Bab 45
Orlin menundukkan pandangannya, menyembunyikan perasaannya. Dia hanya menggeleng tanpa berkata apa-apa.
Melihat dia diam, Daniel juga malas bertanya. Dia melanjutkan makan mi di mangkuknya hingga habis, bahkan kuahnya pun tak tersisa. Baru setelah itu, dia mendongak dan memandang Orlin lagi.
Raut wajah Daniel terlihat agak canggung. "Ada yang ingin aku katakan sama kamu."
"Katakan saja."
"Aku mau tinggal di sini untuk sementara, tapi aku nggak bisa masak. Di sini nggak ada warung makan. Kalau mau makan, harus ke kota dan itu ribet. Kamu bisa nggak kalau masak sekalian tambah porsinya buat aku? Aku bayar kok, sebut saja harganya."
Orlin menatapnya dengan terkejut, lalu menggelengkan kepala.
"Kamu nggak mau?" Daniel mengernyitkan dahi.
"Bukan begitu," jawab Orlin. "Senin aku sudah mulai kerja, jadi mungkin nggak akan sempat. Tapi, kalau aku lagi di rumah, kamu bisa datang. Gratis kok, anggap saja balasanku karena dulu kamu sudah bantu aku."
Waktu itu, jika bukan Daniel yang menolong di d
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda