Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 18

Di Malam hari, Nita mengenakan gaun tidur hitam transparan yang seksi. Dia berdiri sendirian di ambang jendela vila sambil menikmati angin malam dengan sebatang rokok di mulutnya. Krisna tidur pulas di atas ranjang besar di belakangnya sambil terus mengeluarkan suara dengkuran yang menggelegar. Nita bersandar pada pembatas balkon dan menghela napas memandang Krisna di tempat tidur. "Tubuh Krisna sepertinya nggak sebugar yang terlihat dari luar." Dia sulit menghilangkan Hugo dari benaknya. Mengingat perubahan besar yang dialami Hugo saat ini. Terutama, sepasang mata yang memikat dan tubuhnya yang sangat berbeda dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, dia menyulut sebatang rokok untuk menenangkan hatinya. Kemudian, Nita perlahan-lahan mengambil ponsel yang ada di sampingnya. Setelah merenung lama, dia mulai berbicara pada dirinya sendiri. "Aku mencintai Krisna, tetapi Hugo masih nggak bisa melupakanku ... Aku akan menghubunginya sekarang hanya untuk membuatnya menyerah, semua ini aku lakukan untuk Krisna." Setelah berbicara sendiri, dia menelepon nomor ponsel Hugo. "Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi." "Nomor nggak dapat dihubungi? Kok bisa." Nita mencoba menelepon lagi beberapa kali, tetapi tetap nomor itu tidak dapat dihubungi. Akhirnya, dia langsung mengirim pesan Whatsapp kepada Hugo. Setelah tanda seru merah itu muncul, Nita baru sadar. 'Aku diblokir.' Nita tertegun. Meskipun, sebelumnya Hugo sudah mengatakan akan menghapus nomor teleponnya. Tetapi, Nita mengira bahwa itu hanya alasan Hugo saja. Dia tidak menyangka kalau Huga benar-benar menghapus nomornya. "Hhh, dia akhirnya menyerah dan tidak akan menggangguku lagi." Namun, Nita segera menyadari bahwa Hugo belum memblokirnya Epay-nya . "Aku tahu, dia mencari celah. Dia pasti menunggu ulang tahunku untuk memberi aku kejutan. Aku nggak akan memberinya kesempatan. Aku harus menjelaskan dengan sejelas-jelasnya, demi Kak Krisna." Jadi Nita memutuskan untuk menemui Hugo sekali lagi. Dia tidak bisa tidak memikirkan Hugo yang ditemuinya di jalan hari itu. Hugo berdiri tegak dengan wajahnya yang tampan. Apalagi, sepasang matanya itu... Apakah dia benar-benar Hugo? Apakah mungkin aku salah menilai sebelumnya?' Tidak mungkin! Nita langsung membantah pikrannya. Mana mungkin laki-laki itu bisa dibandingkan dengan Krisna. 'Aku nggak tergiur kemewahan dan kekayaan keluarga Zulfan, yang aku cintai adalah Krisna, dan Krisna juga mencintaiku.' 'Jadi, sekarang aku mesti menemui Hugo untuk menjelaskan sebaik-baiknya.' Semakin lama dia memikirkan Hugo, semakin sulit menekan kegelisahan dalam dirinya. Matanya menyiratkan perasaan kalut. Nita menggigit bibirnya perlahan-lahan, mendengus dingin, dan berdiri bersandar pada pembatas balkon. Dia mengganti pakaiannya dengan busana mewah yang indah dari dalam lemari. Setelah sempat ragu-ragu, dia duduk di tepi tempat tidur, lalu mengenakan sepasang stoking hitam. Saat itu juga, Krisna membalikkan badannya, dan Nita melihatnya dengan agak cemas. Setelah melihat Krisna masih tidur pulas seperti kerbau, perempuan itu menghela napas lega. Bukan, aku ingin pergi menemui Hugo untuk memberi penjelasan dan membuatnya menyerah. 