Bab 8
Charles mencariku? Dia juga telah menemukan rumah Cecilia?
Menurutku itu agak sulit dipercaya. Dia sangat membenciku, untuk apa dia mencariku?
Lagi pula, semalam aku tidak punya uang dan tidak pulang sepanjang malam, juga tidak melihat ayahku mencariku.
Dia pasti datang mencariku untuk meminta maaf kepada Arelia, 'kan?"
Memikirkan bagaimana dia menyuruhku untuk meminta maaf kepada Arelia tadi malam, aku tersenyum sambil mengambil pena dan kertas lagi, "Ingin mencariku juga harus bertemu denganku? Kalau dia mau menunggu, biarkan dia menunggu."
Nilai dalam latihan ujian sebelum liburan dua poin lebih rendah dari yang kuharapkan. Berapa banyak orang yang bisa unggul dua poin dalam ujian masuk universitas? Untuk apa aku membuang-buang waktuku untuk orang yang tidak penting?
Aku berkonsentrasi mengerjakan soal, tetapi Cecilia tidak bisa mengerjakannya lagi.
Kalau bukan diam-diam menatapku, dia akan berdiri untuk minum air dan pergi ke toilet.
Ponsel yang diletakkan di atas meja berdengung keras. Setelah berbunyi lagi, akhirnya Cecilia mengambil pena dan kertasku, "Valen, jangan menulis lagi. Coba katakan apa yang kamu pikirkan?"
Setelah menatap kertas ujian selama beberapa jam, mataku terasa agak perih. Cecilia mengambil pena dan kertas, jadi aku bisa mengistirahatkan mataku, "Tentang apa?"
Aku memejamkan mata, tetapi masih terasa agak kering setelah membukanya lagi.
"Charles." Cecilia pindah ke sisiku, kemudian memiringkan kepalaku untuk menatapnya, "Apakah kamu benar-benar akan menyerah?"
"Tapi kamu jelas-jelas harus memilikinya sebelumnya."
Jelas sekali aku sangat menginginkannya sebelumnya.
Aku melafalkan kata-kata ini dalam hati dan tiba-tiba rongga dadaku terasa sesak.
Benar, aku jelas harus memilikinya.
Akan tetapi, kalau seseorang terus menyakitimu, kamu akan melepaskannya terlepas seberapa kamu mencintainya.
Aku sudah pernah menjadi orang yang mengejarnya habis-habisan dan itu sangat melelahkan.
Sungguh, terlalu melelahkan.
Aku tidak ingin mengalami perasaan tidak berdaya yang menjalar ke seluruh anggota tubuhku lagi.
"Aku tiba-tiba sadar saja." Aku menatap mata Cecilia, "Ini seperti idola yang kamu kejar mati-matian beberapa waktu lalu, bukankah kamu tiba-tiba berhenti mengejarnya?"
Cecilia menjawab, "Itu karena aku menemukan sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan."
"Aku juga." Aku tersenyum dan mengangkat tanganku untuk membantu meluruskan rambut Cecilia di sekitar telinganya, "Cecilia, aku suka merancang pakaian. Aku suka kepercayaan diri dan kegemilangan yang dirasakan setiap gadis saat mengenakan pakaian yang cocok untuknya."
"Aku juga ingin melakukan beberapa hal kecil yang bisa kulakukan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan."
"Mencintai ...." Aku berhenti sejenak, "Mencintai seseorang terlalu menguras tenagaku. Aku ingin menjadi diriku sendiri."
Setelah aku selesai berbicara, Cecilia tiba-tiba memelukku dan berkata dengan nada sedih, "Baiklah, kalau begitu kuharap Val bisa menjadi versi terbaik dari dirinya dalam hidup ini."
"Tentu saja."
Aku tersenyum dan membalas pelukan Cecilia.
Saat aku hendak menyuruhnya untuk terus mempelajari soal-soal tersebut, pelayan mereka tiba-tiba berlari masuk dengan panik, "Nona, tuan muda dari Keluarga Yusan sedang memanjat pagar."
"Apa!?" Cecilia melepaskanku dan melihat keluar dengan mata terbelalak, "Charles ingin memanjat tembok rumah kita!?"
"Iya, Nona."
Cecilia memukul meja dan berdiri, kemudian menyingsingkan lengan bajunya dan berjalan keluar, "Val, tunggu di sini. Aku akan segera mengusirnya!"
"Aku akan pergi." Aku menarik Cecilia dan melihat ke luar. Seorang pemuda dengan kaos putih bersandar di dinding dengan gerakan cepat meskipun sedang gerimis.
