Gea hadir. Begitu dia muncul, mereka seakan-akan hanya jadi pelengkap dan tidak ada yang memperhatikan mereka.
Saat melihat Lani yang kembali setelah berganti pakaian, dia memandang Gea dengan iri dan berkata, "Baru aja putus sama Sony, tapi berani dateng ke pesta ini?"
Jesica tampak tidak suka, "Lani, jangan asal ngomong."
Salah satu putra dari keluarga kaya ikut berkomentar,
"Pantes aja dibilang Dewi Kota Hatari. Begitu dia dateng, semua cewek lain langsung keliatan biasa aja."
"Cantik sih emang cantik," ejek Yuda, "tapi sayangnya udah bekas orang."
Yuda, anak dari Wano dan Nyonya Cahyadi serta kakak dari Yolanda.
Dia berbicara dengan nada tinggi, bahkan Gea bisa mendengarnya, begitu pula orang-orang di sekitarnya.
Para putra keluarga bangsawan dan para nyonya besar menatap Yuda sinis.
Yuda tersenyum sinis, "Mungkin kalian nggak tau, Gea udah bercinta sama Sony. Jadi, Sony mungkin udah bosen sama dia."
Setelah berkata demikian, dia menepuk bahu salah satu putra keluarga kaya sambil mengejek, "Bro, kalo lo emang mau, bawa aja nih 'bekas orang' ke rumah lo,"
Pria itu merasa malu dan segera menunjukkan ketidaksukaannya pada Gea, "Nggak nyangka aja gadis terhormat nomor satu di Hatari punya pergaulan bebas gitu. Siapa juga yang mau nikahin dia?"
Setelah mendengar kata-kata ini, para pria dari keluarga kaya itu segera kehilangan kesan baik terhadap Gea.
Setelah mendengar kata-kata itu, para pria dari keluarga kaya segera kehilangan kesan baik terhadap Gea. Mereka merasa bahwa wanita harus menjaga martabatnya. Jika tidak, siapa yang mau meminangnya?
Pria mana yang bisa menerima istrinya dijuluki sebagai 'bekas orang lain'?
Membawanya keluar saja akan terasa memalukan.
Percakapan itu membuat Gea berkecil hati. Hampir saja dia kehilangan kesabaran, tetapi dia menahan diri untuk tidak menampar Yuda.
Bagaimana mungkin ada pria sekeji dan serendah ini di dunia?' pikirnya getir.
Gea tidak bisa melakukan apa pun. Dia cemas menatap Steven yang sedang menelepon membelakangi kerumunan, tampaknya tidak menyadari apa yang terjadi di sini.
Gea menghela napas lega, namun segera menyadari bahwa Nenek Lazuardi menatapnya, membuat jantungnya berdegup kencang.
Yuda sialan.
Terdengar suara yang dalam dan kuat dari belakang Yuda, dengan nada meremehkan dan menghina, "Yuda, kalo aku nggak salah ingat, Gea tuh harusnya manggil kamu kakak sepupu, kan? Sayangnya, kakak sepupu malah ngerendahin adiknya sendiri. Maih punya otak nggak sih?"
"Terus, kamu kan laki-laki. Tolonglah, jangan seperti wanita yang suka gosip. Malu-maluin aja."
Ucapan pria itu membuat Yuda malu, dia marah dan menunjuk pria itu, "Kamu siapa? nggak usah ikut campur."
Yahya yang berada dibelakangnya menatap Yuda dengan hina, "Kamu, nggak pantas tahu namaku."
Wajah Yuda memucat, tinjunya terkepal erat. Jika bukan karena mereka berada di rumah keluarga Lazuardi dan menjaga harga dirinya di hadapan Steven, tinjunya pasti sudah melayang ke wajah pria itu.
Tepat saat itu, ponsel Yahya berdering.
Dia tidak peduli dengan kemarahan Yuda, tetapi setelah mengangkat telepon, wajahnya berubah muram.
Gea menatapnya dan merasa pria itu familiar, namun tidak bisa mengingat di mana pernah melihatnya.
Setelah menutup telepon, Yahya menatap Gea sejenak, kemudian meninggalkan rumah keluarga Lazuardi.
Yuda meludah ke arah punggung Yahya sambil mendengus, "Untung aja dia cepet pergi. Kalo nggak... udah aku hajar,"
Di antara kerumunan, ada yang mengejek, "Yuda, dia Yahya. Jika dia nggak pergi, justru kamu yang bakal dihajar!"
Yuda tiba-tiba terdiam.
Orang itu ternyata Yahya!
Tidak heran, dia terasa sangat familiar!' batin Gea,
Dia masih menjadi kakak yang sangat perhatian.
Gea tidak lupa tujuan kedatangannya malam ini dan cepat-cepat mengalihkan pandangannya, lalu berjalan menuju Nenek Lazuardi dengan berani.
Di antara banyak wanita, selalu ada beberapa yang tidak mengerti sopan santun.