Webfic
Buka aplikasi Webfix untuk membaca lebih banyak konten yang luar biasa

Bab 6

"Teman?" Wajah Mike seketika bagaikan dipenuhi awan gelap. Ketika semua fantasi indah hancur berkeping-keping, hal itu pasti akan membuat seseorang merasa jengkel. Wanita yang membuatnya begitu bergairah malam itu ternyata adalah orang seperti ini .... Mike merasa sedikit muak. Amarah tanpa alasan berkecamuk di dalam dirinya. Bahkan tatapannya menjadi tajam. "Jangan bawa sembarang orang ke sini, ini bukan rumahmu." Aura dingin Mike membuat semua orang di tempat itu ketakutan. Tak ada yang tahu mengapa suasana yang sebelumnya masih cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Lydia tersenyum meminta maaf dan menjelaskan. "Maaf, karena kamu nggak pernah datang ke sini, aku nggak tahu kalau ini akan mengganggumu, jadi ...." "Kamu terlalu anggap dirimu penting, ya?" Kaira juga tak berani bersuara, hanya berdiri terpaku di tempat. Anjing kecil di sampingnya mencakar-cakar kakinya beberapa kali, tetapi melihat tak ada reaksi dari Kaira, akhirnya hanya bisa membawa bolanya dan bermain sendiri. "Maaf ...." Kaira tidak tahu apa yang baru saja dilakukannya hingga membuat Mike marah. Dengan canggung dia melihat ke arah Lydia. Lydia segera berkata, "Kaira, kamu pulang saja dulu." "Hmm." Tuan rumah sudah menunjukkan wajah muram, tentu saja Kaira tak berani berlama-lama. Dia segera berbalik menuju paviliun untuk mengambil barang-barangnya. Pengurus rumah segera menyiapkan mobil untuk mengantar Kaira pulang. Di dalam mobil, Kaira duduk sambil menatap pemandangan yang terus bergerak mundur di luar jendela, pikirannya melayang jauh. Padahal hari ini dia sempat berpikir, bahwa Mike yang menakutkan, sebagaimana digambarkan dalam rumor, rupanya berbeda dengan pria yang ditemuinya hari ini. Namun, akhirnya dia sadar bahwa dirinya memang kurang berpengalaman. Mike mungkin memang orang yang suasana hatinya berubah-ubah. Kaira merasa sedikit bersalah. Sepertinya kehadirannya telah menyebabkan Mike murka, membuat Kak Lydia harus menanggung kemarahan yang tak beralasan itu. Memikirkan hal ini, Kaira makin merasa bersalah. Dia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Lydia: ["Maaf, Kak Lydia, aku telah repotkan kamu.] Setelah mengirim pesan, dia menunggu lama tetapi tidak mendapat balasan. ... Vila yang tadinya sempat agak ramai kembali menjadi sunyi. Para pelayan telah mundur, Mike dengan wajah dingin berbicara dengan nada tanpa emosi. "Malam itu hanya sebuah kecelakaan, seharusnya aku memang kasih kamu kompensasi. Sekarang, orang tua itu sudah kirim kamu ke sini, kamu tinggal saja. Aku akan tanggung biaya hidupmu, tapi selain itu, jangan berharap lebih." Lydia cukup peka terhadap situasi. Mendengar kata-kata itu, dia langsung mengerti maksud Mike. Mike tidak tertarik padanya. Namun, satu kalimat "Aku akan tanggung biaya hidupmu" sudah cukup untuk membuat Lydia sangat bahagia. Tinggal di rumah sebesar ini, bebas menikmati segala kemewahan. Hidup seperti ini terlalu indah, dia bahkan tak berani berharap lebih. "Terima kasih, Tuan Mike." Mike pergi tanpa menoleh ke belakang. ... Belakangan ini bisnis di Klub Sarna sedang melonjak, Kaira pun makin sibuk dengan pekerjaannya. Pesan yang dikirimkannya pada Lydia baru dibalas setelah sekian lama. Lydia mengatakan bahwa itu bukan kesalahan Kaira, jadi tidak perlu terlalu dipikirkan. Mendengar itu, Kaira pun merasa lega. Namun setelah kejadian itu, mereka jarang berkomunikasi lagi. "Minuman untuk Ruang VIP 1, segera diantar." "Baik." Kaira menjawab, lalu segera membawa nampan untuk mengantar minuman. Lagi-lagi Ruang VIP 1, mau tidak mau dia teringat kejadian malam itu. Dirinya teringat pada Mike. Dia masih ingat betapa buruknya wajah Mike saat terakhir kali mereka bertemu di vila. Mike pasti sangat membencinya. Saat Kaira tiba di depan Ruang VIP 1, pintu terbuka dan dua gadis cantik keluar dengan wajah kecewa. Setelah berjalan agak