Bab 77
Ekspresi Nindi terlihat penuh keyakinan.
Sania justru makin ragu karena suara si penyiar sangat mirip dengan suara Nindi.
Bagai pinang dibelah dua!
Namun, dia tetap tidak mau mengakui bahwa Nindi adalah penyiar tersebut.
Seharusnya, Nindi tidak sehebat itu.
Si Dua bersuara nyaring saat mengejek, "Nindi, jangan pura-pura, deh. Wajah penyiar itu nggak pernah kelihatan, kebetulan saja suaranya mirip denganmu. Jangan kepedean."
Ketua Kelas langsung membela, "Nindi hebat, kok! Dia berhasil menyerang pakai Kombinasi Dua Belas Serangan hingga menang di pertandingan babak penyisihan!"
"Betul. Beberapa orang malah menjadi beban di pertandingan babak penyisihan itu. Kalau bukan karena Nindi, mana mungkin bisa menang?"
"Benar itu! Sania, kamu pasti iri karena Nindi lebih jago bermain daripada kamu!"
Mata Sania langsung terlihat kemerahan.
Beberapa murid laki-laki di kelas langsung membelanya.
"Nindi, lihat. Sania sampai menangis karena kamu. Cepat minta maaf padanya!"
Ekspresi Nindi tetap datar s
Klik untuk menyalin tautan
Unduh aplikasi Webfic untuk membuka konten yang lebih menarik
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda
Nyalakan kamera ponsel untuk memindai, atau salin tautan dan buka di browser seluler Anda