Bab 11
Lily pura-pura berkata dengan terkejut, "Apakah pamanmu tahu? Akhir-akhir ini dia sedikit sibuk dan mau aku segera tinggal bersama dengannya. Bagaimana kalau aku bantu kamu kasih tahu hal ini padanya?"
Darah di tubuh Jane seolah-olah membeku, hatinya bahkan terasa dingin pada saat ini.
Dia berusaha bersikap dengan tenang, "Aku akan kasih tahu sendiri padanya."
Lily mencibir, Jane benar-benar sangat naif. Dia baru saja kembali dari luar negeri, tapi ingin keluar negeri lagi karena tidak bisa menerima semua ini dan ingin memancing Kevin?
Lily bisa langsung mengetahui isi pikiran Jane pada saat ini.
Hanya saja, cara ini terlalu bodoh.
Setelah Jane kembali ke meja kerjanya, departemen hubungan masyarakat menerima sebuah tugas yang sangat mendesak.
Jelyn yang merupakan asisten Jane melangkah maju sambil membawa laptop, "Bu Jane, Pak Kevin dan Nona Lily diam-diam difoto saat meninggalkan perjamuan kemarin malam. Gosip ini sudah dikonfirmasi, hal ini membuat kita nggak bisa menjelaskan naskah yang kita buat sebelumnya pada penggemar."
"Para penggemar marah besar sekarang, mereka merasa Nona Lily nggak bertanggung jawab. Drama itu masih sedang dipromosikan, tapi malah muncul gosip, bahkan sutradara dan investor sudah nggak percaya lagi dengan Nona Lily."
Jane mengangkat tatapannya yang dingin.
Jelas-jelas mereka tahu jika mereka akan difoto oleh wartawan, kenapa mereka sama sekali tidak menghindar?
Lily bertindak dengan ceroboh, kenapa pamannya juga ikut ceroboh?!
Ponsel Jane berdering pada saat ini, nada deringnya mengejutkan hati semua orang. Jane menunduk untuk melihat nama orang yang meneleponnya dan menjawab panggilan itu.
"Jane, apakah aku terlalu baik padamu? Aku masih bisa menahan diriku saat kamu nggak minta maaf setelah menyiram Lily. Sekarang kamu malah sengaja buat opini publik untuk menghancurkan karier Lily?"
Ucapan Kevin membuat tenggorokan Jane tercekat.
Dia mencelakai Lily?
Jane memaksa dirinya untuk tetap tenang, lalu berkata tanpa menyembunyikan sarkasmenya, "Pak Kevin, aku diganggu oleh seseorang semalam. Bagaimana mungkin aku punya waktu untuk buat opini publik?"
"Bukankah kamu masih saja menyalahkan Lily? Kemarin malam Lily nggak enak badan, jadi aku antar dia kembali lebih dulu."
Mata Jane memerah dan tidak ingin mengatakan apa pun lagi."
Kevin berkata dengan tegas, "Selesaikan hal ini dalam tiga hari, jangan ganggu Lily untuk bergabung dengan kru film yang baru."
"Kalau Pak Kevin sangat mementingkan masa depan Nona Lily, kenapa kalian harus menunjukkan diri kalian di depan wartawan? Apakah nggak bisa melakukannya di rumah?"
"Jane!"
Kevin memotong ucapan Jane dengan dingin, nada bicaranya penuh dengan peringatan.
Jane tersenyum mengejek, lalu memutuskan panggilannya. Direktur departemen personalia yang berada di depan pintu berjalan masuk dan berkata, "Bu Jane, surat pengunduran dirimu sedang ditandatangani."
Setelah mendengar ini, Jelyn dan yang lain menatap Jane dengan tatapan terkejut, "Bu Jane, Ibu mau mengundurkan diri?"
"Bu Jane, kamu sama sekali nggak perlu menyelesaikan masalah ini."
Meskipun direktur departemen personalia tidak berani melawan Kevin, dia merasa sedikit tidak tega saat melihat Kevin terus menekan Jane demi Lily.
Jane menarik kembali pandangannya dan berkata dengan suara yang serak.
"Nggak apa-apa, aku akan pergi setelah menyelesaikan hal ini."
Ini adalah terakhir kalinya dia membalas utang budi pada Kevin karena telah membesarkannya.
Setelah ini, sudah tidak ada utang apa pun di antara mereka.
Setelah Jane mengambil alih masalah ini dan ingin menyelesaikannya, Jane menyadari jika tiba-tiba terdapat banyak akun palsu yang menyerang Lily.
Hal ini membuat Jane semakin sulit untuk menyelesaikan hal ini.
Jane menatap layar laptop dengan tatapan dingin.
Jangan-jangan Lily sengaja membayar orang-orang untuk menyiksanya?
Jika Lily benar-benar memedulikan kariernya, dia tidak akan bertindak sembarangan dengan Kevin.
