Bab 445
Ruangan yang sunyi hanya tersisa aku dan Rafael.
Aku menatap matanya yang dalam, tiba-tiba merasa cemas dan gugup.
Tatapannya terlalu membara.
Panas sampai membuat pipiku memerah.
Aku terbata-bata, "Kamu ... kenapa menatapku seperti itu?"
Rafael merangkul pinggangku dengan santai dan bertanya, "Kamu kira kenapa?"
Aku berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala, "Aku nggak bisa menebaknya."
Rafael menatapku dengan tatapan penuh keluhan, "Aku tahu, pasti kamu sibuk dan lupa segalanya."
Mendengar ucapannya, aku makin berpikir keras.
"Ulang tahunku? Nggak, ulang tahunku kan awal tahun, aku kan Aries."
"Ulang tahunmu? Nggak juga, ulang tahunmu belum datang. Terus apa ya? ... Ada hari penting lainnya?"
"Ulang tahun ibu? Juga bukan, minggu depan baru."
Aku terus menyebut beberapa hal, tapi semuanya salah.
Rafael tersenyum setengah mengejek melihat ekspresiku yang bingung.
Aku menyerah.
Aku bersandar di dadanya, mengerling manja, "Yuk, bilang dong, hari apa sih?"
Tiba-tiba Rafael seperti sulap
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda