Bab 7
Suara santai dan menggoda James terdengar, aku bahkan tidak berpikir untuk berbalik.
Aku tidak ingin terlibat dengan Charles, apalagi dia.
Dia berjalan di sampingku dengan tangan terlipat dan menatapku secara terang-terangan, kemudian menyentuh dagunya dan melanjutkan, "Kamu sangat berbeda dari rumor yang beredar. Mereka bilang kamu mengejar Charles mati-matian, kok kamu terlihat seolah ingin membuat batasan dengannya?"
Saat mengatakan itu, James tiba-tiba mendekat ke arahku dan napasnya berhembus ke pipiku, "Trik baru? Mencoba jual mahal?"
Aku benci orang asing yang sok dekat dan tanpa sadar ingin menghindarinya. Sebelum aku bisa bergerak, bahuku dicengkeram oleh telapak tangan yang hangat.
Orang itu menarikku kembali dan aku jatuh ke dalam pelukan tidak asing yang dipenuhi aroma kayu cedar.
"Menjauhlah darinya!" Suara Charles dingin.
Aku tanpa sadar mendongak dan melihat bibir tipisnya yang terkatup serta kekesalan dari tatapannya.
Entah apa yang membuatnya kesal.
Akan tetapi, gerakan intim saat dipeluknya membuatku merasa tidak nyaman.
"Lepaskan." Aku melepaskan diri dari pelukan Charles, kemudian mundur dua langkah dan menjauhkan diri darinya.
Charles terlihat seolah tidak menyangka aku akan mundur dan menatapku selama beberapa detik. Saat dia hendak mengatakan sesuatu, Arelia tiba-tiba mendekat dan meraih lengannya, "Charles, kok lama sekali beli airnya?"
Setelah mengatakan itu, Arelia seolah baru saja menyadari keberadaanku dan berkata, "Ah, Valen, kamu juga ada di sini."
Aku melirik ke arahnya dan berkata, "Iya."
"Kamu diam-diam mengikuti Charles, ya?" Arelia melihat aku dan Charles, lalu mengulurkan tangan untuk menarik lengan Charles sambil berkata dengan suara polos dan menggemaskan, "Charles, ini sudah larut, jangan berdebat dengan Valen tentang dia mengikutimu lagi. Dia sebagai seorang gadis juga nggak aman."
Ucapan Arelia terdengar sangat menjengkelkan. Saat aku hendak berbicara, James sudah menjadi dingin dan berkata, "Nona, tahu nggak menyebarkan rumor itu melanggar hukum?"
Biasanya James terlihat lembut dan penuh kasih sayang, tetapi sebenarnya dia dingin dan tidak berperasaan. Setelah mengungkapkan penyamarannya, pria itu terlihat suram dan kejam.
Ibarat seekor jaguar di padang rumput. Sedetik ia berjemur di bawah sinar matahari dengan malas dan sedetik berikutnya ia memperlihatkan taring untuk menggigit leher mangsanya.
Arelia takut padanya, jadi dia meringkuk ke pelukan Charles dan berkata dengan suara terisak, "Charles, aku nggak tahu apa yang dia bicarakan."
Charles tidak mendorong Arelia menjauh, melainkan memeluknya erat-erat dan sudah jelas untuk melindunginya.
Dia menatapku, tatapannya menjadi lebih dingin dari sebelumnya, "Minta maaf."
Meskipun aku telah melihat Charles yang tidak adil berkali-kali, aku masih merasa tertekan ketika melihatnya lagi.
Dia jelas tahu aku datang karena perjamuan ini.
Dia tahu segalanya, tetapi masih membiarkan Arelia berbicara omong kosong.
Aku tidak ingin terlibat dalam keributan yang tidak jelas ini dan tidak ingin menjadi umpan meriam dalam pertarungan mereka. Akan tetapi, terkadang aku tidak punya pilihan.
"Untuk apa harus meminta maaf? Siapa yang meminta maaf kepada siapa?"
Aku menatap Charles dengan wajah datar, tanpa mengedipkan atau mengelak. Tanggapanku juga cukup provokatif.
Raut wajah Charles muram dan saat ini udara di sekitarnya terasa seolah membeku.
Aku menarik sudut bibirku dan berbalik untuk pergi.
Orang yang tidak adil akan selalu tidak adil.
Sesampainya di pinggir jalan, pergelangan tanganku dicengkeram oleh Charles.
Charles menatapku dan berkata dengan suara dingin, "Valen, apa aku sudah mengizinkanmu pergi?"
Aku tertawa dengan marah padanya, "Untuk apa aku membutuhkan izinmu? Kamu pikir kamu ini siapa, Charles?"
Charles, aku tidak mau mematuhimu dan tidak akan menurutimu lagi.