Hanya saja, dia malah sengaja menunjukkan dirinya ke publik. Jane mengangkat sudut bibirnya, apakah dia adalah saingan yang tidak bisa diabaikan bagi Lily?
Jane mengetahui hal ini dengan jelas, karena itu hatinya semakin terasa sakit.
Jane bahkan masih berkomunikasi dengan berbagai akun pemasaran sampai tengah malam, dia juga membuat surat klarifikasi untuk Lily dan Grup Harna.
Saat melihat foto yang diambil oleh wartawan, Jane mengangkat tangannya untuk menepuk wajahnya.
Jane.
Sadarlah!
Pada detik berikutnya, Jane tiba-tiba memegang perutnya, dahinya bahkan sampai berkeringat dingin.
Perut Jane terasa sangat sakit yang membuatnya bersandar di meja sambil menahan rasa sakitnya.
Dia bahkan tidak memiliki tenaga untuk berdiri.
Seluruh lampu di kantor sudah dipadamkan, hanya lampu di meja kerja Jane yang masih menyala.
Jane mengambil ponselnya dan menelepon Kevin.
Hanya saja, Lily-lah yang menjawab panggilannya, "Jane? Ada apa kamu menelepon Kevin? Dia lagi mandi, aku akan bantu menyampaikan pesanmu padanya."
Dalam sekejap, Jane merasa dirinya terjatuh ke dalam jurang.
Dia sedang menyelesaikan masalah mereka di sini, tapi mereka tetap tidak bisa menahan perasaan mereka dan bertemu lagi?
Setelah terdiam sejenak, Jane mendapatkan kembali suaranya, "Nggak jadi, Nona Lily."
Lily berkata dengan lembut, "Baiklah. Aku bisa menyampaikan pesanmu pada Kevin kalau kamu ada masalah."
Setelah memutuskan panggilan, Lily menatap ponsel Kevin, lalu memasukkan kata sandinya. Ponsel Kevin berhasil terbuka.
Lily tersenyum tipis, kata sandi ponsel Kevin memang sangat mudah ditebak.
Kata sandinya adalah tanggal ulang tahun Lily.
Lily menyalakan mode untuk menghalangi panggilan masuk, lalu menutup aplikasi latar belakang dan melempar ponsel Kevin ke kepala tempat tidur.
Jane berbaring di atas meja dengan wajah pucat. Dia baru dibawa ke rumah sakit setelah petugas keamanan menemukan keberadaannya dan menelepon ambulans.
Jane mengalami radang usus buntu akut.
Jane beristirahat sepanjang malam setelah selesai melakukan operasi. Jane sudah memutuskan untuk pergi keluar negeri secepat mungkin agar bisa sepenuhnya meninggalkan dunia Kevin.
Jane melakukan pembayaran sebelum pulang ke rumah.
Dia mulai berkemas setelah tiba di kamarnya.
Tempat ini menyimpan banyak kenangannya, barang-barang yang diberikan oleh Kevin disimpan dengan baik-baik oleh Jane.
Hanya saja, sekarang Jane malah merasa benda-benda itu sangat mengganggu pandangannya.
Jane mengambil benda-benda itu dan memasukkannya ke dalam kantong plastik, lalu ingin turun ke lantai bawah untuk membuangnya.
Jane baru saja selesai melakukan operasi dan tubuhnya masih sangat lemah pada saat ini. Saat Jane turun ke lantai bawah sambil menyeret barangnya, dia bertatapan dengan Kevin yang baru saja kembali.
Tatapan Kevin mendingin, "Apa yang kamu bawa?"
Jane menjawab dengan acuh tak acuh, "Bukan apa-apa, aku cuma mau buang barang-barang yang nggak berguna."
"Kenapa kamu tiba-tiba mau buang barang di tengah malam?" tanya Kevin sambil mengerutkan keningnya.
Entah kenapa sikap Jane pada saat ini membuat Kevin merasa gelisah.
Seolah-olah terdapat suatu hal yang sedang melepaskan diri dari kendalinya.
Jane mendongak untuk menatap Kevin dan berkata dengan tenang.
"Aku sudah nggak menginginkan barang ini, jadi aku mau buang."
"Jane, sekarang sudah tengah malam. Bisakah kamu nggak buat masalah?" ujar Kevin sambil melonggarkan dasinya dengan kesal.
"Aku nggak lagi cari masalah. Paman dan Nona Lily akan segera bersama, jadi Paman nggak perlu memedulikan urusanku lagi di masa depan. Omong-omong, tolong tanda tangan surat pengunduran diri yang kukirim ke email-mu."
Daripada terus menunda, lebih baik segera selesaikan masalah ini.
Jane bukanlah orang yang suka menyiksa dirinya sendiri, dia tidak bisa terus tinggal di sini dan membiarkan dirinya terus terluka.
Kevin menyipitkan matanya dengan tidak senang. "Masalah Lily ...."
"Aku akan menyelesaikan hal itu sebelum pergi."
Jane langsung menyela ucapan Kevin sebelum dia selesai bicara.