jauh, mereka baru mulai berbicara. "Sudah susah payah masuk ke ruangan ini untuk temani minum, kenapa malah diusir?" Yang satu lagi mencoba menghibur, "Itu 'Tuan Mike', dia memang selalu jaga jarak dengan wanita, ini hal yang biasa." "Benar sih, tapi kami sudah datang ke sini, kenapa dia masih jual mahal?" "Shh, jangan asal bicara! Mau cari mati?" Orang yang berbicara pun menyadari kesalahannya, buru-buru menutup mulut dan berlari pergi. Ekspresi Kaira berubah. Mike ada di dalam? Kalau Mike melihatnya, apakah dia akan marah lagi? Kaira menyentuh masker di wajahnya, barulah merasa lega. Untungnya, Klub Sarna mewajibkan para pelayan memakai masker. Dengan begini, Mike seharusnya tidak akan mengenalinya. Selama dia mengantarkan minuman dan pergi dengan cepat, seharusnya tidak akan ada masalah. Kaira mengetuk pintu. "Permisi, minuman sudah tiba." Di dalam ruangan ada banyak orang, tetapi dalam sekejap, dia langsung melihat Mike yang duduk sendirian di sofa. Sikap Mike berbeda dengan yang lain yang suka bersenang-senang dengan wanita. Meski berada di tempat seperti ini, Mike tetap duduk dengan tenang, kakinya bersilang dan ekspresinya dingin. Mike memiliki auranya yang tersentuh debu duniawi, benar-benar berbeda dari kedua temannya. Salah satu temannya sedang berceloteh dengan penuh semangat. "Tuan Mike, bukankah kamu sudah mulai menikmati kesenangan duniawi? Kenapa masih jual mahal? Aku sudah pilihkan dua yang paling cantik untuk kamu, tapi kamu malah tolak!" Mike menjawab dingin. "Kamu biasanya bermain dengan wanita seperti itu?" "Memangnya kenapa?" "Selera buruk." "Puh!" Orang itu hampir menyemburkan darah karena kesal. Dia berteriak marah, "Aku ajak kamu rayakan sesuatu dengan niat baik, kalau kamu nggak terima, ya sudah! Tapi kenapa malah remehkan seleraku? Kamu ini terlalu keterlaluan!" Mike meliriknya dengan sikap dingin. Orang itu langsung menyusut, perubahan drastis itu seolah sosok yang baru saja berteriak bukanlah dirinya. "Baiklah, anggap saja seleraku buruk. Kamu punya selera bagus, 'kan? Lalu, coba katakan, seperti apa tipe wanita yang kamu suka? Aku bantu carikan." Mike tidak menjawab. Matanya sedikit menunduk, tapi tiba-tiba menangkap sesuatu. Saat itu, Kaira sedang dengan hati-hati meletakkan botol-botol minuman di meja bar. Baju atasan pendek yang dikenakannya memperlihatkan pinggangnya yang putih dan ramping, sementara rok pendeknya memperlihatkan sepasang kaki panjang yang jenjang dan indah. Di Klub Sarna ini, wanita cantik memang banyak. Namun entah kenapa, mata Mike hanya tertuju pada sosok yang satu ini. Setelah selesai menata minuman, Kaira segera bersiap untuk pergi. Namun, pria yang paling banyak berceloteh tadi kembali membuka mulut. "Tuan Mike, jangan-jangan seleramu yang seperti ini?" Mike diam saja. Kaira tidak tahu siapa yang mereka bicarakan, dia hanya ingin cepat-cepat pergi. "Kamu, yang antar minuman, tunggu sebentar." Begitu mendengar panggilan itu, Kaira terpaksa menghentikan langkah dan berbalik. Dia menundukkan kepala tanpa berani melihat mereka. "Ada yang bisa aku bantu?" Suara merdu itu membuat mata Mike sedikit berubah. Entah kenapa, suara ini terdengar familier. Tatapannya kembali tertuju pada Kaira, kali ini lebih lama. Hanya dengan dua tatapan itu, Devin langsung menyadari sesuatu. Sebagai teman yang sudah mengenal Mike sejak SMP selama belasan tahun, bagaimana mungkin dia tidak mengerti pria ini? Seumur hidupnya, kapan Mike pernah menatap seorang wanita seperti ini? Tidak pernah sama sekali! Ini sudah cukup membuktikan bahwa dia tertarik pada gadis ini. Devin memberikan isyarat dengan tatapan mata. "Kamu temani Tuan Mike minum beberapa gelas." "Maaf, aku hanya antar minuman ...." "Siapa yang nggak tahu siapa 'Tuan Mike' itu? Bisa temani dia minum adalah sebuah kehormatan. Kamu yakin nggak mau terima kesempatan ini?"

© Webfic, hak cipta dilindungi Undang-undang

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.