"Valen!" Charles memegang tanganku erat-erat seolah ingin memotong tanganku, "Katakan lagi apa yang baru saja kamu katakan."
"Charles, kamu menyakitinya."
James berjalan mendekat dan membantuku melepaskan tanganku dari cengkeraman Charles, kemudian menarikku ke belakangnya dan menyembunyikanku.
Enyahlah! Charles mengangkat tangan dan meraih kerah James.
"Atas dasar apa kamu menyuruhku enyah?" James mencengkeram tangan Charles yang memegang kerah bajunya dan tersenyum provokatif, "Coba tanya pada Valen, dia ingin kamu enyah atau aku?"
Tatapan Charles tiba-tiba tertuju padaku. Aku mengangkat mataku dan menatap matanya yang membara.
Aku tanpa sadar mengerutkan kening dan ketika aku ingin menyuruh mereka pergi, Arelia bergegas mendekat dan meraih tangan James, "Lepaskan Charles, lepaskan!"
Setelah itu, dia memelototiku dengan marah, "Valen, katakan sesuatu! Apa kamu ingin melihat mereka berdua bertarung?"
"Apa hubungannya denganku?" Aku melirik pergelangan tanganku yang merah karena dicengkeram dan akhirnya amarah yang kutahan membludak, "Malam ini aku nggak pernah memprovokasi siapa pun di antara kalian. Kalau ada urusan, kalian tangani sendiri. Jangan menunda waktuku."
Setelah mengatakan itu, aku mengabaikan mereka sambil mengangkat tangan untuk menghentikan taksi dan pergi.
...
Setelah masuk ke dalam mobil, aku bersandar di jendela mobil dan menatap pemandangan jalanan yang terus mundur.
Entah mengapa aku merasa sangat lelah.
Setelah hidup kembali, aku tidak lagi memiliki banyak obsesi. Yang paling kuinginkan adalah membuat batasan dengan orang-orang yang telah menyakitiku di kehidupan sebelumnya dan menjadi diriku sendiri.
Namun kenyataan terus membuatku terlibat dengan Charles, Arelia dan James yang baru kutemui dua tahun kemudian di kehidupanku sebelumnya.
Tiba-tiba aku merasa agak takut, takut tidak bisa lepas dari nasib kehidupanku sebelumnya.
Saat Cecilia menerimaku, kondisiku sudah sangat buruk.
Cecilia sangat perhatian. Setelah melihat raut wajahku buruk, dia tidak bertanya apa pun dan hanya menyuruhku untuk beristirahat dengan baik.
Aku berterima kasih padanya, kemudian mandi dan berganti pakaian sebelum memaksakan diri untuk tidur.
Apa pun takdir yang menantiku, aku akan menerimanya. Akan tetapi, jangan sampai hal itu belum terjadi dan aku telah dikalahkan oleh beberapa ketakutan yang tidak berdasar.
Setelah memikirkannya, rasa tertekan di hatiku pun berkurang.
Ujian masuk universitas akan diadakan dalam lima hari dan sekarang aku harus fokus pada ujian masuk universitas.
Di kehidupanku sebelumnya, aku tidak bisa mempelajari jurusan desain mode kesukaanku dan menjadi perancang busana, tetapi aku pasti akan melakukannya di kehidupan ini.
Keesokan harinya.
Saat aku dan Cecilia sedang berada dalam sesi tanya jawab, ponsel Cecilia tiba-tiba bergetar.
Cecilia mengangkat ponsel untuk menjawabnya. Aku mendengarnya bersenandung dua kali tanpa terlalu memperhatikan dan berbalik untuk mencari solusi soal matematika yang sulit di buku revisi.
Sebelum aku bisa menemukannya, Cecilia datang dengan ponsel di tangannya.
Dia mengerutkan bibir dan duduk, tidak menulis sepatah kata pun selama beberapa menit.
Ada sesuatu yang mengganggunya.
Aku meletakkan kertas ujian di tanganku, kemudian mengangkat tangan untuk menjambak rambutku yang acak-acakan dan bertanya, "Siapa yang meneleponmu? Kok langsung linglung setelah menjawabnya?"
Cecilia meletakkan penanya, kemudian berbalik dan menghadapku dengan ragu.
Aku merasa geli melihat Cecilia, kemudian mengulurkan tanganku dan mencubit pipi bulatnya, "Bicaralah, jangan terlihat begitu sedih."
"Kamu yang menyuruhku untuk mengatakannya, ya?" Cecilia melihat ekspresiku dengan hati-hati.
Aku mengangguk dan dia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara seolah telah mengumpulkan keberanian, "Charles meneleponku dan berkata dia sedang menunggumu di depan rumah."