Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 91

Nindi dibawa keluar dari zona reruntuhan. Kemudian, Nindi dibaringkan di sofa. Cakra menunduk menatapnya, lalu berkata, "Lain kali, dengarkan kalau aku bilang jangan bergerak! Kalau otak nggak jalan, jangan asal lari!" Nindi pun dimarahi. Dia menunduk seraya berkata, "Aku juga nggak menyangka akan kena vas bunga!" Wajah Nindi terasa makin panas. Beruntung, situasi terkini masih mati lampu. Kalau tidak, pasti sangat memalukan. Dia yakin kalau wajahnya sudah merona. 'Kenapa begini, ya? Cakra adalah guru sekaligus temanku.' Tidak seharusnya dia memikirkan hal-hal aneh. Cakra mengeluarkan ponsel dan menelepon dengan nada dingin. "Cari tahu alasan listriknya mati," titahnya. Nindi mengamati sekeliling yang tampak gelap, lalu tatapannya kembali tertuju pada Cakra. Hanya dia yang memegang ponsel, satu-satunya sumber cahaya kecil di ruangan itu. Dia bertanya, "Zovan mana? Nggak pulang bersamamu?" "Dia ke bar. Malam ini nggak akan pulang," jawab Cakra. "Kenapa kamu nggak ikut?" Nindi tahu, oran

Klik untuk menyalin tautan

Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik

Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.