Bab 13
Kemarin malam, setelah keluar dari Royal Garden, Tristan enggan langsung pulang dan terus meminta kembali masuk.
Ketika Steven akhirnya membawanya pulang dengan paksa, Tristan marah dan mengunci diri di kamarnya. Sepanjang hari, dia menolak makan, minum, dan enggan keluar kamar.
Di sisi lain, Gea merasa gelisah. menurutnya, Steven terlihat lebih dingin padanya dibandingkan sikap dia sebelumnya.
Ketika Steven masuk kembali ke ruangan, tiba-tiba seseorang menarik celananya.
Steven menunduk dan melihat Tristan memegang erat kakinya, menunjuk ke luar balkon.
Ternyata, Tristan ingin bertemu Gea.
Steven pun berjongkok di hadapan Tristan, mengusap pipinya dengan lembut, "Mau turun?" tanya Steven.
Tristan mengangguk penuh harap.
Tanpa banyak bicara, Steven segera menggendong Tristan untuk menemui Gea.
Gea, yang sendirian di luar, menarik napas lega. Untungnya, rumah Keluarga Lazuardi besar dan pestanya sangat meriah sehingga tidak ada yang memperhatikan kejadian tadi.
Tidak lama kemudian, Gea melihat seseorang yang dikenalnya.
Dia adalah Bobby! Ternyata dia juga datang.
"Gea, jadi benar kamu di sini!"
Kata Bobby yang sedang berdiri beberapa meter darinya.
Setelah gagal bernegosiasi dengan Wano semalam, Bobby menduga Gea akan datang. Tidak disangka, dugaan itu benar.
Melihat Bobby yang tampak bingung, Gea terdiam.
Bobby mendekatinya dan berkata, "Ayo ikut aku, Gea, kita masih punya waktu."
Gea menggeleng. "Aku nggak mau pergi dan aku nggak bisa melakukannya."
"Gea, Steven bukan orang yang baik, dia..." Bobby mencoba meyakinkan.
"Tapi aku nggak punya pilihan lain," potong Gea.
"Aku nggak bisa menyelesaikan ini sendirian, dan kamu pun nggak bisa. Bahkan Nicholas nggak bisa. Adikku dan orang tuaku bergantung padaku. Aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan mereka."
Bobby hanya terdiam. dia merasa menyesal dan tidak berdaya, seandainya saja dia adalah Direktur Gunawan Grup, mungkin dia bisa membantu Gea.
Sayangnya, dia hanyalah seorang pewaris muda tanpa pengaruh dan kekuasaan dari keluarganya.
"Aku akan cari Sony," ucap Bobby.
"Bobby, kalau kamu masih mau aku anggap teman, jangan cari dia," kata Gea tegas.
Bobby berhenti dan menoleh ke arah Gea. Sorot mata Gea menunjukkan seakan dalam semalam, hubungan mereka akan lenyap begitu saja.
"Gea, kita semua tahu Silvia bukan untuk Sony. Dia hanya kebingungan, dia pasti akan kembali padamu. Enam tahun yang kalian lewati bersama nggak bisa digantikan."
Meskipun dia tahu Gea tidak pernah mencintainya, Bobby lebih rela melihat Gea kembali ke Sony daripada harus bersama Steven.
Gea adalah gadis yang dicintainya dalam diam. Meskipun, dia tidak bisa memilikinya, dia ingin Gea hidup bahagia.
Namun, Gea tidak gentar. "Aku nggak tahu apa dia akan kembali, tapi yang jelas ... kali ini, aku nggak akan lagi menunggunya."
Gea mengenang bagaimana perasaannya berubah sejak kecelakaan ayahnya, saat Sony memilih pergi. Sekarang, Cinta Gea untuk pria itu sudah tidak lagi sama!
Enam tahun bersama Sony ternyata tidak ada artinya. Keluarganya sudah memperlakukan Sony layaknya anak sendiri, tetapi dia tega berbuat kejam pada mereka.
Mungkin Silvia memang bukan yang terbaik untuk Sony, tetapi itu adalah pilihannya sendiri, bukan urusan Gea.
"Acaranya sudah mulai, aku harus masuk." kata Gea sambil mengambil tasnya.
"Bobby, kalau kamu masih menganggapku teman, jangan pernah sebut namaku di depannya lagi, mau itu kabar baik ataupun kabar buruk."
Dia tidak butuh belas kasihan Sony, dia hanya tidak mau bertemu dengannya lagi.
Melihat Gea pergi, Bobby tahu dia tidak bisa menghentikannya. Namun, dia juga tidak rela membiarkannya jatuh ke pelukan Steven.
Dengan kesal, dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi Sony.
Setelah beberapa kali nada dering, telepon pun diangkat, tetapi suara seorang wanita menyahut, "Halo! cari Sony, ya? Tunggu sebentar."
Bobby tahu wanita itu pasti Silvia, wajahnya berubah dingin. Tidak lama, Sony menyahut, "Halo, ada apa?"
Sony dan Bobby sudah tidak saling berkomunikasi selama seminggu terakhir. Hubungan persahabatan mereka tampaknya mulai retak sejak Sony dan Gea berpisah.
Bobby tahu jika pria ini tidak senang menerima telepon darinya.
Suara Sony terdengar tidak ramah.
Menahan emosi, Bobby berkata, "Di mana kamu sekarang? Aku mau bicara soal Gea."
Sony langsung memotong, "Bobby, aku sudah selesai dengannya. Sekarang aku punya Silvia, jadi jangan sebut lagi nama Gea. Kamu kan juga suka sama dia? Kamu sekarang jaga dia, ya."
Bobby geram, "Sony, kamu nggak punya harga diri, ya? Baiklah, kamu sudah nggak peduli. Jangan menyesal nanti."
Bobby lalu menutup telepon dengan kasar.
Silvia yang mendengar percakapan itu berpura-pura tidak mengerti, "Kak Sony, siapa yang mereka maksud?"
Silvia tersenyum palsu.
Sony berusaha tenang, "Dia hanya wanita dari masa lalu. Tidak perlu dipikirkan. Lebih baik kita tidur sekarang, besok kita berangkat pagi."
Wajah Silvia tampak malu-malu, tampak manis dan menawan, "Aku ... aku takut gelap ..."
Sementara itu, di kediaman keluarga Lazuardi, Gea masuk ke ruang pesta.
Nyonya besar keluarga Lazuardi, seorang wanita kaya dan ramah, naik ke panggung dengan senyum lebar.
Konon, Steven sangat patuh padanya, meski keras terhadap anggota keluarga lainnya.
Nenek Lazuardi dengan sikapnya yang humoris di atas panggung, dalam sekejap, dia membuat tamu tertawa terbahak-bahak.
Terdengar nama Hendra, Yahya, dan Steven disebutkan, yang membuat para wanita bersorak kegirangan.
Gea pun terkejut bahwa nyonya besar berhasil mengundang tiga konglomerat muda terkemuka dari Kota Hatari.
Semua orang tahu bahwa Hendra, Bobby, Yahya, Steven, dan Sony adalah lima pangeran Hatari.
Kelima pria ini tidak hanya kaya, tetapi juga tampan dan menjadi incaran dari jutaan wanita di Hatari.