Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 5 Suaranya Terdengar

Keesokan harinya, pagi-pagi benar. Aku pergi ke lembaga forensik dengan taksi. Karena sudah ditelepon oleh Ibu, staf yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi keaslian tulisan tangan pun berkata, "Biasanya butuh waktu setengah bulan untuk dapat hasilnya, tapi untukmu seminggu sudah bisa jadi." "Oke, terima kasih." Dalam perjalanan pulang, aku mencoba menghubungi Chris. Aku takut mengusiknya yang sedang bekerja. Jadi, aku tidak menelepon. Aku hanya mengirimkan pesan suara yang terkesan misterius, "Paman, tunggu seminggu lagi, ya. Aku janji akan menjelaskan semua ini." Sialnya, nomor teleponku sudah diblokir. Aku pun mencoba menelepon. Teleponku langsung tidak tersambung. Aduh, sepertinya dia akan tetap memblokirku sampai hasil analisisnya keluar. Akhir pekan pun tiba. Aku datang ke gimnasium sambil membawa sekeranjang buah. Semenjak kembali, aku belum mengunjungi Bu Nelsa. Namun, sesampainya di sana, aku melihat seseorang yang tidak asing di sudut koridor di sisi kiri gimnasium. Orang itu adalah Valen, dia sedang berciuman dengan seorang atlet bertubuh jangkung. Ya ampun, saking mesumnya suaranya sampai terdengar. Di kehidupan yang sebelumnya, setelah melihat adegan ini, aku memotretnya dan mengirimkannya ke Gerald agar pria itu tahu siapa Valen sebenarnya. Alhasil, Gerald memakiku dan bahkan menyewa pengacara untuk menuntutku karena mencemarkan nama baik Valen melalui foto pornografi. Hehehe. Aku menatap mobil hitam yang melaju perlahan di depanku sambil tersenyum kecil. Kali ini, aku tidak akan memotretnya. Aku bahkan akan membantu Valen menutupi perbuatannya. "Tunggu, Gerald, ada yang ingin kutanyakan padamu." Aku berlari menuju persimpangan. Aku sengaja berdiri menghalangi di samping pintu mobil. Pokoknya Gerald tidak boleh sampai turun dari mobil. Membosankan sekali apabila dia memergoki Valen sedang berselingkuh. Aku justru berharap Valen bisa berselingkuh dengan lancar. "Masih belum puas juga kamu, Amelia?" tanya Gerald sambil menatapku dengan kesan menghina. Namun, aku justru merasa sangat senang. Makin aku mengulur-ulur waktu Gerald, makin lama waktu yang bisa Valen tersayangnya gunakan untuk berselingkuh dengan atlet tadi. Lebih bagus lagi jika Valen tidak hanya berciuman, tetapi sampai hamil. Gerald yang munafik itu pasti senang sekali mengetahui dia akan jadi ayah. Lagi pula, Gerald pantas merasakan rasa sakit diselingkuhi. Makin aku memikirkannya, makin aku tidak bisa menahan tawa gembiraku. "Dasar gila," maki Gerald. Dia hendak berjalan pergi, tetapi tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di pintu masuk gimnasium. Valen yang mengenakan gaun hitam mini itu berjalan ke luar di bawah terik matahari. Gaunnya terlihat sangat cantik. Bagian dada dan kakinya langsung terpampang dengan jelas. Pinggangnya ramping. "Gerald, Amelia, kok kalian ke sini bareng-bareng?" tanya Valen dengan suara pelan. Ekspresinya terlihat agak sedih. Dia bahkan menatap Gerald dengan kesan terluka dan sedih seolah-olah Gerald dan aku melakukan sesuatu di belakangnya untuk mengkhianatinya. "Jangan salah paham, Valen, kamu tahu hanya kamu yang kucintai. Justru Amelia-lah yang bersikeras menggangguku tanpa rasa malu. Setiap hari dia mengikutiku seperti penguntit. Aku nggak datang bersamanya kok ...." Sepertinya Gerald buta, dia bahkan tidak menyadari bekas ciuman yang ada di leher Valen. Sementara itu, Gerald masih terus bicara. Dia bahkan bersumpah akan langsung mati saja apabila sampai terlintas niat untuk melakukan apa-apa denganku. Aku tidak suka dengan ucapannya itu. Apa maksudnya? Dia akan langsung mati jika terlintas niat denganku? Jika dia menyukai Valen, ya sudah sukai saja wanita itu. Apa urusannya denganku? Aku pun mengangkat tanganku. Dan memukul leher Valen dengan kencang. "Ups, ada nyamuk!" Aku sengaja berujar dengan lantang, lalu berujar mengingatkan Valen dengan suara rendah, "Lain kali kalau habis mesum, jangan lupa buat tutupin cupangmu." Valen sontak tertegun. Sorot tatapannya terlihat kaget, takut dan panik. "Amelia!" Gerald bergegas menghampiriku seperti orang gila, lalu mengangkat tangannya hendak memukulku. "Jangan gegabah, Gerald!" larang Valen. Valen menggosok-gosok lehernya sambil berjalan menghampiri Gerald dengan mata yang berbinar riang. Dia berkata dengan lembut, "Tadi memang ada nyamuk kok. Tuh, lihat aku sampai bentol digigit." Valen berujar sambil menggaruk bekas ciuman itu. Makin digaruk, bekas ciuman itu terlihat makin kentara di lehernya yang putih. Gerald langsung percaya pada Valen. Dia berbalik badan dan bergegas mengeluarkan sebotol air minum dari dalam mobil. "Ayo cepat dibersihkan, Sayang. Nyamuk jahat itu membuat kulitmu yang selalu mulus jadi jelek ...." Ya ampun. Valen mengandalkan alasan itu dan berulang kali mengiyakan ucapan Gerald Hahaha. Kasihan sekali Gerald. Dia dengan bodohnya percaya saja bekas di leher Valen itu karena digigit nyamuk.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.