'Aku 'kan bukan pergi untuk... selingkuh.' ... Hugo berjalan pulang sendirian, menenteng berbekyu yang baru dibeli. Awalnya, dia berpikir apakah lebih baik membeli sedikit saja. Lagi pula sekarang sudah malam, tidak baik memberi makanan tidak sehat seperti ini kepada gadis yang sangat cantik. Namun, Hugo teringat mata Winona yang berbinar serta seleranya yang tergugah begitu mendengar kata berbekyu. Hugo mengatupkan giginya dan langsung membeli satu kantong besar. Lagi pula, seandainya tidak habis masih bisa disimpan di kulkas. Saat dia berjalan di tepi jalan, sebuah mobil sport merah berhenti di sampingnya. Kaca jendela mobil itu diturunkan, Nita yang duduk di kursi memiringkan badannya untuk melihat Hugo dan menyapa. "Hugo." Perempuan itu melihat tas berbekyu di tangan Hugo dan melemparkan cibiran mencela. 'Masih makan sampah seperti itu.' 'Ternyata, dia tidak berubah sama sekali.' "Hugo, naiklah ke mobil, ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Hugo hanya berhenti di depan mobilnya selama satu detik, dan saat Nita mulai berbicara lagi, Hugo sudah melangkah maju. "Siapa yang suruh pergi!" Nita mengemudikan mobilnya pelan-pelan di samping Hugo. "Hugo, aku hanya ingin berbicara denganmu." "Nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Hugo terus melangkah ke depan tanpa menoleh. Nita tidak menyangka Hugo akan benar-benar mengabaikannya. Namun, di dalam hatinya, Nita tetap merasa bahwa Hugo sedang berpura-pura cuek. "Hugo! Tunggu sebentar, aku harap kita bisa memperjelas semuanya." Nita panik, langsung melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil. "Hugo, tunggu aku sebentar ... aku memakai sepatu hak tinggi, jadi aku nggak bisa jalan cepat!" Nita membuntuti Hugo dengan susah payah. Perempuan itu menjadi panik karena dia bisa merasakan bahwa Hugo mempercepat langkahnya. "Bagaimana agar kamu bisa melepaskanku! Memberikan kesempatan agar aku bisa bersama Kak Krisna!" Hugo menghentikan langkahnya. Terlihat sedikit kemarahan di antara alisnya. "Aku sudah menghapus nomormu 'kan?" Melihat Hugo sedang memperhatikan dirinya, Nita langsung pura-pura berkata, "Aku tahu kamu nggak bisa melupakan, jadi kamu tetap menyimpan Epaymu, kamu ingin mencari jalan masuk. Hugo, itu nggak ada gunanya." "Wah, aku benar-benar lupa." Maka, Hugo langsung mengeluarkan ponselnya dan berjalan ke depan Nita. Di hadapan Nita, dia memblokir semua akun Facebook, Tiktok, Twitter, dan Epay Nita. "Sudah semua sekarang?" "Kamu..." Nita hampir tidak bisa berkata-kata. Dia mengira Hugo akan mencari-cari alasan. Tetapi, tidak disangka, Hugo menghapusnya semuanya dengan tegas. Namun, dia langsung mengerti. Hugo masih memiliki langkah lain "Hugo..." Nita beralih dengan ekspresi sedikit merasa tertekan. "Jangan begitu, ya... Aku dan Krisna benar-benar saling mencintai. Aku nggak mengincar uang Krisna, tolong pahami kami..." "Nggak! Apa lagi yang harus aku lakukan untuk memenuhi keinginan kalian!? Memukuli kalian satu per satu biar kalian pergi?!" "Tuh kan...! Kamu panik! Kamu bahkan ingin mengajak Kak Krisna berkelahi! Jangan seperti itu, Hugo, tenangkan dirimu. apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu iklas? katakanlah..." Nita langsung mengangkat tangannya dan menggenggam tangan Hugo yang tidak menjinjing tas. Telapak tangan yang besar dan hangat itu langsung membuat Nita berdebar. Tatapan matanya tidak bisa tidak mengembara mengelilingi tubuh Hugo. Wajah Nita sudah memerah karena malu. Namun, Hugo segera menarik tangannya dan memandang Nita dengan tatapan jijik. "Nita, apa kamu tuli? Sudah kubilang aku tidak ingin melihatmu lagi. Bisakah kamu balik badan dan pergi. Sana ke mobil sportmu, dan pulang ke tempat asalmu!" Nita tertegun. Hugo tidak pernah berbicara seperti ini padanya. Mengapa sekarang menjadi begitu garang. 