Bab 6 Menggosip di Belakangnya
"Iya."
Henry mengangguk. Matanya menyipit. Dia tampak tidak senang.
“Kalau Pak Hendrickson tidak puas dengan pilihan saya, mungkin ada saran? siapa yang harus saya pilih?"
Di antara begitu banyak wanita dengan riasan tebal di wajah mereka di sini, Yvonne Frey menjadi satu-satunya yang paling enak dipandang.
"Tidak, tidak sama sekali! Pak Lancaster, Anda serius sekali!"
Hendrickson tidak berani mengatakan apa pun.
Ia segera pergi untuk menjemput Yvonne dan mencoba membuat dirinya terlihat baik.
“Yvonne, kau akan menjadi sekretaris pribadi Pak Lancaster. Bantu dia dengan baik. Kau bisa tanya padaku kalau kau membutuhkan bantuan.”
"... Baik," jawab Yvonne dengan bingung.
Ia tidak tahu mengapa Henry memilihnya sebagai sekretarisnya.
Apa mungkin karena sudah saling mengenal jadi akan lebih mudah bagi mereka untuk bekerja sama?
Yvone diam-diam mencuri pandang ke arah Henry ketika lelaki itu secara tidak sengaja membuang muka dan menghapus jejak emosi di matanya.
Henry berbicara sebentar dengan para eksekutif di sebelahnya, lalu memberi perintah dengan nada dingin suaranya,” Mulai sekarang, karyawan di sini diharuskan berpakaian rapi ketika bekerja. Saya tidak ingin melihat siapa pun merusak citra perusahaan."
“Kalau tidak mau, kalian bisa berkemas dan pergi!”
Henry mengedarkan pandangan tajamnya ke beberapa karyawan wanita yang mengenakan pakaian terbuka. Mereka sangat ketakutan sehingga mereka langsung menarik kerah blus mereka untuk sedikit menutupi bagian atas. Mereka takut akan mengecewakan CEO baru dan dipecat.
Henry mengucapkan beberapa patah kata lagi kepada Hendrickson sebelum ia memimpin para eksekutif di belakangnya ke ruang konferensi.
Yvonne merasa lega ketika pintu ruang konferensi ditutup.
....
Alih-alih keluar saat istirahat makan siang, Yvonne duduk di kursinya menunggu kiriman makanan.
Setiap kali ia sedikit mendongak, ia bisa mendengar banyak komentar di sekitarnya. Sepertinya, semua orang sedang membicarakannya.
Lynette menawarinya segelas es latte, lalu meletakkan dagunya di tangan.
“Betapa beruntungnya dirimu, Yvonne. Kau akan menjadi sekretaris Pak Lancaster mulai sekarang dan menemuinya setiap hari. Kenapa aku tidak seberuntung dirimu?"
"Beruntung? Kenyataannya aku masih bekerja untuk orang lain. Lagipula, aku bahkan tidak akan bisa bermalas-malasan di dekat Pak Lancaster. Jika aku sampai melakukannya, aku mungkin dipecat!”
Yvonne dengan santai menjawab pertanyaan Lynette dan tidak menyadari kalau banyak orang yang tiba-tiba muncul di luar kantor.
Pria yang berjalan di depan melonggarkan dasinya. Ia tampak sedikit lelah ketika beberapa eksekutif menunjukkan arah ke kafetaria.
Meski begitu, perhatian Yvonne tertuju pada es latte di depannya dan ia tidak memperhatikan keributan yang ada di belakangnya.
"Kenapa?"
Lynette terus mengobrol dengannya. Ia juga tidak melihat ke belakang.
“Coba pikirkan – Pak Lancaster itu sangat tampan. Hanya dengan melihatnya saja, aku sudah cukup mendapatkan motivasi untuk pergi bekerja setiap hari.”
“Memang kenapa kalau dia tampan? perutku juga tidak akan menjadi kenyang karenanya. Aku lebih baik minum beberapa gelas es latte lagi."
Yvonne mendengus pelan.
Meski Yvonne telah menikah dengan Henry Lancaster selama tiga tahun, ia hanya bertemu dengan lelaki itu dua kali. Ia hampir tidak sadar ketika mereka pertama kali berhubungan seks. Yang ia rasakan hanyalah sakit. Itu saja. Semua ini membuatnya merasa kalau Henry seperti es latte yang ada di tangannya sekarang.
“Benar-benar kau ya …!”
Lynette baru saja berniat untuk menuduh Yvonne yang tidak menghargai keberuntungannya ketika dia melihat seseorang datang dari belakang mereka dari sudut matanya. Lynette menoleh dan berdiri saking terkejutnya.
“P-Pak Lancaster! ”
Hmm?
Yvonne baru saja akan memasukkan sedotan minumannya tapi tangannya membeku begitu nama itu terdengar. Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria berjas hitam berdiri di belakangnya.
Ia menarik napas dalam-dalam.
Kenapa dia ada disini?!
Apa dia benar-benar punya banyak waktu luang?
Tatapan tajam Henry tertuju pada Yvonne. Dilihat dari wajahnya yang suram, lelaki ini mungkin telah mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Yvonne.
“Perlu ada penyesuaian jam istirahat karyawan. Meski mereka tidak makan di kafetaria, mereka juga tidak perlu berada di kantor dan mengobrol seperti ini.”
"P-paham, Pak.”
Hendrickson yang ada di sebelah Henry dengan cepat menanggapinya.
“Saya pasti akan mencatatnya dan memastikan bahwa karyawan kami mendapatkan hiburan yang lebih baik.”
Dia melihat tajam ke arah Yvonne.
Mengapa dia bergosip di sini dan bukannya makan siang di kafetaria ketika jam istirahat?!
Henry telah pergi ketika Hendrickson menoleh ke belakang. Ia lalu segera menyusulnya.
"Oh tidak!" Wajah Lynette memucat.
“Mati kau, Yvonne! Pak Lancaster pasti mendengarmu! Apa kau tidak lihat wajahnya?"
"Aku ... aku tidak tahu dia ada di sana."
Yvonne tersenyum datar. Keinginannya untuk meminum es latte sudah hilang.
“Lyn, bisakah kau membantuku mengambilkan makananku nanti? Aku harus menyelesaikan pengerjaan dokumen yang tersisa."
Yvonne mengambil barang-barangnya dan pergi. Ia tahu betul kalau sedang dalam masalah!
Tidak mungkin orang macam Henry Lancaster ini tidak marah setelah ia mengetahui komentar Yvonne tentang dirinya.