Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 11 Apa Membuat Kita Panik dan Khawatir Menyenangkan?

"Aku nggak mengenalnya, nggak ada yang perlu dibicarakan!" ujar Ivana dengan nada dingin. [Apa Kakak Jahat ini sudah gila? Pertama, dia menarik kalung Olivia di depan kamera, sekarang dia bersikap dingin pada Finley juga!] [Kenapa sepertinya Finley justru terlihat takut pada si Kakak Jahat, ya?] [Jangan-jangan mereka berdua memiliki rahasia yang nggak terucap?] Finley menggertakkan giginya. Memang benar, mereka yang sudah lalai hingga meninggalkan Ivana di dalam mobil. Namun, Ivana sendiri tidak menghubungi mereka sama sekali padahal dia baik-baik saja. Ivana sudah membuat seluruh keluarga cemas serta merasa bersalah selama berhari-hari! Selama beberapa hari itu, suasana di rumah benar-benar tidak nyaman! Ibu mereka bahkan sering menangis diam-diam. Namun, sekarang karena Finley sudah bertemu Ivana, jadi dia pikir tidak perlu memaksanya. Nanti saat istirahat dan siaran langsung berhenti, Finley akan mengajak Ivana bicara baik-baik. Finley berdiri di samping Ivana, lalu melambaikan tangan pada Olivia. Meskipun tampak enggan, Olivia tetap berjalan mendekat dengan langkah malas. Wajah Ivana langsung terlihat muak. Dia pun cepat-cepat melangkah menjauh ke sisi lain. Finley tertegun. William pun ikut tertegun. Bahkan para staf pun terdiam. Sementara itu, penonton di ruang siaran langsung terdiam sejenak sebelum kembali melontarkan komentar. [Ivana benar-benar gila! Ekspresi macam apa yang ada di wajahnya itu? Apa yang dia lakukan?] [Itulah sebabnya aku mengatakan kalau dia nggak punya sopan santun!] [Dia hanya seorang artis yang nggak punya nama, tapi dia bertingkah seperti orang penting di depan Finley dan Olivia!] [Jangan-jangan dia sengaja mencari kontroversi supaya bisa makin terkenal!] [Apa yang dipikirkan sutradara acara ini? Cepat suruh Ivana keluar dari sini sekarang juga! Dia bisa memengaruhi suasana hati kami saat menonton acara!] [Ya! Usir Ivana dari sini!] [Usir Ivana dari sini!] [Usir Ivana dari sini!] ... ... Karena hari itu adalah hari Sabtu, selain Finley dan Olivia yang sedang mengikuti syuting acara, serta Ari yang sedang di luar negeri, semua anggota keluarga lainnya sedang berada di rumah. Tommy, Kevin, serta Lucy tampak sedang berkumpul di ruang kerja untuk menonton siaran langsung. Sementara itu, Briar adalah seorang dokter. Dia baru saja melakukan tiga operasi berturut-turut kemarin sore, jadi dia masih tidur karena kelelahan. Sebenarnya, jika bukan karena Ivana ikut berpartisipasi dalam acara ini, Tommy dan Kevin tidak akan pernah menonton acara TV semacam ini. Waktu mereka terlalu berharga! Satu menit saja bisa bernilai miliaran! Oleh karena itu, mereka semua menyaksikan secara langsung bagaimana Ivana menarik kalung dari leher Olivia. Begitu melihat kalung itu, mata Lucy tampak sedikit berkilat. Tommy pun mengernyitkan kening sambil bertanya, "Kenapa Olivia bisa memakai kalung milik Ivana?" "Waktu itu ... Olivia melihat kalung Ivana dan merasa penasaran saat di mobil. Dia hanya meminjamnya sebentar untuk mencobanya. Siapa sangka malah terjadi kecelakaan mobil sebelum Olivia sempat mengembalikan kalung itu," jelas Lucy. "Lain kali, ingatlah untuk segera mengembalikannya. Jangan sampai menimbulkan kesalahpahaman yang nggak perlu." Tommy memperingatkan dengan kening mengernyit. Tommy merasa bahwa putri mereka, Olivia, sudah dibesarkan dalam kemewahan. Tidak mungkin dia menginginkan kalung murahan seperti itu. Namun, ekspresi Ivana jelas-jelas menunjukkan bahwa dia sudah salah paham. "Aku mengerti." Lucy menganggukkan kepala dengan frustrasi. "Aku rasa Finley nggak akan bisa menyelesaikan masalah ini," kata Kevin sambil menunjuk ke arah layar tablet. Di ruang siaran langsung, Ivana menolak didekati ataupun diajak bicara oleh Finley dengan sikap dingin serta tegas. Mata Lucy pun menyala penuh kemarahan. Dia mengambil ponselnya sambil berkata, "Biar aku sendiri yang bicara langsung dengan Ivana!" Setelah itu, Lucy menelepon putra keempatnya, Finley. ... Di kaki gunung. Finley menjawab teleponnya, mematikan mikrofon, lalu berbicara dengan suara pelan sambil menutup mulutnya, "Halo." Pada saat yang sama, Finley memberi isyarat pada juru kamera agar menjauh sedikit darinya. "Finley, berikan ponselnya pada Ivana! Aku akan bicara langsung dengannya! Dia marah? Aku juga marah! Kalau dia memang baik-baik saja, kenapa dia nggak pulang? Apa menyenangkan membuat kita panik dan khawatir seperti itu?" ujar Lucy sambil menahan amarahnya. Saat pertama kali mengetahui bahwa Ivana masih hidup, perasaan Lucy campur aduk. Awalnya, dia merasa sangat terkejut, lalu merasa lega karena setidaknya dia tidak perlu menanggung beban sebagai pembunuh. Namun, kemudian semuanya berubah menjadi amarah besar karena Ivana sudah membuatnya menderita. Beberapa hari terakhir ini, Lucy begitu tersiksa. Sekarang, kemarahannya pada Ivana pun berlipat ganda! Barusan, saat melihat Ivana menarik kalung dari leher Olivia seperti seorang perampok, serta mempermalukan Olivia di depan kamera, kemarahan Lucy pun benar-benar meledak!

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.