'Apa Hugo sekarang sangat dendam karena aku yang membuatnya marah.' "Aku tahu, Hugo, kamu merasa nggak senang karena aku nggak pernah mengizinkankan kamu menyentuhnya, kan?" Sambil berbicara, Nita membelai rambutnya yang halus dengan ujung jari. Sentuhan yang tak bisa dipahami ini terlihat sangat menggoda. Laki-laki selalu begitu tidak rela melepaskan apa yang mereka belum dapatkan. Asalkan dia merasakan manisnya, mungkin dia akan mendukungku dan Krisna. "Hugo, aku bersama Kak Krisna sedang mencari cinta sejati kami. Jika kamu bisa berhenti mengganggu kami, aku bisa mempertimbangkan untuk memenuhi fantasi kamu sekali..." "Lagi pula, aku dan Kakak Krisna adalah cinta sejat i... aku bisa mengorbankan segalanya demi dia..." Suaranya lembut dan sedikit mengeluh, seolah-olah dipaksa Hugo untuk menyerahkan diri. Nita perlahan-lahan meletakkan tangannya di paha Hugo, dan dengan lembut mengangkat ujung roknya dengan ujung jarinya, memamerkan kaki rampingnya yang tertutup stoking hitam. Dia mengamati tubuh Hugo, napasnya semakin cepat, akhirnya tatapannya bertemu dengan tatapan Hugo. Ternyata … Hugo benar-benar berbeda dari sebelumnya . Dia makin menantikan belaian Hugo, bahkan... untuk dipaksa melakukan beberapa hal yang lebih ekstrem. Nita mendekat ke Hugo, sengaja menggunakan tubuhnya untuk menggoda Hugo. Jalan ini adalah jalan yang harus dilalui untuk kembali ke rumah Hugo, sekarang sudah larut malam, dan di sekitarnya juga tidak ada orang, ini semakin membuat Nita merasa sedikit bergairah. Dia bahkan merasa, bisa langsung memberikan sedikit keuntungan kepada Hugo di dalam mobil. Lagi pula, itu semua demi kebahagiaan dirinya dan Krisna. Dia berkorban demi cinta sejatinya. Tentu saja bukan karena alasan lain ... "Tapi jangan berharap terlalu banyak, aku berbuat ini tulus karena Kak Krisna. Jadi... hey! Kamu mau ke mana!" Suaranya langsung lantang karena dia tersadar bahwa Hugo sama sekali tidak menghiraukannya. Hugo malah langsung berbalik dan berjalan menjauh. Hugo benar-benar tidak bisa mendengarnya lagi. Perbedaan antara manusia dan manusia lain bisa lebih tajam daripada perbedaan antara manusia dan anjing. "Aku cuma lihat ada anjing yang birahi di jalanan, tapi aku belum pernah lihat orang yang birahi di jalanan dan terus-terusan berkokok seperti itu, memangnya kamu ayam?" Dia tidak menghiraukan teriakan Nita sama sekali. Dia terus berjalan sambil bersungut-sungut. Nita tertegun di situ. Hatinya dilanda rasa kosong yang tidak dapat dijelaskan. Nita mulai merasa tertekan saat melihat punggung Hugo yang berlalu. Mengapa dia harus diperlakukan seperti ini? Dia paham kalau Hugo marah, frustasi, dan tidak sanggup melepaskan dirinya. 'Tapi apakah ini salahku.' 'Aku hanya mengejar cinta sejati.' 'Bukankah seharusnya kamu menyalahkan dirimu sendiri karena tidak cukup hebat?' 'Mengapa semua pria begitu egois... '

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.