Saat aku melihat keluar, dia kebetulan melihatku dan kami saling bertatapan.
Aku benar-benar tidak ingin membuang waktuku melakukan hal-hal yang tidak bermakna dengan Charles, tetapi aku tidak ingin membuat Cecilia mendapat masalah.
"Pergi dan beri tahu Charles kalau aku akan segera keluar. Suruh dia menunggu."
Aku memberi tahu pelayan itu dan memintanya untuk membawakanku payung sebelum berjalan keluar perlahan.
Gerimis terus membasahi payung transparan dan langsung berkumpul menjadi tetesan air yang meluncur ke bawah dan jatuh.
Charles berdiri di bawah pohon di pinggir jalan dengan hawa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya.
Aku berdiri di sana sejenak dan Charles sudah menengadahkan kepala.
Matanya bersih, tetapi dingin seperti orangnya. Sorot matanya dingin dan agak ... panik?
Baru sekitar 20 menit berlalu sejak dia menelepon Cecilia. Dia sudah merasa cemas dan panik setelah waktu yang singkat?
Aku mengangkat alisku, menganggapnya lucu.
"Valen, boleh juga kamu." Suara pemuda itu serak dan sengau.
Aku mengangkat tangan dan menyentuh pergelangan tanganku. Tangan yang tadi hangat di dalam ruangan sudah terasa dingin.
Cuacanya cukup dingin. Kalau ini terjadi sebelumnya, aku pasti sudah mulai khawatir apakah dia masuk angin. Akan tetapi, sekarang aku hanya ingin memintanya mengganti biaya pengobatan kalau aku masuk angin.
"Boleh juga apanya?" Aku berjalan dengan payung dan berdiri satu meter darinya, kemudian memiringkan kepalaku untuk menatapnya, "Apa aku lumayan hebat karena kamu meneleponku dan aku nggak segera keluar untuk menemuimu atau membawa payung dan melihatmu basah kuyup?"
Raut wajah Charles perlahan menjadi muram saat berbicara, "Valen, kamu sengaja melakukan ini?"
"Sengaja membuatku marah? Sengaja tiba-tiba bilang nggak menyukaiku dan sengaja menggoda James, 'kan?"
"Kamu sengaja melakukan ini karena mengira aku akan cemburu atau panik?"
"Apa selanjutnya?" Charles mengucapkan beberapa hal yang disengaja berturut-turut dan dia berkata sambil mendekatiku. Setelah selesai berbicara, orang itu sudah berada di bawah payungku, "Trik apa lagi yang kamu punya? Hah?"
Saat keluar, aku benar-benar tidak tahu mengapa Charles mencariku.
Sekarang sepertinya aku mengerti.
Dia merasa semua yang kulakukan selama ini adalah untuk jual mahal.
Dia mengira aku sedang mempermainkannya.
Aku menatapnya dan dia menatapku.
Butuh beberapa detik sebelum aku berbicara, "Tahu nggak kalau kamu itu terlalu percaya diri?"
Aku mundur selangkah dan menjauhkan payungku dari kepalanya. Gerimis langsung mengalir dari alis halusnya ke dagu dan menetes ke kaosnya, "Atau kemampuan bahasamu sudah sangat luar biasa hingga nggak bisa dipahami orang lain?"
"Memahami semuanya dengan cara terbalik? Apa kamu nggak takut pulang dengan nilai nol saat ujian masuk universitas?"
Setelah aku mengumpatinya, Charles mulai menggertakkan gigi, "Valen!"
"Aku di sini!" Aku mengerutkan kening dan mulai merasa agak kesal, "Tuan Muda Charles, pelankan suaramu, jangan terlalu keras. Aku nggak begitu tuli sampai nggak bisa mendengarmu."
Raut wajah Charles berubah dari muram menjadi pucat, lalu menjadi muram lagi hingga pembuluh darah di dahinya melonjak beberapa kali. Akhirnya setelah menarik napas dalam-dalam, dia menggertakkan gigi dan berkata, "Kamu nggak boleh berhubungan dengan James!"
"Kenapa?" Aku berkata dengan nada dingin, "Atas dasar apa kamu ikut campur dalam hakku untuk berteman?"
"Aku sudah bilang nggak boleh!" Charles mulai kehilangan kesabaran.
"Kamu bilang nggak boleh ya nggak boleh? Kamu ini siapa?"
Aku mengangkat tangan untuk menyisir rambutku yang tertiup angin, memberinya senyuman manis dan meniru sikap sok Arelia dan berkata, "Atau kamu itu siapaku?"