Bab 427
Aku dan Caroline hanya tertegun mendengarkan kisah hidup Bibi Atik.
Caroline pun tersadar, lalu memeluk Bibi Atik dengan sedih. "Bibi, hidup Bibi benar-benar ... sulit sekali."
Setelah itu, Caroline berkata kepadaku lagi, "Tapi, Vanesa, jangan sampai kamu terjebak lagi. Kamu akhirnya berhasil keluar dari kekelaman itu, jadi sebagai sahabat terbaikmu, aku nggak mungkin diam saja melihatmu salah ambil jalan lagi."
Dia mengangkat kunci mobil dan mengedikkan dagunya ke arahku. "Ayo ikut aku."
Aku ragu-ragu sesaat, lalu akhirnya memutuskan untuk mengikuti Caroline.
Setengah jam kemudian, kami berdua tiba di sebuah pantai yang terpencil.
Matahari sudah terbenam, sinarnya membuat awan berwarna merah jingga dan menerangi permukaan laut yang berkilau keemasan.
Aku sontak menyadari betapa indahnya tempat yang familier ini, keindahannya sedikit mengurangi rasa gundahku.
Caroline mengambil sebuah ember besi dari dalam mobil dengan susah payah dan meletakkannya di atas pasir.
Aku hanya mengamati ge
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda